U - 7

806 132 9
                                    


Sepuluh menit yang Mahesa ucapkan nyatanya hanya terjadi di mulut saja. Nyatanya, pukul setengah dua belas malam Mahesa baru saja memarkirkan motornya di depan kosan. Sebenarnya hal ini terjadi karena Diandra tiba-tiba saja mengajaknya untuk mencari makanan terlebih dahulu, ingin ia tolak namun Mahesa tidak enak.

Saat berjalan menuju kamar kos nya, Mahesa melihat kembali pesan dari Juan yang tadi sempat ia baca. Keningnya mengernyit usai menyadari jika adiknya berkata ada yang mengetuk pintu kosannya. Buru-buru Mahesa berlari dan membuka pintu kos nya yang tidak dikunci.

"Lo ngapain bangsat?!" teriaknya saat menemukan orang yang berada di kamar sebelahnya tengah menakuti Juan yang sudah terduduk di pojok kamar.

"Ngapain lo di sini hah?!"

"Keluar!"

Mahesa menunjuk pintu kamarnya yang terbuka lebar, namun orang itu tak kunjung keluar juga membuat Mahesa geram.

"KELUAR GUE BILANG!" bentaknya.

Akhirnya, orang itu keluar setelah menabrak bahu Mahesa dengan cukup kencang. Tanpa memperdulikan pintu kosannya yang masih terbuka, Mahesa langsung menghampiri adiknya yang sudah bergetar tidak karuan.

"Juan ini Kak Mahes."

"Kak Mahes," cicit Juan.

"Iya ini Kakak." Mahesa membawa Juan ke dalam pelukannya seraya mengusap lembut punggung adiknya.

"Hesa kenapa Hes?" tanya seseorang dari luar.

Teriakan dan bentakan Mahesa sudah jelas membuat beberapa orang terbangun dan menghampiri kamarnya. Jelas karena ini hampir tengah malam dan mungkin mereka cukup khawatir karena mendengar keributan.

"Biasa si anjing itu gangguin Adek gue lagi," jawab Mahesa.

Seakan mengerti si penanya barusan langsung menyuruh orang-orang yang mengerubungi kamar kosan Mahesa untuk kembali ke kamarnya. Sedangkan ia masuk ke kamar Mahesa dan tak lupa menutup pintunya.

"Tolong benerin kasur gue dong," ucap Mahesa pada temannya.

Gara, orang yang saat ini berada di kamarnya juga menuruti apa yang diucapkan Mahesa. Setelah selesai, Mahesa membaringkan adiknya di kasur lalu memberi segelas air putih yang langsung diteguk habis oleh Juan.

"Juan kenapa bisa gini hm?" tanya Mahesa pelan.

Juan mengerjapkan matanya. "Dari tadi ada yang ketuk-ketuk pintu terus. Juan lupa belum kunci pintu karena tadi pas Kak Jayden sama Nizar pulang Juan lagi tidur," katanya. "Juan udah kirim pesan ke Kakak tapi Kakak cuman baca doang, Juan pikir karena Kakak lagi di jalan. Nggak lama orang itu masuk, dia mau samperin Juan ke kasur. Dia ... dia tarik kaki Juan terus Juan geser ke pojok."

Tangan Juan secara tiba-tiba mengepal saat bercerita. Air matanya mengalir saat Juan memejamkan mata, jujur saja ia bahkan tidak menyadari sejak kapan mulai menangis.

"Selama dua jam dia cuman diem liatin Juan, terus bilang kalau Juan cuman ... cuman beban karena Juan nggak bisa jalan. Juan nggak tahu Juan salah apa sama dia, tapi tiba-tiba dia ambil korek terus nakut-nakutin Juan. Juan ... Juan takut Kakak," isak Juan seraya menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Mahesa yang mendengar itu menggeram tertahan dan merasa bersalah karena ia malah menuruti permintaan Diandra. Seharusnya ia langsung pulang usai mengantarkan perempuan itu dan mungkin selama dua jam lebih itu Juan tidak akan ketakutan.

"Lo mending pindah kamar aja deh, Hes. Jangan pinggiran sama dia, waktu itu juga gue denger Juan didiemin di trotoar ya setelah diiming-iming kasih makanan?" kata Gara.

"Si anjing itu emang cari ribut kayaknya," desis Mahesa.

Demi alam semestanya, Mahesa tidak akan pernah diam saja saat dunianya diganggu dan diusik oleh orang lain. Mahesa jelas marah besar karena orang di kamar sebelahnya sudah berani membuat Juan Rajendra ketakutan.

"Udah lo jangan emosi dulu, bersih-bersih dulu sana. Gue mau pulang, jangan lupa kunci pintu."

"Iya, makasih Gar."

Setelah Gara keluar dari kamarnya, Mahesa langsung mengunci pintu dan kembali menghampiri Juan yang masih menangis hingga nafasnya tersendat.

"Udah Adek jangan nangis lagi. Udah ada Kakak sekarang."

"Juan salah apa sama mereka Kakak? Kenapa mereka gangguin Juan terus?" tanya Juan lirih.

"Hei kamu nggak salah, mereka ini emang suka gangguin orang. Juan nggak punya salah apapun jadi biarin aja ya."

Juan menarik ujung baju yang dipakai Mahesa supaya kakaknya itu tidur di sebelahnya. "Mau peluk lagi," cicitnya.

"Iya sini Kakak peluk lagi, abis itu tidur ya?"

Mahesa merebahkan tubuhnya di samping Juan dan adiknya itu langsung masuk ke dalam dekapannya, wajahnya disembunyikan pada dada bidangnya. Tangan Mahesa bergerak mengusap surai adiknya dengan lembut supaya adiknya itu tertidur.

"Kakak minta maaf ya udah biarin kamu ketakutan."

"Hnggg."

Tak lama suara dengkuran halus terdengar membuat Mahesa menghela nafas lelah. Ia benarkan posisi tidur adiknya supaya nyaman sedangkan ia bangun dari tidurnya dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Selepas membersihkan diri, Mahesa duduk di dekat kasurnya seraya memainkan ponselnya. Terdapat beberapa pesan dari temannya dan juga dari Diandra, perempuan yang membuat ia telat pulang ke kosan.

"Nggak boleh gitu, gue yang salah karena nggak bisa nolak," ucap Mahesa pada dirinya sendiri saat berpikir bahwa Diandra yang salah atas kejadian ini.

Diandra F'Kedokteran
Hesa udah sampe?
Makasih ya udah nemenin aku
Nanti, bisa mungkin jalan-jalan lagi?

Namun Mahesa memilih mengabaikan pesan itu, saat ini ia sedang tidak ingin membalas pesannya. Lagi, pikirannya tertuju pada orang yang berada di sebelah kamarnya. Dia memang sudah sering mengganggu Juan, saat ditinggalkan di trotoar contohnya. Namun selama ini orang itu tidak pernah sampai nekat masuk ke kamarnya dan membuat adiknya ketakutan.

"Masa gue harus pindah kosan?" tanyanya pada diri sendiri.

"Gue belum gajihan lagi."

Mahesa menghela nafas lelah, ia menyandarkan kepalanya pada tembok membuatnya sedikit mendongak. Ia menatap langit-langit kosannya dalam diam, memikirkan segala kemungkinan yang tersusun di kepalanya.

"Eumm ... takut ...."

Kepalanya menoleh pada Juan yang tidak tenang dalam tidurnya. Kemudian Mahesa bergerak mendekati kasur dan mengelus punggung tangan adiknya.

"Ada Kakak, Juan."

Jujur, Mahesa sedih setiap malam harus melihat Juan yang tidak pernah tenang dalam tidurnya. Ia sangat menyayangi adiknya bahkan melebihi apapun. Hanya Juan, hanya adiknya, satu-satunya semesta yang ia punya.

"Kakak sayang kamu, Juan," gumam Mahesa. Sebelum ikut meluruhkan dirinya di sebelah Juan.

---

Semogaa sukaa 💗💗

Ayo tebak, Diandra jahat atau baik?

Jangan lupa vote dan komennya ❤❤

Universe • Lee Heeseung [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang