U - 33

708 104 4
                                    


Waktu memang terus berlalu, membawa segala hal yang sudah dilalui hilang bagai ditelan samudera. Seolah terus maju dan meninggalkan apa yang terjadi di belakangnya.

Sudah dua bulan Mahesa dan Juan pindah dari kosan lama ke kosan barunya. Mahesa terpaksa memilih kosan yang campur, dalam artian dalam kosan tersebut ada kamar khusus laki-laki dan perempuan, karena rata-rata kosan khusus laki-laki yang ia cari sudah penuh.

Hidupnya bagai didaur ulang kembali, Juan sepertinya sudah melupakan apa yang terjadi padanya. Tentang bagaimana tangannya bisa tidak berfungsi dan ia yang kini hanya berdiam diri di kosan, Juan menerimanya. Begitupun Mahesa yang semakin sibuk karena fokus pada pendidikan dan karirnya sebagai vokalis band Nivers yang ia punya.

Seperti sekarang, Mahesa baru saja pulang kuliah setelah kelas sore pukul setengah tujuh malam. Tapi, kakak satu adik itu harus bersiap-siap untuk manggung di salah satu cafe yang cukup jauh dari kosannya.

"Kamu mau ikut, Ju?" tanya Mahesa.

"Sean sama Nizar ikut?"

"Ikut, mereka udah di sana."

Mahesa melihat adiknya yang seperti tengah menimbang. Kemudian ia mendekat dan mengusap surainya membuat Juan menatap mata.

"Ikut ya? Udah lama juga loh kamu nggak ikut Kakak manggung. Habis manggung nanti, kita makan-makan di restoran. Ditraktir Jayden karena dia sebentar lagi ulang tahun," ucap Mahesa mencoba membujuk adiknya.

Trauma.

Rasa itu memang cukup susah untuk dihilangkan dan dilalui oleh penderita. Meski Juan berkata baik-baik saja dan sudah melupakan kejadian lama, namun tetap saja adiknya itu Mahesa tahu jika Juan masih sering kali takut untuk bertemu dengan orang baru.

Beberapa bulan belakangan ini juga Juan hanya diam di kosan sendirian. Meski terkadang diam-diam Mahesa melihat jika Juan sering mencoba berkomunikasi dengan salah satu penghuni kosannya.

"Gimana, mau?" tanya Mahesa sekali lagi.

Juan mengangguk ragu, yang mengundang sebuah senyuman tulus dari Mahesa.

"Ayo sekarang Kakak bantu kamu siap-siap."

Juan hanya diam saat kakaknya memasangkan sebuah jaket tebal pada tubuhnya. Ia merasa deja vu, saat pertama kali akan bertemu dengan perempuan yang ... ah sudahlah, Juan tidak ingin mengingatnya.

"Dijemput Kak Jay?" tanya Juan saat dirinya sudah siap.

"Iya, udah di depan dia. Ayo Kakak gendong."

"Kursi roda aku?"

"Nanti Kakak balik lagi buat bawa."

Dalam gendongannya, Juan memeluk leher Mahesa dengan tangan kirinya. Ia menunduk saat mereka melewati ruang tamu yang kebetulan sedang banyak orang.

"Eh Dek Juan mau kemana nih udah gaya?" tanya salah satu orang di sana.

"Mau ikut gue manggung, ayo Bang nonton," jawab Mahesa.

"Wah, akhirnya ya mau diajak keluar. Ntaran deh ya Hes, gue lagi nyusun skripsi nih. Biasa anak semester tua."

Mahesa tertawa menanggapinya kemudian ia menunduk dan berpamitan dari segerombolan kumpulan itu. Satu hal lagi yang berbeda, lingkungan di kosan barunya ini sangat sehat.

Saat pertama ia datang dengan keadaan Juan yang maaf, cacat, orang-orang yang sudah lebih dulu ada di sana menyambutnya dengan hangat. Tak jarang juga salah satu dari mereka mencoba mengajak ngobrol atau menemani Juan saat Mahesa di kampus. Entah itu penghuni kosan perempuan maupun laki-laki, karena ternyata di antara anak-anak kosan itu Juan yang paling muda.

Universe • Lee Heeseung [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang