Chapter 20

391 52 49
                                    

Haruto berlari dengan sekuat tenaganya. Bunda Irene juga ikut tergesa - gesa mengikuti langkah kaki putranya. Sambungan telpon dengan Winter tadi, membuat jantung Haruto hampir berhenti berdetak. Perasaan tidak tenangnya terjawab sudah, kekasih hatinya mengalami kecelakaan hebat.

Suara derap kaki ibu dan anak tersebut bergema di lorong rumah sakit yang sunyi. Tentu saja, mereka berlari pukul 11 malam.

Haruto bisa melihat Winter menangis dalam pelukan mamanya. Haruto berhenti di depan kedua orangtua Junkyu dan Winter. Dia mengatur nafasnya. Bisa dilihat keringat mengucur deras dari pelipisnya, padahal hari ini masih hujan dan cuaca sedang dingin.

"bagaimana keadaan Junkyu?" tanya Haruto dengan sorot mata memancarkan kekhawatiran.

Haruto bisa melihat gelengan pelan dari mama Junkyu.

"Junkyu masih diperiksa oleh dokter, hantaman keras membuat beberapa tulang rusuknya patah dan dokter masih memastikan apakah luka yang dialami Junkyu di kepalanya parah atau tidak" jawab Mama Sonia dengan lemah.

Dia tidak pernah membayangkan bahwa putranya akan bernasib seperti ini. Ada rasa penyesalan dalam dirinya. Dia belum bisa menghabiskan waktu bersama putranya tersebut.

Air mata mama Sonia tidak henti - hentinya terjatuh. Bahkan Papa Jongsuk yang biasanya sangat keras, tidak bisa menyembunyikan kesedihan diraut wajahnya.

"ini salah Haru bund, harusnya tadi Haru gak ijinin Junkyu pulang, harusnya Haru gak langsung biarin pas Junkyu tolak ajakan Haru untuk berteduh bund, harusnya Haru lebih paksa Junkyu buat berteduh dirumah, ini salah Haru bund" ucap Haruto sambil menangis dan membenturkan kepalanya di dinding.

Bunda Irene dengan segera memeluk tubuh putranya ini.

"tidak sayang, ini bukan salah kamu, ini takdir yang harus dijalani oleh Junkyu sayang, jangan menyalahkan dirimu sendiri" ucap Bunda dengan nada menenangkan.

"tapi andai saja tadi Haru lebih bersikeras menahan Junkyu, pasti Junkyu tidak akan berada dirumah sakit seperti sekarang" ucap Haruto dengan nada frustasi.

"gak sayang, kamu sudah berusaha untuk membelokkan takdir, tapi semua ini kehendak Tuhan Haru, lebih baik sekarang kita berdoa untuk kesembuhan Junkyu"

Haruto masih menangis dalam pelukan bundanya. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya tanpa kehadiran Junkyu.

Dokter keluar dari ruangan tindakan untuk kecelakaan, raut wajahnya benar - benar tidak bisa terbaca.

"bagaimana keadaan anak saya dok?" tanya Mama Sonia.

Semua orang bisa melihat dokter menggeleng pelan.

"kemungkinan pasien bisa bertahan sangat kecil, beberapa tulang rusuknya patah dan pasien mengalami cedera parah dikepala" ucap dokter.

"apa tidak bisa dokter melakukan tindakan lain untuk putra saya? Akan saya bayar berapapun, asal dokter bisa menyelamatkan nyawa putra saya" ucap Jongsuk yang sarat akan keputusasaan.

"kami akan tetap berusaha melakukan penanganan terhadap pasien pak, sebelum itu anda bisa melihat keadaan pasien, pasien memanggil keluarganya" ucap dokter tersebut.

Semua yang berada disana masuk ke dalam ruang tindakan. Mereka bisa melihat bagaimana hancurnya keadaan Junkyu.

Perban ada dimana - mana melilit dada dan kepala Junkyu. Junkyu melihat keluarganya dengan pandangan sayu.

"sayang.." lirih Haruto.

Haruto tidak kuasa melihat keadaan kekasihnya seperti ini. Padahal tadi dia masih melihat Junkyu baik - baik saja.

P E R F E C T (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang