Chapter 6

835 132 4
                                    

Junkyu turun dari kamarnya untuk memasak sarapan. Kalau ada yang bertanya apakah tidak ada asisten rumah tangga disana, jawabannya ada. Tapi biasanya tugasnya hanya membersihkan rumah, tidak dengan memasak.

Sejak tuan dan nyonya besar jarang dirumah, bahkan Winter juga jarang makan dirumah, Junkyu memberikan perintah untuk tidak usah ada yang memasak, cukup membersihkan rumahnya saja.

Cukup dengan sepotong roti yang sudah di panggang sebentar dengan selai blueberry dan segelas kopi instan yang tinggal ditaruh ditempat pembuat kopi otomatis, cukup menjadi sarapan Junkyu.

Junkyu bisa melihat adiknya Winter sudah rapi dengan seragam yang membalut tubuh indahnya dengan sangat pas.

"sarapan dulu Win" ajak Junkyu.

Winter hanya menatap datar wajah kakaknya.

"aku gak mau satu meja sama kakak" ucap Winter.

Junkyu mengatur emosinya agar tidak meledak sepagi ini.

"cuma sarapan doang, gak akan lama kamu duduk di depan kakak" ucap Junkyu.

"aku muak liat wajah kakak, aku muak semua hal yang berhubungan dengan kakak, bahkan kasih sayang mama papa aja gak pernah buat aku, aku yang mati - matian berusaha menunjukkan prestasi aku di depan mereka, tapi yang selalu dibanggakan itu cuma kakak, aku memang anak perempuan kak, tapi aku juga butuh kesetaraan disini, bukan berarti aku lemah, jadi kalau kakak gak tau apa - apa tentang aku, mending kakak diam" ucap Winter.

Lidah Junkyu kelu rasanya hanya untuk membalas ucapan adiknya.

"bukan mau aku ada diposisi ini Win, tolong ngerti" ucap Junkyu.

Winter tertawa pelan.

"ngerti? Aku harus ngertiin kakak kayak gimana lagi? Apa kurang selama ini aku ngertiin kakak? Mama gak jadi ngerayain ulang tahun aku yang ke-15 tahun karna kakak harus ujian, aku udah ngalah, aku rela gak jadi liburan ke Paris karna kakak lebih suka liburan ke Swiss, aku rela gak dirayain kelulusan smp ku karna kakak menang lomba, semuanya tentang kakak, bahkan disaat aku menunjukan prestasi lewat basket, apa pernah papa dan mama Banggain aku, bahkan ngerayain pencapaianku yang sebagai kapten basket dan bisa bawa teamku menang lomba nasional? Enggak kak. Coba kakak? Lomba sekecil apapun pasti diapresiasi, jadi kakak nyuruh aku ngertiin posisi kakak yang kayak gimana? Kakak jangan berakting menjadi kakak yang baik, karna kak Junkyu yang aku kenal dulu udah gak ada"

Hati Junkyu bagai dihujam ribuan jarum mendengar semua penuturan Winter.

Winter menghapus air matanya dan menatap Junkyu dengan tajam.

"jangan sesekali kakak berlagak seperti kakak aku, karna kak Junkyu yang dulu selalu belain aku, selalu ada saat aku jatuh ataupun senang, selalu dukung aku, tapi sekarang.. Semuanya sirna kak, kakak jadi egois, kakak jadi ambisius, kakak jadi munafik, kakak menghalalkan segala cara agar dipandang anak baik di depan mama papa, dan aku benci kakak"

Winter pergi dari hadapan Junkyu setelah mengucapkan semua kekesalannya.

Junkyu meremas dadanya sambil menangis. Sangat menyakitkan mendengar kata - kata itu keluar dari mulut adik satu - satunya.

"maafin kakak Winter.. Maafin kakak" isak Junkyu.

.
.
.

Untuk pertama kalinya Junkyu membolos. Raganya memang dikampus, tapi jiwanya melayang kemana - mana.

Junkyu memilih untuk duduk dirooftop yang sepi dan merokok disana. Pikirannya kacau setelah bertengkar dengan Winter.

Junkyu tidak pernah menduga akan datang hari dimana adiknya akan menumpahkan semua kekesalannya yang selama ini Junkyu cari tau.

P E R F E C T (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang