Fauzan tidak lagi bersuara. Di dalam hati ia terkekeh karena lawan Fairish bukan wanita yang mudah untuk dikalahkan. Mungkin Fairish bisa seenaknya dan apa yang ia inginkan bisa didapatkan dengan mudah. Tapi selain Fairish, masih ada wanita yang lebih menyebalkan lagi. Yaitu tunangan Fauzan.
Fairish kembali mengotak-atik ponsel Fauzan. Ia membuka galeri dan berharap menemukan foto wanita yang menjadi tunangan pria itu. Sayangnya tidak ada.
"Lo doyan bokep juga?"
Fauzan meraih ponselnya, lalu menghapus video laknat yang dikirim temannya tadi malam. Sedangkan Fairish terkekeh geli. Ia kira pria pendiam seperti Fauzan tidak akan suka melihat video porno begitu.
"Gue normal," jawab Fauzan dengan tenang.
Fairish menaikkan sebelah alisnya. Normal, hm? Fairish jadi tertantang untuk memancing kata 'normal' yang Fauzan katakan. Apakah sama dengan normal yang Fairish pikirkan?
Fauzan hampir selesai dengan tugasnya, lalu tiba-tiba Fairish mengambil alih laptop dan membuka satu file yang diberi nama 'ayang-ayang'. Kemudian ia mengulum senyum karena kini terpampang beberapa video seperti yang ada di ponsel Fauzan tadi.
"Ini versi VIP. Lo mau lihat? Gue ragu kalau lo beneran normal," bisik Fairish dengan nada geli.
"Tugas kita belum selesai, Fairish," ujar Fauzan dengan santai.
"Nanti aja."
"Tapi gue harus balik sebelum jam 10," katanya lagi.
"Lo anak mami?" ejek Fairish.
"Tunangan gue selalu ngecek ke rumah kalau gue udah balik atau belum," jelasnya.
Fairish seketika tertawa mengejek. Ia meraih kembali ponsel Fauzan dan mencari kontak tunangan Fauzan. Pria itu memberi nama 'Tunangan' untuk kontak wanita tersebut.
"Jangan," larang Fauzan.
Fairish jelas keras kepala. Ia mendial nomor itu, lalu menunggu seseorang menjawab panggilannya. Cukup lama menunggu, akhirnya panggilan Fairish terjawab. Ia diam sejenak menunggu suara seseorang di seberang sana.
"Mas Fauzan kenapa telpon? Kangen ya?"
Fairish mendengkus, "ini gue, cewek Fauzan. Kita bakal nginep malam ini. Jadi lo gak usah rempong nyariin dia."
"A—apa?"
"Budek," ejek Fairish. Ia menatap Fauzan, "ngomong," suruhnya.
Fauzan menghela napas. Ia ingin meraih ponselnya, tapi Fairish tidak mengizinkan. Pria itu akhirnya pasrah dengan helaan napas kembali.
"Gue lagi bikin tugas. Lo gak usah ke rumah nyariin gue," kata Fauzan.
Fairish tidak puas. Ia ingin tunangan Fauzan tahu kalau pria itu berduaan saja dengannya. Fairish tidak mau kalau wanita itu hanya berpikir ia sebagai teman Fauzan sedang mengerjainya.
"Sayang, tangannya jangan nakal. Suka banget sih remas-remas," rengek Fairish manja.
Bahkan tangan Fauzan tidak sedang meremas apa pun. Hanya Fairish yang menempelkan dadanya di lengan pria itu. Tepat di belahan dadanya lengan Fauzan terjepit.
"Mas, kamu bikin tugas sama siapa?"
Fairish tersenyum tipis. Nada curiga yang wanita di seberang sana berikan membuat Fairish semakin tertantang ingin menggoda Fauzan lagi.
"Nghh... Sayanghh..."
Fairish menahan tawa dengan suara lenguhannya yang terdengar sangat profesional. Sial. Fairish merasa menjadi jalang malam ini.
"MAS! AKU BAKAL ADUIN TANTE. KAMU DI MANA? AKU SUSUL KE SANA!"
"Lo mau ke sini? Datang aja. Apartemen Gemilang, unit 19."
Fauzan tidak lagi mendengar suara tunangannya karena panggilan sudah diakhiri oleh Fairish. Wanita itu tertawa puas dengan ponsel Fauzan yang kembali ia letakkan di meja.
Fairish beranjak menuju dapur karena ia merasa haus. Sedangkan Fauzan langsung mematikan ponselnya karena tidak mau wanita yang tadi dikerjai Fairish kembali menghubunginya.
Fauzan menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. Ia memejamkan mata sebentar, lalu kembali terbuka saat Fairish duduk di atas pangkuannya.
Fairish menekan tombol enter di laptopnya, kemudian satu video acak terputar begitu saja. Ia menonton dengan tenang, sedangkan di belakangnya, Fauzan menelan ludah karena wangi tubuh Fairish yang begitu menggelitik hidungnya.
"Lo gak mau nonton?" tanya Fairish.
Fauzan diam saja. Ia membiarkan Fairish menonton sendiri, sedangkan ia sibuk menenangkan diri dan menjaga gerakan tangannya agar tidak lancang mengelus paha mulus wanita itu.
Tontonan Fairish semakin memanas. Tubuhnya juga tanpa sengaja semakin mundur sehingga menghimpit kejantanan Fauzan. Duduk Fairish yang gelisah membuat Fauzan ikut gelisah.
"Gue mau ke toilet," kata Fauzan tidak tahan.
"Di sana," tunjuk Fairish.
Fairish tersenyum dan menjeda videonya. Ia yakin pria itu terangsang. Karena Fairish bisa merasakan ganjalan aneh di bawah bokongnya tadi. Pasti kini Fauzan sedang menuntaskan sesuatu.
Fairish beranjak dari duduknya dan mengikuti jejak Fauzan ke kamar mandi. Ia menempelkan telinganya di pintu kamar mandi. Senyumnya kian mengembang kala mendengar sebuah suara aneh di dalam sana.
Tangan Fairish menekan gagang pintu kamar mandi. Tidak terkunci. Fairish membelalak, ia mengintip sedikit, lalu membuka pintu dengan lebar, kemudian masuk dan membuat Fauzan tersentak dengan sentuhan tangannya di punggung pria itu.
"Fai... Lo..."
"Gue bantu ya. Pasti rasanya nyiksa banget," kata Fairish dengan senyuman menggoda.
Fauzan tidak membalas. Ia membiarkan Fairish yang mengambil alih kejantanannya. Wanita itu duduk di atas kloset yang tertutup. Sedangkan Fauzan berdiri di depannya dengan kondisi risleting yang terbuka dan kejantanannya menantang dengan gagah di depan wajah Fairish.
Fairish menelan ludah. Ia menggenggam kejantanan Fauzan, lalu mengelusnya dengan perlahan. Jujur, ini kali pertama Fairish melihat kelamin pria secara langsung. Biasanya ia hanya menonton dan tidak terbayangkan akan memegangnya seperti saat ini.
"Hisap," suruh Fauzan.
"Gue gak bisa," kata Fairish yang membuat Fauzan melenguh karena napas wanita itu menerpa kepala kejantanannya.
Fauzan menggenggam rambut Fairish, lalu mengarahkan kejantanannya menuju bibir wanita itu.Ia menyuruh Fairish untuk membuka mulut dan dituruti tanpa bantahan.
Fairish merasa aneh. Mulutnya penuh dan sesak. Sedangkan Fauzan mengerang kuat karena nikmat yang melingkupi miliknya. Sial. Rasa hangat dan basah dari mulut Fairish membuat Fauzan ingin segera meledak.
Fairish mendongak. Ia menatap wajah tampan Fauzan yang kini matanya terpejam. Sedangkan mulut pria itu ternganga. Fairish tersenyum senang di dalam hati. Satu sisi lain Fauzan ia ketahui. Pria itu normal dan tidak tahan dengan godaan. Dasar munafik.
"Terus, Fai..."
Fairish seketika membayangkan adegan di dalam video yang beberapa kali ia tonton. Jiwa liarnya seketika bangkit dan mulutnya bekerja dengan sendirinya menghisap milik Fauzan. Fairish juga menggerakkan lidahnya menggoda batang keras itu.
Fauzan semakin mengerang keras dan menghentakkan pinggulnya membantu Fairish agar ia keluar lebih cepat.
"AAKKHH..."
Semprotan deras ke dalam mulut Fairish bersamaan dengan bunyinya bel apartemen. Sepertinya tunangan Fauzan sudah tiba.
***
Btw, selamat hari raya kurban ya (kemarin sih)
Berkurban apa tahun ini? Masih perasaan? Atau kewarasan?💅🏻
Ini Fairish harus digimanain coba?💆🏻♀ brutal ga sih?😭
Kira-kira bakal baku hantam sama tunangannya Fauzan apa enggak?
Cung, biar lanjut hari ini!
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY NEW
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 0...