9. Change

7.1K 364 1
                                    

Happy reading🥰


Kini, SMA TARUNA hampir tak pernah mendengar kabar duo ganteng yang saling bertarung. Malah kabar jika mereka berdua kian dekat menyebar luas. Ketika jam pelajaran, seorang Prince yang selalu ramai dan banyak tingkah menjadi anteng.

Sepulang sekolah, seperti biasa Keevan dan Prince pulang bersama. Keevan selalu menempatkan bimble untuk Prince di cafe Bang Jefry. Ia bilang jika cafe itu lebih damai. Dan ia menyukai suasananya.

Semua berjalan normal, seperti satu minggu ini. Keevan menjelaskan materi, dan Prince yang berusaha memahami meski otaknya selalu menolak. Prince benar-benar melakukan yang terbaik dalam hal ini.

Namun, untuk pertama kalinya Prince melihat variasi ekspresi Keevan yang lain. Selain ekspresi dingin, ketus, kesal, marah. Hari ini Ia melihat Keevan benar-benar khawatir. Bahkan setelah mendapat telpon entah dari siapa itu, Keevan sama sekali tak memperdulikan hal lain. Prince ditinggal nya, bahkan minumannya saja tak di bayar. Prince bingung, ia benar-benar tak tau apa yang terjadi.

Keevan mengebut dijalanan, ia menyalip pengendara lain dengan sangat brutal. Ia kalap. Matanya berkabut akan kekhawatiran. Hingga akhirnya ia tiba di rumah sakit. Dan segera berlari. Hatinya terasa begitu sakit melihat wanita setengah paruh baya yang masih terlihat cantik itu duduk dengan kepala menunduk, kedua tangannya disatukan. Tanda jika ia benar-benar khawatir. Keevan menghampirinya.

"Ma..." panggilnya. duduk. mengusap lembut bahunya. Wanita yang tak lain adalah mamanya itu menoleh. Seketika ia langsung berhambur ke pelukan Keevan.

"Roman... Ngga papa, Keevan yakin," dengan suara tercekat Keevan mengatakan hal itu. Sang mama menangis. Tak ada yang bisa Keevan lakukan selain mengusap punggungnya.

"Keev..." seseorang memanggilnya. Keevan terbelalak mendapati Prince mengikutinya.

"Kamu bawa temen sayang?" Mama mengusapi jejak air matanya. Prince tersenyum kikuk.

"Lo! ngapain ngikutin gue?!" Keevan bersungut, bangkit.

Prince diam. Entah kenapa ia merasa kasihan pada Keevan ketika melihat nya begitu khawatir seperti tadi. Ia sangat ingin ikut, dan ingin tau apa yang membuat cowok itu begitu tergesa. Namun, ketika ia melihat wanita setengah paruh baya yang tengah duduk tadi, ia membeku. Ia mengingat siapa dia. Mama Keevan. Sudah 10 tahun ia tak bertemu dengan wanita itu lagi.

"Keevan... kok kamu bicaranya begitu?" Keevan tak memperdulikan sang Mama dan menarik tangan Prince.

"Aurel! bagaimana kondisi Roman?"

langkah Keevan terhenti ketika mendengar sang Mama memekik. Mereka menoleh pada wanita cantik bertubuh langsing yang baru saja keluar dari ruangan itu.

"Aurel?" gumam Prince. Keevan sadar dan kembali menarik Prince menjauh.

"Mau lo apasih?" Keevan menghempas Prince. Mereka berada di parkiran.

"Gue cuma mau tau apa yang bikin lo khawatir. Lo bahkan ngga peduli kalo lo belum bayar minuman," Keevan memejamkan matanya. Mencoba untuk tak mencakar wajah tampan di depannya ini.

"Ini privacy. Lo ga perlu tau!"

"Oh ya, cewek tadi... Aurel... temen SMP kita yang ha---"

"Bukan! dia sepupu gue. Namanya juga Aurel!" Prince mengerjap. Keevan terlihat begitu emosi.

"Tapi gue belum cukup tua buat lupa sama wajah temen SMP gue!"

"Serah lo! tapi dia bukan Aurel yang lo maksud! dan sekarang, lo pulang!"

"Kenapa keknya lo pengen banget nyembunyiin hal itu dari gue?"

"Gue ga peduli apapun pemikiran lo! Tapi gue mohon lo pulang!" Keevan berkacak. Ia menghembuskan nafasnya kasar.

US! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang