Budayakan Vote and komen sebelum membaca
Play song 🎶
Happy Reading ❤️"Huft gabut banget sih" Ara sejak tadi hanya melakukan aktivitas tak jelas di kamarnya. Mulai dari berguling guling di atas tempat tidurnya, keluar masuk kamar mandi, dan membuka aplikasi WhatsApp padahal tidak ada pesan dari siapapun. Maklum nasib jadi jomblo.
"Mendingan cari angin keluar deh. Siapa tau ketemu cogan ahai" Ara mengambil cardigan miliknya dan berjalan keluar.
"Bunda Ara izin keluar sebentar yh" Ara meminta izin kepada Bundanya yang tengah menonton televisi di ruang tengah.
"Yaudah hati-hati. Jangan pulang terlalu malam oke?"
"Siap Bundaku sayang."
Bunda Naya teringat sesuatu hal yang haru di beritahu kepada Ara, "sayang besok malam teman Bunda mau datang. Jadi kamu jangan kemana-mana. Ayah kamu pulang besok pagi dari Singapura."
Ara memberikan jawaban oke dengan jarinya, "Ara pergi dulu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam"
"Tumben sepi banget malam ini." Ara heran karena jalanan di sekitar perumahannya selalu ramai setiap malam. Namun, hari ini tak terlihat satu orangpun yang melintas. Seketika bulu kuduknya berdiri.
Ara mempercepat langkahnya. Ia yakin ada seseorang yang mengikutinya dari belakang.
"Ara"
Ara semakin mempercepat langkahnya ketika orang yang mengikutinya itu memanggil namanya. Bagaimana dia bisa tau namanya? Ara yakin dia pasti seorang penculik anak. Bagaimana jika ia di jual pada laki-laki hidung belang? Bagaimana jika organnya akan di ambil dan di jual? Bagaimana jika Ia dipekerjakan sebagai pengemis di jalanan? Bagaimana jika semua itu terjadi? Ia pasti tidak akan bisa melihat Abi lagi---eeeh?. Imajinasi mu terlalu berlebih-lebihan Ara!.
Ara yang ketakutan kemudian berlari. Namun ia malah tersandung dengan tali sepatunya yang terlepas. Bukan Ayara namanya kalau tidak ceroboh🙄
"Ara Lo---"
"Arghhh. Tolong ampunin saya Om. Jangan culik saya. Organ saya nggak sehat. Terus otak saya juga cuma seperempat. Saya nggak bisa jadi pengemis karena saya kaum rebahan." Ara menutup kedua matanya dengan tangannya.
"Hahaha" suara tertawa orang itu membuat Ara semakin takut.
"Ra bukan mata Lo,ini gue Abi. Abigail."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Abi [END]
Teen FictionBeragam, bukan berbeda. Berwarna, bukan tak sama.Kita bersatu karena perasaan, bukan karena kita sama. Karena memang sesungguhnya, manik-manik tasbihku tetap berbeda dengan manik-manik rosariomu. Kamu, adalah ketidakmungkinan yang selalu aku semogak...