Up lagi!
***
Kisah hidup setiap orang berbeda. Takdir dan rezekinya juga berbeda. Tapi ada satu hal yang sama bagi seorang Fabricia atau yang sering disapa Cia. Takdir sama-sama tidak berpihak pada ibunya di masa lalu dan juga padanya di masa sekarang.
Dulu, ibunya kehilangan mahkota oleh rayuan atasannya. Mereka menikah karena sang ibu mengandung Cia. Kini sejarah kembali terulang. Cia terjebak percintaan penuh dosa dengan seorang dosen muda nan rupawan di kampusnya.
Mungkin Cia tidak sepenuhnya sadar malam itu. Malam di mana ia kehilangan kehormatannya sebagai seorang gaids 19 tahun. Kini nasi sudah menjadi bubur. Cia tidak bisa memutar waktu dan mengembalikan selaput darahnya.
"Kamu melamun?"
Cia menggeleng pelan. Ia meremas selimut yang menutupi tubuh telanjangnya. Seorang pria baru saja selesai menikmati tubuhnya. Cia menghela napas panjang sebelum ikut beranjak dari kasur empuk milik si pria.
"Aku hamil."
Dua kata yang berhasil menghentikan langkah kaki pria dewasa itu. Ia ingin membuka pintu kamar, hendak keluar meninggalkan Cia.
"Apa?" tanyanya tak percaya dengan pendengarannya.
"Aku hamil," ulang Cia sambil menatap jengah pria itu.
"Anakku?"
Cia mengeraskan rahangnya. Apa pria itu sedang menfitnahnya pernah tidur dengan pria lain? Demi Tuhan, Cia ingin menyumpal mulut kurang ajar itu.
"Wajar, kan, saya bertanya. Mungkin saja setelah dengan saya—"
"Anak Dewa," sela Cia dengan muak.
"D—Dewa?"
Cia tersenyum mengejek. Ia tahu pria itu selalu merasa tersaingi oleh pria bernama Dewa. Entah apa yang mengusiknya, Cia tidak tahu. Tapi setiap Cia menyebut nama Dewa, pria di hadapannya ini akan murka.
Cia mulai menahan napas saat pria itu menjepit kedua pipinya dengan satu tangan. Cia tidak takut sama sekali. Perlakuan kasar pria itu sudah biasa baginya.
Mungkin ibunya sedikit beruntung karena masih disayang dan diharga setelah melakukan dosa itu. Tapi Cia tidak. Ia malah semakin ditatap hina oleh pria tersebut.
"Jadi, kita bisa berhenti di sini. Aku gak mau Dewa kehilangan anaknya karena aku melayani hasrat gila kakaknya," jelas Cia sembari menepis tangan pria itu.
"Gugurin!"
Cia mengernyit sambil berjalan menjauh. Ia memasuki kamar mandi, lalu menguncinya. Cia membersihkan diri dengan pikiran berkecamuk. Ia mengabaikan seruan marah di dalam kamar sana.
"Gugurin?" gumam Cia.
Satu tetes bulir bening jatuh di pipi Cia. Ia hamil anak pria itu. Cia tidak pernah tidur dengan pria mana pun selain pria itu. Tapi ia dipandang hina hanya karena ia mudah tergoda untuk memberikan keperawanannya.
"Sialan. Gue bisa urus anak ini sendiri," lanjutnya dengan helaan napas berat.
"Gue gak butuh dia. Gue gak butuh pria brengsek kayak dia."
Cia mensugesti dirinya untuk tetap kuat meski kenyataan yang tengah menimpanya sangat berat. Apakah orangtuanya akan marah? Atau malah membela Cia?
Tidak. Cia rasa opsi pertama lebih waras ketimbang opsi kedua. Orangtuanya pasti akan marah besar. Apalagi Cia anak yang dibanggakan karena kecantikannya. Orangtuanya pasti malu dan merasa gagal mendidiknya.
"FABRICIA ROSALIE!"
Teriakan nyaring itu disertai hantaman keras di pintu kamar mandi membuat Cia terlonjak. Ia mengusap dada dan menenangkan detak jantungnya. Sial. Pria itu seperti akan membunuhnya saja.
Cia selesai membersihkan diri. Ia keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk pendek yang menutupi dari dada hingga ke bokong saja. Cia melirik pria yang tadi meneriakinya tengah menelepon seseorang di balkon kamar.
Usai memilih pakaian yang akan ia kenakan, Cia meraih ponsel dan juga tas kecil miliknya. Ia akan pulang dan mengurung diri beberapa saat sebelum memikirkan cara untuk memberi tahu orangtuanya.
Cia akan menjadi orangtua tunggal. Ia sudah siap dengan resiko ini sejak lama. Sejak awal ia berhubungan dengan pria brengsek seperti Faris.
"Mau ke mana?!"
Lengan Cia ditahan dan disentak dengan kasar. Faris tampak mengeram. Tatapannya begitu tajam pada Cia.
"Lepas. Gue mau balik."
Panggilan Cia berubah. Faris semakin tersulut emosi. Sejak berhubungan 5 bulan yang lalu, Cia tidak pernah menggunakan kata 'gue' untuk dirinya.
"Ulangi," titah Faris.
"Lepas! Budek lo," kesal Cia.
Faris menyeret kasar Cia menuju ranjang. Ia hempaskan wanita itu hingga terbaring. Cia menatap semakin kesal pada Faris. Pria itu mungkin bisa seenaknya sebelum ini. Tapi Cia tidak akan membiarkan Faris menyakitinya dan janin di perutnya.
Bagaimanapun, ini pilihan Cia untuk bertahan meski tahu pria itu akan menolak. Cia akan bertanggung jawab dengan resikonya. Cia tidak mau lagi menambah dosa jika menggugurkan janin tak bersalah itu.
"GUGURIN!" teriak Faris.
"Gila lo!" maki Cia.
Cia beringsut untuk menjauh dari jangkauan Faris. Tapi kakinya ditahan oleh Faris dan ditarik hingga terbuka lebar. Faris buka dengan paksa celana dalam Cia, lalu ia dengan tergesa membuka celana bokser ketat yang membalut kejantanannya.
"Minggir!" seru Cia marah.
"Kamu gak akan bisa lepas dari saya, Fabricia," desis pria itu di depan wajah Cia.
Satu hentakan dalam membuat Cia membelalak. Tubuhnya melengkung seketika. Faris menarik diri, lalu kembali menekan miliknya dengan kasar hingga Cia memekik.
"Lepas!"
Cia sudah berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri. Tapi tenaga wanita tetap akan kalah dengan tenaga pria dewasa seperti Faris.
"LO BAKAL NYESAL!" jerit Cia sebelum membungkam mulutnya sendiri agar tidak mengeluarkan suara menjijikkan yang membuat birahi Faris semakin terpacu.
Faris tidak peduli. Ia terus menghentak dengan keras dan dalam seolah akan menembus rahim Cia dan merusaknya. Cia memejamkan mata dengan sugesti untuk tetap tenang. Janinnya akan baik-baik saja.
Hentakan Faris semakin brutal. Kepala Cia bahkan sudah terkulai dari kasur. Ia semakin didesak ke tepi kasur. Cia berpegangan pada sprei agar tidak jatuh. Faris benar-benar sudah gila.
"AAKKHHH..."
Faris mengerang kuat ketika ia berhasil mendapatkan pelepasannya. Cia diam tidak bergerak. Pangkal pahanya terasa nyeri. Perutnya terasa keram. Faris tidak tahu itu karena pria tersebut sudah berlalu ke kamar mandi.
Cia membuka mata perlahan, lalu terisak pelan. Ini resiko yang harus ia lalui karena berhubungan dengan pria gila seperti Faris.
Dengan gerakan pelan dan hati-hati, Cia bangkit dan memungut celana dalamnya. Ia mengenakan kain tipis itu dengan tergesa, lalu keluar dari kamar mewah Faris. Cia tidak akan mau bertemu dengan pria itu lagi apa pun alasannya.
Cia akan menebus dosanya sendiri. Faris bukan lagi urusannya. Ia akan meminta pertolongan Dewa untuk mau bekerja sama dengannya.
Dengan ringisan pelan, Cia memasuki mobil dan melaju dengan wajah memerah. Perutnya semakin terasa sakit. Ia mengemudi menuju rumah sakit terdekat.
Cia mendadak khawatir dengan janinnya. Semoga saja tidak terjadi apa-apa dan janin kecil itu baik-baik saja di dalam sana.
***
Sisa 2 HARI LAGI untuk PRE ORDER!
Lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY NEW
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 0...