19. Break!

5.9K 359 10
                                    

Hallo readers...

Jadi up kali ini aku perbanyak jumlah kata nya. Karena kemarin ngga ada yang komen, jadi aku buat keputusan sendiri. Aku akan up banyak tapi cuma seminggu sekali...

Kalian setuju kan?

Oh ya, yang selalu nanya kapan benih-benih cinta Keevan sama Prince tumbuh?

Author juga ngga tau.. Huaa...

Keevan batu banget hati nya. Pen nebas kepalanya kalo gemes tuh!!

Ups!

Mungkin up lain kali ngga aku taruh di hari rabu lagi. Tapi hari lain, aku belum tentuin.

Terima kasih karena tetep stay di story aku ini..

Kalau kalian suka, jangan lupa kasih vote dan comment ya. Terus follow akun aku supaya kalian ngga ketinggalan kalau aku up!!

Gimana nih alur cerita nya? Makin kesini makin gimana? Makin baik apa makin buruk nih? Comment review kalian di akhir ya!!

Jangan lupa TIBGGALIN JEJAK VOTE!! FOLLOW AKUN GUE!! COMMENT YANG BANYAK!!

NGELUNJAK?

BODO AMAT!!!

Enjoy the story...

_***_

Keevan terus melangkah kan kakinya, tanpa ada niatan untuk berhenti. Prince pun tak ada niatan untuk berhenti mengejar Keevan yang sudah sangat jelas menghindarinya. Hingga Keevan membelokkan arahnya ke taman belakang. Ia sadar tak ada gunanya menghindar jika salah satu pihak tak menginginkan hal itu. Prince menerbitkan smirk nya. Ia akan mendapatkan Keevan setelah ini.

Dan benar saja, Keevan tiba-tiba berbalik dan berhenti, tepat setelah itu badan kekar itu menabrakkan diri padanya. Keevan membeku. Prince menyandarkan kepalanya pada dada Keevan, menunduk. Keevan masih membeku.

"Keev..."

Dada Keevan bergemuruh. Ia tak bisa menghalangi rasa bencinya yang kian membesar. Nafasnya tak berauturan. Hatinya begitu perih. Pikirannya salah tentang cowok yang kini menyandarkan kepala du dadanya ini. Kecewa. Ia sangat kecewa. Lalu untuk apa Prince mengejarnya?

"Maaf banget! Gue kemarin sibuk dan ngga sempet angkat telpon lo. Sumpah gue nyesel ngga bisa main sama Roman, anak lo lucu bangett!! Lo jangan marah ya..." perlahan Prince memberanikan diri untuk merengkuh tubuh Keevan ke dalam pelukan nya.

"Lepasin. Gue ada urusan," Keevan sedikit bergerak. Namun Prince malah mengeratkan pelukannya.

"Lo marah gara-gara semalem kan? Gue sibuk, makanya gue ga bisa angkat telpon lo, Sorry..." Prince tetap menyembunyikan wajahnya di dada Keevan. Keevan menghembuskan nafasnya kasar.

Apa Prince pikir ia bodoh? Ia paling membenci ketika seseorang dengan mudah melupakan janji yang diucapkannya sendiri.

"Lepasin gue,"

US! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang