Absen ~

165 29 31
                                    

22 Juli 2022 •

22 Juli 2022 •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍂

Suasana kelas yang sebelumnya simpang siur itu, seketika mendadak hening dengan kedatangan wanita yang membawa tumpukan kertas di dekapannya. Begitu suara heelsnya terdengar, penghuni kelas yang tadinya bergerak kesana-kemari langsung duduk di bangkunya.

Setelah mengucapkan salam, wanita tiga puluh lima tahun itu langsung mengumumkan suatu hal yang membuat jantung penghuni kelas itu berdegup kencang.

"Sesuai janji Ibu kemarin, hari ini Ibu akan membagikan hasil ulangan harian kalian Minggu lalu. Bagi yang nilainya dibawah standar, harap datang ke ruangan Ibu untuk melakukan remidial."

Satu detik setelah Bu Marwah mengatakan pengumuman itu, hampir semua siswa mengelus dada guna menghilangkan ketakutan yang tiba-tiba merajalela. Baik yang belajar mati-matian maupun yang hanya bermodal mengarang, sama gugupnya.

Mengingat, Bu Marwah adalah satu-satunya guru yang paling ditakuti ketika mengajar. Bukan karena wajahnya yang menyeramkan, melainkan suaranya yang begitu menggelegar jika ada muridnya yang nilainya tidak memenuhi standar. Jika satu saja yang tertidur di mata pelajarannya, bisa dipastikan semua gendang telinga dapat merasakan akibatnya.

"Arteta Maharani." Bu Marwah mulai memanggil muridnya satu persatu untuk maju ke depan, mengambil hasil ujiannya.

"Banyu Maulana."

Semua absensi yang dipanggil akhirnya bernapas lega setelah melihat hasil ujiannya. Ruangan itu sedikit ramai dengan curhatan siswa yang sudah terpanggil ke depan. Sampai pada satu nama, semuanya diam.

"Cantika Hanin Soraya," panggil Bu Marwah. Namun pemilik nama itu tidak menyahut.

"Cantika Hanin Soraya." Bu Marwah kembali memanggil. Fajar yang duduk di bangku paling depan lantas menoleh ke belakang. Ia sempat terkejut karena tidak mendapati gadis itu di sana.

"Maaf, Bu. Cahaya izin tidak masuk hari ini karena sakit," timpal Mulan seraya menyerahkan surat izin dari empunya. Guru Biologi itu mengangguk paham, kemudian melanjutkan ke absensi berikutnya.

Cahaya sakit? Gumam Fajar mengembalikan posisi duduknya. Entah kenapa, mendengar kabar itu membuat raut wajahnya berubah.

***

"Mulan!"

Gadis yang baru keluar pintu itu menghentikan pijakannya. Ia menoleh ke sumber suara. "Ya?"

"Gue mau nanya sesuatu."

Mulan tersenyum lebar, dia bisa memprediksi pertanyaan apa yang akan dilontarkan cowok itu. "Lo pasti mau nanya soal Cahaya, kan?"

Sosok yang ditanya pun mengangguk pelan. "Dia beneran sakit? Sakit apa?"

"Mm. Dia nggak ngasih tau sih sakit apa, yang jelas Cahaya bilang kalau kurang enak badan."

Fajar mengangguk paham. Apa dia sakit karena kehujanan kemarin ya? Belum sempat menjawab bisikan hatinya, Mulan lebih dulu menimpali.

"Mendingan lo cek ke rumahnya aja, deh. Gue juga mau ke sana, tapi ntar sore." Mulan memberi saran.

"Tapi, hari ini gue ada--"

"Lo mau ke rumah Luna, kan? Tenang aja. Ntar gue yang bilang ke Luna," potong Mulan. Entah kenapa dia sangat bersemangat untuk mempertemukan dua manusia ini.

"Tapi, Lan, gue--"

"Udah, nggak ada tapi-tapian. Mendingan lo segera ke sana, daripada khawatir tanpa sebab, kan. Bye, Pak Ketu! Semoga sukses." Mulan melambai pergi tanpa memedulikan raut bingung dari cowok yang masih mematung di tempatnya.

***

Di lain tempat, seorang gadis tengah uring-uringan di atas kasurnya dengan kedua tangan terlipat erat di bagian perut. Seja tadi, kerjaannya hanya bangun, duduk, berdiri, dan rebahan lagi seraya merutuki rasa sakit yang sangat mengganggunya.

Kegiatannya terhenti dengan kedatangan Bi Irna yang membawa segelas minuman berwarna ke kamarnya. Cahaya yang pertama kali melihat itu beringsut dari tempatnya.

"Itu apa, Bi?"

"Ini jamu herbal, Non. Cocok untuk meredakan nyeri datang bulan," jelas bi Irna meletakkan minuman itu di atas nakas. "Oh iya, di bawah ada temannya Non Aya."

Cahaya mengernyitkan dahinya, "Temen? Siapa Bi?"

Bi Irna terlihat berpikir, mungkin sedang mengingat nama tamu yang baru saja datang. "Mmm, kalau nggak salah dia itu pacarnya Non Aya."

"Pacar?" kaget Cahaya. Pasalnya, selama ini dia terkenal sebagai jomlo akut, lalu bagaimana dia bisa punya pacar?

"Duh. Bibi juga nggak ingat, Non. Yang penting, dia bilang dia mau ketemu sama Non Aya."

Tanpa menunggu lagi, bahkan memperhatikan penampilannya, gadis itu segera turun untuk menemui sosok yang diceritakan bi Irna tadi. Ia pun menggeleng dan menepuk jidat setelah melihat seorang pemuda yang duduk di ruang tamu.

"Jadi lo, tamunya?" terka Cahaya yang sudah berdiri di anak tangga terakhir. Ia pun berjalan menghampiri pemuda itu dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

Sosok yang disapa pun mengangkat kepalanya. Ia sedikit terheran dengan penampilan gadis itu. Baju tidur bergambar Cinderella, rambut yang belum disisir, persis seperti orang baru bangun tidur. Untung cantik.

"Lo apa kabar?" tanya pemuda itu to the point.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cahaya Fajar [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang