New Class ~

296 46 98
                                    

6 Juli 2022 ~

6 Juli 2022 ~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍂

"Sebenarnya, Aya belum ahli manjat, Paman. Itu karena terpaksa." Suaranya keluar setelah cukup lama tertahan karena masih kesal.

"Kenapa nggak lewat gerbang utama?"

Cahaya mendesah panjang. "Udah ketutup. Aya kan telat, jadi ya gitu deh. Cari pintu agar bisa masuk, eh malah ketemu sama penghuni tembok," kesalnya kembali mengingat momen beberapa menit yang lalu. Atmaja hanya tertawa melihat ponakannya yang cemberut. Sangat lucu.

"Cowok tadi siapa sih? Jangan bilang kalau dia mata-matanya paman?"

"Kamu ini, ngomongnya kok gitu? Fajar itu ketua OSIS, dan dia sedang menjalankan tugasnya. Ya, wajarlah kalau dia bersikap kayak tadi ke kamu. Anaknya memang tegas dan disiplin, berprestasi lagi," cerita Atmaja dengan raut senang.

Cahaya yang mendengar itu mengeluarkan napas kasar. Kenapa jadi promosiin tu cowok?

"Sudah, sekarang kita fokus sama kamu dulu. Paman punya beberapa pertanyaan." Pria itu memperbaiki posisi duduknya menjadi lebih tegap. "Keluarga di Izmir sehat-sehat, kan?"

Cahaya mengangguk, mode kesalnya sudah ia skip. "Semuanya baik. Papa sama Mama titip salam. Oh iya, Aya juga bawa sesuatu kemarin, tapi masih di rumah."

"Syukurlah kalau semuanya baik." Atmaja menghela napas lega. "Mereka nggak ada niat mau jenguk keluarga di Jakarta?"

"Untuk sekarang, mungkin belum bisa Paman. Mama masih sering kepikiran sama Kak Galang."

"Lah, kalau sering kepikiran harusnya datang, ziarahi," timpal Atmaja.

Cahaya hanya menggelengkan kepalanya. "Aya juga nggak tau, Paman. Mungkin Mama masih trauma."

"Ya sudah, nggak apa-apa. Sekarang kamu masuk kelas, gih. Tapi sebelum itu, ganti seragam dulu."

Cahaya beranjak dari tempatnya, mengambil satu set pakaian yang terletak di atas sofa. Menit ke lima, ia sudah kembali dengan wajah bahagia. Bersama Atmaja, ia diantar sampai ruangan guru.

"Ini Bu Ningsih, wali kelasmu. Nanti beliau yang akan mengantar kamu ke kelas," ujar Atmaja sekaligus memperkenalkan. "Semoga betah ya, meskipun sebentar."

"Terima kasih, Pak," balas Cahaya. Ia hampir saja memanggil kepala sekolah itu dengan sebutan 'paman' di depan wali kelasnya. Ia tidak ingin ada orang lain yang tahu identitasnya sebagai cucu dari pendiri sekolah itu.

"Sama-sama. Kalau perlu sesuatu, bilang saja, ya." Cahaya mengiyakan. Ia dan Bu Ningsih berjalan ke arah lain setelah pria itu pergi dan menitipkan pesan.

Sepanjang koridor sekolah, Cahaya hanya memainkan jari-jarinya seraya menyusun kalimat yang akan ia gunakan untuk perkenalan nanti. Begitu mereka sampai di depan pintu yang bertuliskan kelas MIPA-1, jantung Cahaya berdebar.

Cahaya Fajar [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang