0.5 ➖ Ketahuan

304 56 4
                                    

Kiara berjalan menuju gerbang untuk menemui Kevin.

Mereka janjian untuk bertemu disana, namun ketika melewati parkiran ia justru malah melihat motor yang tidak asing.

"Motornya kak Laskar? Hah? Ga salah liat kan gue." Kiara mengucek matanya mencoba memastikan.

"Bener kok motornya kak Laskar nomor platnya sama tapi...ngapain?"

"Bukannya gue udah bilang jangan jemput dulu? Apa kak Kevin minjem motornya kak Laskar?"

"Ga mungkin kan kak Laskar kesini?" Monolognya bertanya pada diri sendiri.

"Kata siapa ga mungkin?"

Kiara tersentak dan refleks membalikkan tubuhnya.

Pria depan kaos putih serta jaket kulit hitamnya itu mengangkat sebelah alisnya.

"K-kak..ngapain disini? Kan aku bilang jangan jemput sekarang masih ada kerkom soalnya."

"Kerkomnya sama guru ya? Sama Kevin juga?"

Kiara membulatkan matanya, bagaimana bisa Laskar tau?!

"Kak."

"Jelasin nanti, sekarang kita temuin guru kamu dulu ga baik biarin yang lebih tua nunggu lama."

Laskar berjalan menuju ruang guru di ikuti Kiara di belakangnya.

Jangan tanya mengapa Laskar bisa hafal dengan letak ruang guru di sekolah ini padahal ia bahkan tak pernah bersekolah disini.

Itu karena ini bukan pertama kalinya ia dipanggil oleh guru yang berbeda karena ulah gadis kecilnya itu.

"Permisi pak saya wali dari Kiara."

"Oh kamu siapanya?"

"Saya kakaknya."

"Baiklah jadi begini kakaknya Kiara."

"Panggil Laskar saja pak.

"Ah jadi begini nak Laskar, saya tidak mengerti mengapa Kiara ini sering sekali membuat masalah--"

"Tapi kan itu bukan salah saya pak, itu ulahnya si Aksa bukan saya." Potong Kiara yang tidak terima dirinya disalahkan.

"Kiara yang sopan." Tegur Laskar yang membuat Kiara spontan mengatupkan kembali kedua bibirnya.

"Boleh di lanjut pak."

"Sudah menjadi rahasia umum Kiara ini memang sering sekali bermasalah, saya tidak tau apa penyebabnya mungkin ia mempunyai masalah di lingkungan keluarganya yang membuatnya menjadi seperti ini?"

"Saya rasa tidak ada pak, orang tua kami cukup adil dalam memberikan kasih sayangnya."

"Atau mungkin ada masalah di lingkungan pertemanannya?"

"Saya rasa tidak juga pak, dia menjadi seperti ini mungkin karena dia adalah anak bungsu perempuan satu satunya dan terbiasa di manja."

"Ah begitu ya."

"Iya pak."

Keduanya pun berbincang bincang santai tak se serius yang Kiara bayangkan.

Semua itu juga berkat Laskar yang pandai berbicara dan penyampaiannya yang bagus karena mungkin yaaa...sudah terbiasa menjadi public speaking.
.
.
.
Kiara berjalan di belakang Laskar.

Ia hanya bisa pasrah jika setelah ini ia akan dimarahi habis habisan.

Bahkan saat tiba di parkiran pun Kiara masih menundukkan kepalanya hingga seseorang memberikan helm padanya.

Selama di perjalanan pun ia yang biasanya berceloteh panjang lebar kini hanya diam saja.

Sampai akhirnya motor yang mereka tumpangi berhenti di salah satu street food favoritnya.

[4] 𝗟𝗔𝗦𝗞𝗜𝗔 ➕ ‎‎‎‎Jeongwoo - JihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang