☆08. Dia ...☆

4.4K 424 43
                                    

"Kalau sekarang aku menginginkanmu, apa kau siap?"

Sakura mengernyit bingung mendengar pertanyaan Sasuke yang ambigu dan terkesan tidak jelas. "Menginginkan apa?" tanyanya polos.

Sasuke tertegun sesaat, bahkan untuk sampai ke arah sana saja Sakura belum mengerti. Sasuke paham sedari remaja Sakura sudah disibukkan jadwalnya saat trainee, kemudian debut. Akan tetapi pastinya di hari libur Sakura bisa menggunakan waktu memperbanyak pengetahuannya, juga masa tidak ada satupun temannya yang membahas persoalan delapan belas dua satu? Karena Sasuke yakin baik di kalangan pertemanan wanita atau pria, pasti ada pembahasan ke arah delapan belas dua satu.

"Menyetubuhimu. Apa masih tidak mengerti?" jelas Sasuke sedikit meremas punggung Sakura dan meraba-rabanya.

"Menyetubuhi?" Sakura terdiam sesaat, Sakura pernah mendengar pembicaraan member Gyou saat mereka membahas adegan film. Saat itu Tenten berteriak, "Bentar lagi akan ada adegan bersetubuh." Teriakan Tenten yang Sakura ingat membuat Sakura kini mengerti maksud Sasuke.

Sakura juga merasa tidak nyaman di area selangkangannya yang begitu basah, Sakura takut Sasuke menyadari hal itu dan akan membuatnya sangat malu.

Ting-tong!

Suara bel mengalihkan perhatian mereka, keduanya spontan menoleh ke sumber suara. Sasuke segera bangkit dari sofa dan melepaskan Sakura dari pelukannya. Ia menoleh sekilas pada Sakura sebelum melangkah menuju ke depan. "Kurir paket, temanku dari Italia mengirim paket untukku." Sasuke kemudian memberitahu.

Sakura mengubah posisinya menjadi duduk, ia sedikit melotot ketika menyadari tonjolan besar di selangkangan Sasuke- mungkin itu yang tadi ia rasakan begitu keras, mengganjal, dan berkedut.

"Keluar seperti itu?" tanya Sakura cepat. Arah mata Sakura menelisik tubuh telanjang Sasuke yang hanya terlilit selembar handuk di pinggang.

Sasuke menoleh sesaat dengan terkekeh. "Kenapa? Kau cemburu?"

Pupil Sakura melebar, ia buru-buru menggeleng keras. "Tidak! Aku hanya khawatir handukmu lepas dan orang itu bisa me-melihat i-itumu." Jawab Sakura cepat dengan matanya menyorot ke arah selangkangan Sasuke yang tertutupi handuk.

Sasuke tertawa sembari memberi jempolnya pada Sakura. "Tenang saja, aman, amore. Di lemari depan ada mantel." Ucap Sasuke yang kemudian berlalu dengan tertawa sekaligus menggeleng kecil.

Sepeninggalan Sasuke, Sakura melirik ke arah bawahnya, di dalam sana yang terhalang kain, Sakura merasa tidak nyaman karena area kewanitaannya sangat basah. Sedetik kemudian Sakura teringat perkataan Ino, "Saat milikmu basah, coba usap milikmu terus-menerus, kau pasti akan merasakan sensasi aneh pada tubuhmu, mainkan klitorismu. Kau juga bisa membayangkan seseorang dalam permainanmu agar semakin enak!". Sakura terkesiap, sebelum Sasuke kembali, Sakura melirik ke arah Sasuke pergi, ia memastikan belum ada suara apapun dari sana. Setelah merasa aman, tangan Sakura menyelusup ke celana dalamnya, jarinya menyentuh kewanitaannya yang benar-benar sudah basah.

Spontan Sakura menggigit bibirnya, menutup rapat mulutnya atas respon tubuhnya yang bagai tersengat listrik, Sakura merasa tubuhnya begitu terangsang. Jari Sakura perlahan mengusap klitorisnya, membuat tubuhnya mengejang seketika.

"Sakura."

Deg!

Sakura melotot terkejut ke arah Sasuke yang sudah kembali tanpa suara. Sakura dengan cepat menarik tangannya, ia berdiri seketika sembari menutupi kepanikannya. Sakura benar-benar ingin berteriak malu! Walaupun ekspresi Sasuke begitu datar, tapi Sakura yakin Sasuke melihat perbuatannya.

"Ti-tidak seperti pikiranmu!" ucap Sakura cepat, Sakura kini menyesal telah teringat perkataan Ino, membuatnya penasaran dan berakhir Sasuke yang memergokinya.

Married The Agency Owner Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang