13. LUKA TERBUKA

8.7K 795 1.6K
                                    

Hi selamat datang dan selamat membaca part ini semoga suka ya! 💌⚘

Sebelum membaca ayo vote terlebih dulu dan tinggalkan komentar kalian untuk part ini🧁

Beberapa chapter akan di private, so follow wattpad aku dulu ya! <3

• • •

13. Luka Terbuka.

Heksa terdiam sebentar di depan pintu kamar Starla beberapa menit yang lalu. Dengan membawa nampan yang terdapat sup jagung serta susu kesukaan Starla. Heksa ingin melihat respon Starla sebelum dirinya meninggalkan sepupunya ke dapur. Tetapi, tetap sama. Starla hanya terdiam sedikit menoleh ke samping tepatnya ke arah pintu kaca balkon kamarnya yang hanya menampilkan cahaya malam.

Heksa menghela napasnya sebelum mendorong pintu bewarna putih yang bertuliskan 'The pinky room Starla'
“Kemarin temen gue bengong sedikit rumahnya di masukin maling,” cetus Heksa asal sambil menaruh nampan yang ia bawa di atas nakas putih samping tempat tidur Starla.

Heksa sempat melihat Starla terkejut sedikit atas kedatangannya. Lalu, Starla mengerucutkan bibirnya sedikit, merasa kesal atas perkataannya. Hanya sedikit tetapi dapat membuat Heksa merasa senang.

“Enggak pulang, Sa?” tanya Starla pelan. Sedikit mendongak karena posisi Heksa jauh di atasnya.

Heksa mengambil ponselnya lalu duduk di pinggiran tempat tidur Starla. “Gue nginep. Udah lama juga enggak nginep disini.”

Starla mencoba bangun tetapi di tahan Heksa. Dari sini Starla dapat melihat pergelangan tangannya di balut perban. Pantas saja Starla baru merasakan nyeri yang cukup berkepanjangan saat tangannya menumpu badannya agar dapat terbangun.

“Kak Hima gimana? Sa, gue enggak mau lo ribut sama kakak lo itu karena ngurusin gue. Gue baik-baik aja sekarang,” kata Starla setelah berhasil duduk dan bersandar di kepala ranjang.

Hima itu menurutnya menyeramkan. Iya. Kakaknya Heksa dulu pernah mengancamnya kalau saja dirinya merepotkan keluarga Heksa. Hima akan mengacak-acak rumahnya lalu mengatainya macam-macam. Padahal mereka sepupu. Mama Heksa dan Hima adalah Kakak dari Mamanya. Tetapi, entah mengapa hanya Hima yang tidak suka kepada dirinya. Lagi pula umur Hima jauh di atasnya, bagaimana Hima tidak berpikir yang seharusnya? Bukan kah Hima sudah dewasa bukan anak kecil lagi? Ya, sedari kecil kebencian itu awalnya terjadi. Dan, Starla bisa menerimanya walaupun tidak mengerti apa arti kebencian Hima kepadanya.

“Kalau kakak gue ngomong macam-macam sama lo laporin aja ke gue. Atau enggak usah di dengerin,” balas Heksa.

Bagaimana bisa? Starla perasa. Apapun yang di ucapkan seseorang siapa pun itu kepadanya selalu terngiang di otaknya.

Heksa mengantongi ponselnya lalu membawa sup jagung yang sempat ia masak tadi ke pangkuan Starla. “Makan.”

Starla menahan nampan itu sebelum Heksa menaruh di pangkuannya. Sup jagung itu lezat. Starla suka. Teringat dulu sewaktu Hima menjalankan study di luar negeri Starla suka menghubungkan panggilan video kepada sepupunya itu untuk mengajarkannya membuat sup jagung. Tetapi, saat ini Starla tidak bisa. Ada sesuatu yang harus ia tahan.

Starla menggelengkan kepalanya pelan. Cewek itu pun semakin merasakan rasa sakit di area pergelangannya sekarang. “Gue udah kenyang.”

Heksa mengerutkan keningnya. Heksa semakin khawatir akan kondisi Starla saat ini. Belum lagi ucapan dokter sewaktu Starla tidak sadarkan diri setelah melakukan cutting di area pergelangan tangannya.

BENUASTARLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang