“Aku mungkin tidak selalu bersamamu, tapi saat kita berjauhan, ingatlah kamu akan bersamaku tepat dalam hatiku”
-Abigail Arthur Rajendra
Play song 🎶
Happy Reading ❤️Landon, waktu setempat
"Kamu mau konsep kayak gimana buat nikahan kita nanti, Bi?" tanya Jasmin dengan semangat.
"Bi, menurut kamu bagusan baju yang ini atau yang ini?" Jasmin berusaha mendapatkan respon Abi.
"Abi ..." Jasmin merengek sembari bergelayut manja di lengan Abi.
"Lepas," Abi merasa risih pasalnya saat ini tengah ada orang-orang dari WO.
Jasmin menggeleng dan semakin menempel kepada Abi. "Aku calon istri kamu,Bi. Jadi gapapa dong kalau aku mau manja sama kamu."
Abi melepaskan tangan Jasmin dan sedikit bergeser untuk menjaga jarak darinya.
"Kamu kenapa sih Bi? Bilang aja kalau kamu masih cinta sama Ara!" Jasmin sangat kesal karena Abi selalu menjaga jarak darinya.
"Jangan mulai," Abi berusaha membuat Jasmin tenang agar tidak membuat keributan.
Jasmin membanting undangan pernikahan mereka, "kamu harus lupain Ara! Jangan cuma dia yang selalu kamu pikirkan Abi. LUPAIN ARA!"
Abi tak mau ambil pusing. Ia segera meninggalkan Jasmin menuju taman belakang rumahnya.
Jasmin tak terima di abaikan Abi begitu saja. Ia lantas mengejar cowok itu.
"Jawab aku, Bi. Kamu masih belum lupakan cewek itu kan? JAWAB ABI!"
"IYA! GUE NGGAK AKAN BISA LUPA SAMA ARA SAMPAI KAPANPUN. GUE CUMA CINTA SAMA ARA!"
Jasmin menangis mendengar penuturan Abi, "kamu jahat, Bi. Kamu harus lupakan Ara. Ingat wasiat orang tua kamu, Bi."
Abi meremas rambutnya frustasi. Sungguh saat ini rasanya ia ingin mengakhiri hidupnya saja.
Jasmin menarik kerah baju yang Abi kenakan dan menatap tajam cowok itu, "jangan main-main Abi atau ... kamu tau kan apa yang bisa Dady ku lakukan sama cewek itu," ucap Nadin memperingati.
Abi menatap punggung Jasmin yang semakin menjauh dengan pandangan kosong, namun dengan isi pikiran yang seperti benang kusut. Sungguh dirinya merasa seperti mainan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Abi [END]
Teen FictionBeragam, bukan berbeda. Berwarna, bukan tak sama.Kita bersatu karena perasaan, bukan karena kita sama. Karena memang sesungguhnya, manik-manik tasbihku tetap berbeda dengan manik-manik rosariomu. Kamu, adalah ketidakmungkinan yang selalu aku semogak...