Hi selamat datang dan selamat membaca part ini semoga suka ya! 💌⚘
Sebelum membaca ayo vote terlebih dulu dan tinggalkan komentar kalian untuk part ini🧁
Baca part sebelumnya dulu yuk kalau kalian lupa sama alurnya ⚘
Beberapa chapter akan di private, so follow wattpad aku dulu ya! <3
• • •
14. Bukan Perihal Mencintai dan Menerima.
Starla menjatuhkan cokelat yang dibawanya tanpa sadar ke lantai kala mendengar gubrakan kasar dari Milan ketika cowok itu menutup pintu ruang musik. Starla menelaah badan Milan yang tadinya membelakanginya kini menghadap dirinya. Menatap tajam.
"Selama lo ngejar-ngejar Benua memangnya lo enggak punya malu, La? Seharusnya sih punya. Kecuali kalau lo yang udah di butain sama cinta bodoh lo itu. Berkali-kali di tolak lo tetap masih melihat dia sebagai cowok yang lo suka? Cewek itu kodratnya di kejar, La. Bukan mengejar," ucap Milan seraya mendekati Starla.
"Enggak capek memangnya? Gue aja yang enggak ngalamin muak banget liatnya. Hati lo sampai kapan di biarin di sakitin terus? Enggak kasian sama hati lo?"
Milan melangkah menjauh lalu duduk di sebuah tempat duduk tribun penonton paling bawah dengan menundukkan kepalanya, seolah meredam kemarahannya yang telah memuncak.
Starla masih tidak bergeming di tempat berdirinya sekarang ini. Terlalu terkejut karena Milan mengungkapkan ini semua. Sebelumnya Milan tidak pernah seperti ini.
"Cinta memang bikin lo se-bodoh ini ya, La? Gue enggak paham sama jalan pikiran lo itu. Terlalu di butain sama pesona Benua yang pada dasarnya cowok yang lo suka sekarang bukannya nyenengin hati lo malah sebaliknya. Nyakitin."
Starla mendekati Milan. Matanya memandang sendu Milan. "Kenapa lo sekarang jadi mencampuri urusan perasaan gue sama Benua? Sebelumnya lo enggak pernah kayak gini. Ini perasaan gue Milan. Gue yang nanggung sakit sendiri."
Milan berdiri menghadap sepenuhnya ke arah Starla yang dekat dengannya. "KARNA GUE PEDULI SAMA LO! Abang lo sendiri yang datang ke gue, bilang sama gue dengan ngerendahin dirinya sendiri minta jagain lo di SMANSA. Abang lo takut disini lo di apa-apain sama orang. Abang lo se-khawatir itu sama lo. Tapi, sekarang lo dengan ngerendahin diri lo sendiri sebagai perempuan malah ngemis-ngemis minta perasaan lo terbalaskan sama Benua." Milan berteriak sampai semua sisi ruang musik berdengung karena hanya ada Milan dan dirinya di ruang musik.
Milan mengacak rambutnya lalu membuang napasnya kasar. "Percuma gue ngomong kayak gini juga sama lo, toh paling besok lo balik lagi ngejar-ngejar Benua."
"Punya otak itu di pake."
Setelah itu Milan memililih keluar ruang musik dengan langkah besar dan sisa-sisa emosinya, menyisakan Starla yang masih terdiam ketika di kepalanya banyak kalimat-kalimat ulang yang Milan ucapkan sebelumnya.
Sakit.
Terlebih Milan mengucapkan seperti itu. Teman pertamanya ketika dirinya berada di SMANSA.
Boleh enggak keras kepala memikirkan perasaannya daripada rasa sakit yang selalu ia terima?
Lagi-lagi perasaannya yang menang dibandingnya rasa sakit yang ia alami.
****
Starla selalu percaya apa yang di ciptakan Tuhan entah itu manusia, tumbuhan, atau pun hewan akan kembali kepada sang pencipta bila Tuhan ingin mengambilnya, entah hari ini, besok, atau tiga hari lagi, Starla selalu percaya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BENUASTARLA
Teen Fiction[ BEBERAPA CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW SEBELUM MEMBACA! ] "Tentang aku dan kamu, yang tak akan pernah menjadi kita." Benua. ©copyright by NisaRahmahdanii