U - 20

702 100 22
                                    


Bioskop kembali menjadi tempat sepasang manusia itu bergelut lidah. Dengan setting tempat duduk yang berada di pojok atas, ditambah lampu yang dipadamkan, membuat setan bergerak datang mengundang hawa nafsu dan berontak minta dipuaskan.

"Hesa," ucap Diandra di sela ciuman mereka.

Mahesa abai, ia sibuk menginvasi rongga mulut perempuan di hadapannya. Lidahnya berkelit sana sini, salivanya dibiarkan bercampur dengan saliva lainnya.

Mulanya, seperti yang sudah direncanakan, Mahesa dan Diandra akhirnya pergi nonton ke bioskop berdua, meninggalkan Juan sendirian di kosan. Seperti yang sudah Diandra bilang juga, ia sudah memesan tiketnya dan memang benar karena begitu tiket sudah didapatkan mereka berdua langsung masuk ke studio.

Beberapa adegan film terlewati, namun, entah siapa yang memulai keduanya mulai bertatapan dan saling memandang dengan lekat hingga tiba-tiba saja dua belah bibir itu sudah menyatu dan berakhir saling melumat.

"Filmnya udahan Hesa," kata Diandra dengan nafas yang terengah.

"Hm."

Mahesa pun sama sibuknya mengatur nafas, deru nafas keduanya bahkan terdengar begitu jelas. Ia kembali pada posisi duduk orang normal setelah tadi duduknya berubah menjadi menyamping. Mahesa memejamkan mata, mati-matian menahan seraya mengontrol sisi liar dirinya yang mulai berontak.

"Ayo keluar," ajak Mahesa pada akhirnya.

Lalu keduanya berjalan keluar dan berusaha bersikap seperti biasanya.

"Mau makan dulu nggak?" tanya Mahesa.

"Boleh, restoran Jepang ya?" pinta Diandra yang langsung diangguki Mahesa.

Di restoran Jepang, langsung saja keduanya memesan makanan dan mulai memakan makanannya karena jujur saja selain nafsu mereka yang berontak, perut pun sama berontaknya ingin diisi setelah bantu dua manusia itu bernafas saat ciuman.

Saat Mahesa dan Diandra keluar dari mall, langit sudah gelap. "Langsung pulang?" tanya Diandra.

"Maunya kemana dulu?"

"Bebas sih, aku lagi males pulang."

"Ya udah kita jalan dulu aja."

Motor yang dikendarai Mahesa itu melaju membelah jalanan yang cukup ramai meski langit sudah berubah warna menjadi gelap. Tak lama, Mahesa hentikan motornya di sebuah tempat yang cukup sepi.

"Kok berhenti di sini," kata Diandra seraya membuka helmnya.

"Ikut aja."

Tanpa banyak bicara, Diandra mengikuti Mahesa yang sudah berjalan duluan dan seketika mulutnya membulat saat matanya mendapatkan sajian tempat yang cukup menakjubkan. Sebuah danau biasa namun jika duduk di pinggirannya pemandangan langit benar-benar akan memanjakan mata.

"Wah," ungkap Diandra, kagum.

"Sini duduk," ajak Mahesa.

Kini, keduanya tengah duduk berdampingan di rumput pinggir danau. Tidak ada yang mengeluarkan suara, Diandra sibuk perhatikan pemandangan danau di hadapannya begitupun Mahesa yang melakukan hal yang sama. Namun, jauh dari itu hati dan logikanya terus-terusan bicara, membuat Mahesa diselimuti ragu akan apa yang menjadi tujuannya.

"Kamu tahu tempat ini dari mana,Hes?" tanya Diandra memecah keheningan keduanya.

Mahesa menoleh sebentar. "Hm? Gue sering ke sini sama Juan." jawabnya.

"Ah, kok bisa nyampe? Em maksud aku kan tadi jalannya juga cukup susah."

Diandra berdeham saat menyadari raut wajah Mahesa yang sempat berubah usai dirinya singgung keterbatasan Juan.

Universe • Lee Heeseung [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang