1.6 ➖ Butik

265 45 11
                                    

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua puluh menit, keduanya pun tiba di butik milik ibunda Laskar.

Bangunan yang sudah tak asing lagi kala kalian melintasi jalanan di provinsi Banten itu.

Ketika masuk keduanya langsung disambut dengan antusias oleh kedua orang wanita yang sedang berbincang.

Laskar menghampiri Dara kemudian menyalami tangannya. "Bunda."

"Duh anak gantengnya bunda makin ganteng aja nih."

Laskar hanya membalas dengan senyum kikuk. "Makasih bunda juga cantik makin awet muda."

Kiara menatap Laskar tak percaya, dalam hati bertanya tanya darimana pacarnya itu belajar berkata-kata manis seperti ini?

"Kalian kenapa nyusulin kesini? Kan mama bilang kalo mau makan kan ada di meja makan."

"Emang Laskar bilang mau numpang makan?" Tanyanya dengan dahi yang mengkerut bingung.

"Terus mau ngapain?"

"Kiara mau cari dress."

"Oh gitu, ayo sayang ikut mama kita liat-liat dress ada desain terbaru juga siapa tau kamu suka." Anjani berjalan di ikuti Kiara di belakangnya.

"Bun, Laskar minta maaf ya." Ucap Laskar tiba-tiba membuat Dara bingung.

"Minta maaf kenapa? Emangnya kamu ada salah apa?"

"Sebenernya acaranya itu ada formal sama non formal, Laskar udah bilang ke Kiara untuk gak ikut yang non formal soalnya ya isinya minum minum alkohol tapi Kiara tetep maksa buat ikut walaupun udah janji gak bakal nyentuh tapi bunda tau sendiri Kiara gimana."

Dara mengangguk. "Gapapa, kamu gak perlu minta maaf itu sifat keras kepalanya juga nurun dari bunda yang penting pas disana gak luput dari pengawasan aja anaknya."

"Pasti kalo itu bun."

"Kalo masih keras kepala kamu tatap aja matanya biasanya dia langsung nurut."

Laskar mengangguk setuju. "Walaupun masih bisa ngelawan dikit ya bun."

Setelah itu kedua orang berbeda generasi itu tertawa bersama.

"Cia ga kamu ajak?"

"Cia dirumah, tapi tadi dia ga rewel pengen ikut sih berarti emang ga mau."

"Cia sama Kia mirip ya, bunda kalo ngeliat Cia langsung berasa kayak punya anak kembar."

"Iya bun mulai dari keras kepalanya, cerobohnya, pelupanya, tukang ngambeknya, malasnya, sampe kebiasannya juga mirip."

Dara mengangguk lagi. "Pantes kamu udah handal banget ngehadapin Kiara ya, udah terlatih ngurusin Cia dari kecil."

"Tapi ya tetep aja bun, Kia itu level keras kepalanya satu tingkat di atas Cia."

"Berarti lebih susah ngadepin Kiara ya?"

"Engga juga sih bun, soalnya Cia juga level malasnya satu tingkat di atas Kiara."

Dara terkekeh karena ucapan pemuda itu. "Saling melengkapi ya, tapi mungkin itu emang sifat bawaan ABG labil menuju dewasa kali ya."

Laskar menggeleng tak setuju. "Tapi menurut Laskar kalo di biarin terus bisa kebawa nyampe dewasa sifatnya makin susah juga di aturnya kalo mereka udah dewasa karena mereka mikir mereka bisa ngurusin semuanya sendiri. Umur umur mereka sekarang emang lagi masa masanya tapi kita sebagai yang lebih tua juga gak boleh menormalisasikan dalam bentuk apapun itu bun." Ucapnya tegas namun tak mengurangi rasa hormatnya.

Dara terkesan dalam hati tak berhenti berhentinya mengucapkan rasa syukur putri satu satunya itu di pertemukan dengan lelaki yang tepat.

"Kadang bunda suka mikir, Kiara nemuin cowok kayak kamu dimana terus kok bisa cowok kayak kamu suka sama Kiara yang bunda sendiri aja susah pahaminnya."

[4] 𝗟𝗔𝗦𝗞𝗜𝗔 ➕ ‎‎‎‎Jeongwoo - JihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang