Apa yang Juan takutkan dan tidak inginkan terjadi. Mahesa jatuh sakit. Kakaknya itu tiba-tiba saja pingsan dalam dekapannya membuat Juan panik bukan main. Saat itu juga ia langsung berteriak memanggil siapapun yang bisa membantu kakaknya untuk diperiksa.Hingga berakhirlah Mahesa di ruangan yang sama dengan ranjang yang berbeda. Benar, Mahesa harus dirawat karena kekurangan cairan di tubuhnya yang membuat ia harus diinfus.
Juan masih betah memandang kakaknya yang belum kunjung bangun. Sedikitnya ia heran dengan sikap Mahesa yang tiba-tiba datang dan meminta maaf kepadanya. Juan sudah bangun saat mendengar suara pintu yang dibuka, karena penasaran ia tetap memejamkan mata dan berakhir mendengar ucapan maaf keluar dari mulut sang kakak.
"Kakak ... Kakak cantik itu sebenernya baik atau enggak?" tanya Juan, pelan.
Laki-laki itu menghela nafas dan berniat kembali tiduran karena pusing memikirkan banyak hal. Bersamaan dengan itu Mahesa membuka mata, membuat Juan mengurungkan niatnya.
"Kakak!" serunya, senang.
Mahesa menoleh. "Juan?"
"Kakak pencet tombol itunya supaya Dokter ke sini buat periksa lagi. Aku susah ke sananya."
Mendengar titah adiknya, Mahesa menurut. Ia segera menekan tombol itu hingga tak lama dokter datang dan memeriksanya. Setelah mengucapkan beberapa penjelasan, ruangan itu kini hanya tersisa Juan dan Mahesa. Dua-duanya tidak ada yang bersuara.
"Kak Ma-"
"Ju-"
Keduanya saling menoleh, membuat Mahesa menghela nafas dan membiarkan Juan mengatakan ucapannya terlebih dahulu.
"Tadi Ibu datang ke sini jenguk aku. Dia ngobrol lagi sama aku, Kak."
Juan mengawali cerita.
"Kemudian, Ibu mengajak kita buat tinggal bareng lagi."
Mendengar ucapan itu, Mahesa sontak menoleh pada adiknya yang masih setia menatap langit-langit kamar.
"Ibu bilang, dia udah ngomong sama Kakak dan Kakak belum kasih jawaban. Menurut Kakak, kita baiknya gimana?"
"Adek maunya gimana?" tanya Mahesa.
Juan menoleh, hingga kakak adik itu saling menatap mata. "Aku terserah Kakak, hehehe. Selama ini aku udah besar sama Kakak. Jadi, gimana keputusan Kakak, aku ikut aja," jawabnya.
"Nanti Kakak coba ngobrol sama Ibu dulu."
"Oh ya, Kakak mau bilang apa?" Kali ini, Juan bertanya dan menantikan apa yang akan dibicarakan kakaknya.
"Ju ... Kakak udah pacaran sama Diandra," ucap Mahesa, lugas.
Raut terkejut terlihat jelas di wajah Juan tepat setelah sang kakak selesai mengucapkan kalimatnya. Matanya mengerjap beberapa kali dengan mulut yang sedikit terbuka.
"Menurut kamu ... gimana?" tanya Mahesa karena adiknya tak kunjung buka suara.
"Y-ya nggak gimana-gimana. Selamat Kakak!" ucap Juan, riang.
Namun, Mahesa tahu dan jelas menangkap getar suara adiknya yang sedikit berbeda. Jadi, benarkah bahwa selama ini Diandra menyakiti adiknya?
Mahesa harus percaya siapa?
"Makasih," ucapnya seraya tersenyum. "Sekarang tidur ya, istirahat supaya cepet sehat."
Juan mengangguk lucu. "Kakak juga ya!"
Setelahnya Juan balik badan menjadi memunggungi Mahesa membuat laki-laki yang menyandang status kakak itu menghela nafas. Ia masih ingin mencari bukti lain untuk memastikan semuanya, ia tidak ingin bertindak gegabah dan berakhir menyesal.
"Hah ... sekarang gue mending pikirin keputusan buat tinggal sama Ibu, deh," gumamnya.
---
Esoknya, Mahesa sudah baikan begitupun dengan Juan. Bahkan keduanya berencana untuk keluar dari rumah sakit dan kembali ke kosan. Namun masalahnya, Juna tiba-tiba merengut saat mengatakan mereka akan pulang ke sana.
"Kenapa? Kan tempat tinggal kita di sana," tanya Mahesa lembut.
Juan menggelengkan kepala lalu menunduk.
"Juan takut?"
"Iya," jawabnya mencicit.
Mahesa menghela nafas lagi, sepertinya adiknya itu trauma karena sempat diculik di sana dan berakhir seperti ini.
"Ke rumah Kak Sam kalau gitu? Sebentar aja ya, Kakak ada perlu dulu soalnya. Habis itu kita pulang ke kosan berdua, supaya Juan enggak takut. Okey?"
"Okey ...."
Mahesa tersenyum lalu mengusap surai lembut adiknya. Meski ia harus merepotkan kembali temannya, mau tidak mau harus ia lakukan karena ia berencana akan menemui ibunya dan memberikan jawaban akan ajakannya.
Sekarang, dirinya dan Juan sudah sampai di rumah Samudera. Begitu masuk, ia disambut oleh ibu Samudera dan juga Sean.
"Eh Juan udah sembuh, Nak?" tanya wanita itu.
Mahesa tersenyum dan membungkukkan kepalanya. "Halo Tante, Juan udah mendingan dan aku mau nitip dia di sini sebentar boleh? Kebetulan aku ada perlu dan Juan takut sendirian di kosan," ucapnya menjelaskan tujuan.
"Boleh-boleh. Sini-sini Juan nya, Sean ayok bawa Juan nya ke sini."
Sean yang disuruh oleh ibunya langsung menurut dan menggantikan Mahesa untuk mendorong kursi roda yang dinaiki Juan. Juan menengok ke belakang dan menggerakkan tangan kirinya untuk memberi lambaian tangan pada Mahesa yang kini sudah keluar dari rumah Samudera.
Mahesa memacu kendaraannya dengan kecepatan sedang, ia memiliki janji untuk bertemu ibunya di sebuah cafe. Saat dirinya sampai, sudah terlihat seseorang yang ia kenal duduk di dalam.
"Maaf telat, Bu."
Wanita yang dipanggil ibu itu mendongak. "Iya nggak apa-apa Hesa. Sini duduk."
Laki-laki itu langsung duduk di kursi yang berhadapan dengan ibunya. Lalu memesan sebuah minuman dan setelahnya memandang ibunya dengan lekat.
"Jadi, gimana keputusan kamu Hesa?" tanya ibu.
"Ibu bisa jamin hidup aku dan Juan terpenuhi?" Mahesa justru balik bertanya.
"Bisa."
"Bisa jamin untuk kebahagiaan Juan?"
Ibu mengangguk dan memegang tangan Mahesa seolah tengah meyakinkan bahwa ia memang sudah siap kembali bertanggung jawab.
Mahesa diam cukup lama, seperti tengah berpikir akhir sebelum bibirnya mengucapkan keputusan.
"Hesa terima."
Mendengar itu, ibu senyum sumringah. Ia lantas berdiri dan memeluk anaknya itu. "Makasih udah kasih Ibu kesempatan. Makasih Hesa," ucapnya.
"Sama-sama, Bu."
Akhirnya, Mahesa memutuskan untuk menerima ajakan ibunya. Ia butuh waktu yang cukup lama untuk memikirkan ini dan butuh pertimbangan yang berat untuk memutuskannya. Salah satu alasan utama mengapa ia akhirnya menerima adalah masalah ekonomi. Jujur saja, selama ini ia cukup kewalahan. Belum lagi, uang beasiswanya terkadang tidak cair membuat dirinya harus bekerja keras lagi mencari acara yang bisa diikuti oleh bandnya.
Alasan lainnya adalah akan ada orang yang membantu dirinya merawat Juan. Kaki dan tangan kanan Juan lumpuh, ia yakin jika Juan akan memiliki waktu yang sangat sulit.
Sayangnya, apa yang manusia harapkan tidak selalu berubah menjadi kenyataan.
---
Haloooo, kangen ga? Hahahahaa
Beberapa part depan bakal ada percepatan waktu, jadi mohon dimaklumi yaa
Jangan lupa vote dan komennya ❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Universe • Lee Heeseung [End]
FanfictionLokal ft Yang Jungwon Mahesa cinta Diandra begitu pun sebaliknya. Tapi, Diandra tidak bisa menerima adik Mahesa yang memiliki kekurangan karena status derajatnya. "Kalau kamu nggak bisa nerima Juan, maaf, Di. Aku juga nggak bisa nerima kamu, karena...