Namanya Luna ~

221 35 66
                                    

11 Juli 2022°

11 Juli 2022°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍂

Dua jam berlalu sejak pemilik ruangan bernuansa Disney Island itu masuk kamar mandi. Padahal ini hari libur, tapi entah apa yang menjadi alasannya mandi sepagi ini. Berbeda ketika waktu sekolah tiba, pasti orang rumah akan menemukannya dalam keadaan masih tengkurap.

Jarum sudah mengarah ke angka enam lebih seperempat, tepat ketika sarapan pagi khas bi Irna sudah tersaji di meja makan. Asisten rumah yang bekerja hampir separuh umurnya lantas memanggil putri tunggal majikan yang mungkin sedang mengeringkan rambut panjangnya.

"Non Aya, sarapannya udah siap." Bi Irna memberi tahu dari depan pintu.

Sang empunya pun segera keluar dan sarapan bersama orang-orang yang membuat rumahnya 'terasa' ramai. Begitu sarapannya selesai, gadis itu pamit ke kamar. Berharap ada yang bisa dikerjakan, ia malah mendengkus karena mendapat semua tugas sekolahnya sudah beres.

Tak ingin menyerah, ia dengan begitu teliti memeriksa setiap lembar buku yang masih kosong, masih berharap ada satu tugas yang sekiranya bersembunyi di sana. Namun sayang, karena ia hanya baru masuk sekolah satu hari, tidak banyak tugas yang ia punya.

Kebosanan pun melanda. Cahaya yang benar-benar tidak tahu harus melakukan apa, memilih untuk berotasi layaknya bumi. Gadis itu hanya mengitari balkon, meja belajar dan kasurnya berulang kali.

Beralih dari kegiatan unfaedahnya, ia turun ke bawah. Mungkin di sana ada sesuatu yang bisa dikerjakan oleh orang-orang pada umumnya, namun tetap tidak ada. Seluruh rumah sudah bersih, makanan pun sudah tersaji lengkap. Tidak ada pilihan lain, ia pun akhirnya merebahkan diri di kasur empuknya.

"Kenapa sih hari Minggu libur? Gue kan jadi gabut," gerutunya seraya memainkan kedua kaki. Mungkin hanya dia seorang yang tidak menyukai hari libur. Karena ia akan merasa sangat kesepian di rumah jika tidak mempunyai sesuatu untuk dikerjakan.

"Gue ngajak Mulan joging aja kali ya?"  Cahaya segera meraih android di dekat bantal, lalu menelpon seseorang.

"Duh, sorry ya, Ca. Gue lagi keluar sama Zean."

Cahaya menghela napas panjang, ia lupa kalau sahabatnya itu berbeda dengan dirinya. Mulan sudah punya Zean. Pasti mereka memiliki banyak agenda hari ini. Ia pun memaklumi situasi dengan mengatakan 'tidak apa-apa' pada Mulan.

"Tapi kalau lo mau ikut gapapa, Ca. Ntar gue kirim alamatnya."

"Enggak usah, Lan. Ya kali gue jadi nyamuk," ujarnya diakhiri tawa. Ia pun menutup telepon setelah Mulan menutupnya terlebih dahulu. Gadis itu meletakkan benda pipih itu di atas kepalanya.

"Ya Allah, kasih aku kerjaan dong," gumamnya mengatupkan kedua tangan.

Sepertinya, doa randomnya terkabul. Tak berselang lama, handphonenya kembali bergetar. Namun bukan nomor Mulan atau orang yang ia kenal menelpon, melainkan nomor asing. Cahaya menjadi ragu untuk mengangkatnya atau tidak. Beragam pikiran pun muncul di kepalanya.

Cahaya Fajar [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang