Finna Larissa (2)

12.3K 1.4K 71
                                    

Ciee triple up!💅🏻

***

Hampir jam 12 malam Rissa tersentak bangun dari tidurnya. Ia ingat kalau tadi Kino sudah meminta izinnya untuk berkumpul dengan teman-teman pria itu. Biasanya Kino akan mengabarinya jika sudah pulang. Tapi ini belum sama sekali.

Rissa meraih ponsel miliknya, lalu mendial nomor Kino. Tersambung. Cukup lama Rissa menunggu sampai panggilannya berakhir dengan suara operator. Rissa mencoba panggilan kedua. Kali ini tak menunggu lama suara Kino langsung terdengar.

"Ya, Sayang?"

"Kamu belum pulang?"

"Belum. Kamu udah tidur ya?"

"Udah. Kebangun karena inget kamu."

Rissa bisa mendengar sahutan demi sahutan dari seberang sana. Sepertinya cukup ramai dan entah apa yang tengah terjadi di sana. Apakah ada wanita atau tidak, Rissa tidak mendengar suaranya. Hanya para pria.

"Kin, sini. Mojok aja lo. Ini Tania minta dianterin balik sama lo!"

Rissa bisa mendengar suara seseorang berseru cukup keras pada Kino. Rissa menunggu respon pria itu dengan jantung deg-degan. Apakah Kino akan menerimanya? Apalagi pria itu terlalu berbaik hati untuk menolak jika itu temannya yang meminta.

"Lo aja. Gue mau balik. Bini gue nungguin. Halo?"

"Hm?"

"Aku nginap ya?" tanya Kino.

"Hm."

"Sayang..."

"Iya."

"Mau nitip sesuatu gak?"

"Martabak kacang," jawab Rissa dengan senyuman geli yang entah kenapa juga menular pada Kino di seberang sana.

"Oke. Martabaknya otw, tungguin. Teleponnya jangan dimatiin. Aku takut ngantuk di jalan," pinta Kino yang disetujui saja oleh Rissa.

Satu hal yang membuat Rissa tidak bisa melepaskan Kino begitu saja. Pria itu selalu bisa kembali meluluhkannya. Menuruti semua keinginannya. Hal yang tidak pernah Rissa dapatkan dari sosok seorang ayah, maka Kino siap memberikannya. Perhatian kecil, kasih sayang dan cinta.

Meski pria itu terbilang nakal dan punya pergaulan bebas, Rissa yakin Kino bisa berubah kalau itu memang niat dari dirinya sendiri. Rissa ingin mereka melangkah ke jenjang yang lebih serius agar mereka tidak semakin lama berada di kubangan dosa.

Rissa yakin saat ini Kino mengemudi dengan cukup kebut. Apalagi jalan menuju apartemennya tidak terlalu ramai dan penjual martabak juga tidak terlalu jauh dari sana.

Menunggu beberapa menit, pintu apartemen Rissa berbunyi saat terbuka, lalu langkah kaki seseorang terdengar dengan suara panggilannya.

Rissa beranjak dari kamar. Ia keluar dan tersenyum pada Kino yang juga tersenyum padanya. Kino meletakkan sekotak martabak di atas meja di depan televisi, lalu mendekati Rissa dan mengecup bibir wanita itu.

"Kamu jaga jarak sama Ridwan ya," kata Kino tiba-tiba.

"Hm?"

"Aku gak suka. Feeling aku gak enak tiap dengar nama dia," jelas Kino.

Rissa terkekeh. Ia duduk di atas pangkuan Kino, lalu mengalungkan kedua lengannya di pundak lebar pria itu. Rissa memainkan alisnya menggoda Kino yang langsung memutar bola mata jengah.

"Aku serius, Larissa. Jangan sampai pikiran buruk aku jadi kenyataan. Aku habisin itu si Ridwan."

"Jangan macem-macem. Aku gak deket kok sama dia. Cuma beberapa kali aja satu kelompok bikin tugas."

SHORT STORY NEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang