U - 17

704 117 31
                                    


Well, Mahesa sempat bingung untuk sesaat. Tapi, logikanya berjalan dan berpikir bahwa saat ini ia masih di luar rumah dan tengah bersama Diandra. Maka, bukankah mengutamakan Diandra menjadi opsi yang benar supaya dirinya tidak memakan banyak waktu?

Berakhirlah di sini sekarang, pukul sepuluh malam di sebuah angkringan. Mahesa hanya memesan minuman hangat saja karena dia sudah kenyang makan mie tadi, sedangkan Diandra tengah mengunyah pesanannya sendiri.

"Hesa, kamu beneran enggak mau?" tanya Diandra.

"Enggak, Di. Lo aja."

Diandra mengangguk dan kembali melanjutkan makannya. Sedangkan Mahesa tatap perempuan itu yang terlihat lebih cantik dengan warna serta model rambut yang baru.

"Rambutku jadi bagus enggak, Hesa?"

"Bagus, lo jadi cantik."

Pipi perempuan itu tiba-tiba bersemu saat Mahesa mengucapkan kalimat tersebut. Diandra hampir saja tersedak karena serangan tiba-tiba dari Mahesa.

"Masa?" tanyanya, malu.

Mahesa terkekeh, ia tahu betul bahwa perempuan di hadapannya itu tengah malu sekaligus salah tingkah. Kemudian, saat melihat makanan Diandra sudah habis, Mahesa langsung mengajak perempuan itu pulang karena waktu sudah cukup malam.

"Jangan lupa bersih-bersih, habis itu langsung tidur."

"Nanti telepon sebentar boleh nggak?"

"Gue usahain."

Diandra mengangguk karena ia tahu alasan Mahesa tidak langsung mengiyakan ajakannya adalah karena Juan. Jujur, ia kesal karena selalu Juan, Juan, Juan.

"Gue pulang dulu," pamit Mahesa.

"Apa istimewanya anak lumpuh kayak Juan sih?" gumam Diandra sembari masuk ke rumahnya.

Sedangkan Mahesa baru saja sampai di rumah Jayden, ia melihat orang tua Jayden di ruang keluarga dan menyapanya sebentar. Lalu kakinya ia langkahkan ke atas menuju kamar temannya.

"Jay, Adek gue mana?" tanya Mahesa saat membuka pintu kamar Jayden.

Jayden yang tengah memainkan ponselnya menoleh. "Woy anjing kemana aja lo? Juan nanyain mulu lo dari tadi."

"Ada urusan. Dimana Adek gue?"

"Untung masih inget punya Adek lo, ya. Awas aja sampai lupa Adek cuman gara-gara cewek," sindir Jayden.

Mahesa berdecak, ia ke sini ingin menanyakan dimana adiknya bukan malah mendapatkan ceramah dari temannya.

"Ngaco lo ah, Juan dimana? Di kamar tamu atau kamar Nizar?" tanya Mahesa sekali lagi.

"Nizar."

Lantas Mahesa langsung bergegas menuju kamar adik Jayden dan membuka pintunya dengan perlahan. Begitu terbuka, ia bisa melihat Nizar yang tengah bermain game di kursi kesayangannya dan adiknya yang tertidur lelap.

"Kak Mahes?" tanya Nizar usai menyadari keberadaan Mahesa.

"Juan tidur?"

Nizar mengangguk. "Baru aja tidur, Kak. Nanyain Kakak terus dari tadi."

"Kursi rodanya dimana?" tanya Mahesa.

"Di bawah, Kak. Juan tadi digendong Kak Jay ke sininya."

Mahesa mengangguk masih dengan tatapan yang mengarah pada adiknya. Ia harus bawa adiknya pulang, sudah cukup untuk merepotkannya.

"Juan, bangun yuk. Kita pulang," ucap Mahesa seraya mengusap pipi adiknya.

"Adek ...."

"Nginep aja, Kak. Kasihan juga udah malem," kata Nizar yang mendengar perkataan Mahesa.

Universe • Lee Heeseung [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang