U - 22

762 113 13
                                    


Mahesa rasanya ingin menabrakan diri pada mobil yang berlalu lalang di depan dan sampingnya. Ia terlalu fokus berbicara dengan ibu perihal tempat tinggal dan biaya hingga tidak sadar jika jam sudah menunjukkan waktu semakin malam, namun adiknya belum kunjung pulang.

Meski jantungnya berdetak tidak karuan dan tangannya yang gemetar, Mahesa coba fokus mengendarai motornya. Usai melihat pesan balasan dari Jayden, Mahesa baru menyadari adanya kejanggalan. Tanpa pikir panjang, Mahesa langsung keluar dan memacu kendaraannya di jalanan malam.

"Ini gue harus kemana anjing!" umpatnya dalam hati.

Mahesa tidak dapat menghubungi Juan karena ponsel adiknya saja mati di kosan. Mahesa juga sudah meminta bantuan pada Jayden yang untungnya masih terjaga, namun belum ada kabar lagi.

"Kamu dimana, Ju?" gumam Mahesa.

Motornya dihentikan di pinggir jalanan sepi saat merasakan ponselnya bergetar. Ternyata panggilan telepon dari Jayden yang membuat Mahesa buru-buru mengangkatnya.

"Jay gimana?" tanyanya langsung.

"Hes, lo tahu gudang kosong deket kampus kita nggak?"

"Tahu, kenapa? Lo udah ketemu Juan?"

"Sini dulu, buruan."

Begitu panggilan terputus, Mahesa segera memutar arah dan berlalu menuju tempat yang baru saja Jayden sebutkan. Tidak butuh waktu lama Mahesa sudah sampai dan turun untuk menghampiri Jayden yang berdiri tidak jauh dari gudang kosong itu.

"Lo lihat Juan?"

"Enggak, tapi gue nemu ini."

Jayden memberikan sebuah gelang hitam yang sangat tidak asing. "Gelang Juan?" tanya Mahesa.

"Iya, ini gelang yang dipake Juan, Nizar sama Sean."

Otaknya berpikir cepat, itu artinya Juan ada di dalam gudang kosong sana. Maka tanpa pikir panjang, Mahesa segera berlari diikuti Jayden di belakangnya.

"Dikunci Hes," ucap Jayden.

Mahesa masih mencoba mendobrak pintu gudang yang terkunci. Dirinya memberi ancang-ancang untuk menendang pintu, namun tetap saja pintu itu tidak terbuka.

"Susah Hes, dikunci di dalam."

Jayden sadar begitu ia mencoba membuka pintu menggunakan sebuah jepit yang entah ia dapat dari mana.

"Anjing!"

"Jendela!"

Melihat jendela yang sudah cukup rapuh itu membuat Mahesa tanpa aba-aba segera memukulnya hingga pecah. Buru-buru ia naik meskipun sedikit perih saat pundaknya tergores kaca.

Di dalam ternyata ruangan sangat gelap, Mahesa kelimpungan karena tidak dapat melihat apapun.

"Ponsel Hesa, gunain. Nyalain senternya," titah Jayden.

Bodoh! Mahesa benar-benar tidak dapat berpikir dalam keadaan panik seperti ini. Lantas, setelah flashlight di ponselnya nyala, Mahesa langsung mencari kemungkinan dimana Juan berada.

Namun, semua ruangan yang ada di sana terkunci dan sama seperti pintu utama, semuanya susah untuk didobrak. Mahesa terdiam di depan sebuah ruangan, ia menundukkan kepalanya dengan mata yang sudah memerah.

"Lo denger nggak?" tanya Jayden.

"Apa?"

Jayden memberikan isyarat untuk diam kepada Mahesa, ia mendengar suara seperti orang yang kesulitan menarik nafas setelah menangis.

"Bentar, jepit yang gue temuin tadi mana?"

Mahesa hanya diam memperhatikan Jayden yang mencari jepit di sakunya, lalu ia sedikit menyingkir saat Jayden berjalan ke arahnya. Ah tidak, ke pintu yang berada di belakangnya.

Universe • Lee Heeseung [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang