30. Am i still...?

6K 265 5
                                    

Hello readerss...

Dah nungguin ya?

Maaf ya... Hehe, lagi banyak beban hidup nih.

Tapi Alhamdulillah masih bisa nyempetin buat nulis dan hibur kalian lagi sama cerita cinta nya duo legend nya SMA TARUNA ini.

Penasaran kan?

Cuss yuk langsung bacaa!!

Enjoy the story..

_***_










Sejak pagi entah kenapa matahari nampak murung dan enggan menunjukkan sinarnya pada bumi. Lalu siang ini langit menangis, seketika hawa dingin menyeruak ke seluruh bumi.

Padahal masih pukul 11.00 siang, para siswa-siswi jadi tak fokus pada materi karena derasnya debit air hujan yang jatuh ke bumi. Begitupun Prince yang sejak tadi berusaha fokus pada penjelasan guru didepan, tapi ia sama sekali tak bisa. Kepalanya menoleh pada Keevan yang sibuk mengerjakan tugas di halaman berikutnya.

"Gue ngantuk!" Prince menyandarkan kepalanya pada bahu Keevan.

"Hujan, wajar kalo lo ngantuk," Prince duduk tegak dan menyaksikan Keevan yang nampak begitu mudah dalam mengerjakan soal yang sangat sulit baginya itu.

"Lo kedinginan ngga?"

"Hmmm," dehem Keevan tetap fokus. Senyum jahil Prince terbit.

"Dingin-dingin begini enak nih,"

"Apaan?" Tanya Keevan tak paham. Prince tertawa tanpa suara.

"Lo, sama gue. Ehem!"

Keevan menoleh mendapati wajah Prince yang mengerling penuh siasat busuk.

"Jangan mimpi lo!" Keevan memukul pelan kepala Prince. Si empu tertawa kecil.

"Gue cuma menawarkan bantuan kecil kalo aja lo perlu gue angetin," tangan Prince bergerak meraba paha Keevan, namun langsung di tepis si empunya.

"Gue ngga akan sudi mengulang mimpi buruk itu lagi! Inget lo!" Kecam Keevan sarkas. Prince memberenggut mengejek nya.

"Sekarang aja bilang gini, terus siapa yang malem itu minta---" ucapan Prince tak selesai karena Keevan membekap mulut nya dengan tangannya. Keevan mendelik kesal dan melepas tangannya. Nafasnya berhembus berat, ia berusaha kembali fokus pada pekerjaan nya. Prince terkekeh.

"Sebenernya gue lebih suka kalo lo nutup mulut gue pake mulut lo sih," bisik Prince tepat di telinga Keevan. Setelah itu ia langsung kembali menjauh dan mencoba mengerjakan soal nya seolah tak terjadi apa-apa.

Sedang Keevan membeku ditempat. Ingin rasanya ia mengumpat keras dan menggeplak kepala Prince hingga terlepas dari tempatnya, namun tubuh nya seolah tak bisa bergerak.

Tangan Keevan bergerak menyentuh bagian dada nya. Lagi-lagi jantungnya berdetak tak karuan. Gue kenapa si?

Jarak beberapa meter dari tempat duduk mereka berdua, Dika tak henti-hentinya menatap interaksi mereka. Pikirannya melayang, kembali mengingat bagaimana dua manusia itu saling mengumbar kebencian dulu. Tapi sekarang? Kenapa interaksi mereka lebih terlihat seperti sepasang suami istri? Kepala Dika menggeleng keras.

US! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang