19 - When the spring comes to bring you back later on

221 33 1
                                    


Riley berdiri di sebuah proyek pembangunan di Queens, New York. Ia melihat dinding bata merah yang mulai di susun naik lengkap dengan pilar yang ia datangkan langsung dari Jerman.

Bangunan sekolah ini akan siap dalam beberapa bulan lagi. Dan ia akan menantikannya untuk menunjukkannya pada Summer.

Dulu saat Summer mengajaknya kencan, wanita itu membawanya mengunjungi sekolah. Di sana Summer menyampaikan impiannya untuk membangun sekolah yang di buka untuk umum.

Dan sekarang Riley sedang berusaha mewujudkan mimpi wanita itu. Ia berusaha bangkit dan beraktivitas lagi setelah memastikan Summer baik-baik saja bersama ibu atau perawat yang akan menjaganya selama Riley tidak ada.

Ia ingat waktu itu, saat pagi-pagi sekali Summer sudah mandi dan memakai pakaian santai lengkap dengan jaketnya. Wanita itu berkata ingin mengajaknya pergi ke suatu tempat, untuk kencan pertama mereka. Summer juga menyiapkan baju untuk Riley dan membuatnya beberapa kali mendebat karena merasa tidak cocok.

Tidak seperti yang Riley bayangkan, wanita itu mengajaknya ke sebuah sekolah menengah yang berada di sisi Manhattan. Sekolah tidak terlalu ramai karena saat itu masih liburan musim panas.

"Apa yang kita lakukan di sini?" Tanyanya bingung karena Summer masih menarik tangannya untuk masuk lebih dalam ke bangunan sekolah.

Wanita itu menoleh, meletakkan jari telunjuknya di bibir. "Aku ingin pergi sekolah."

Riley mengenyit. "Apa?" Tanyanya tidak mengerti.

Alih-alih menjawab Summer malah berhenti di sebuah papan besar berisi tulisan-tulisan tangan juga pengumuman yang ada di sepanjang dinding. "Majalah dinding." Gumamnya dengan pandangan takjub.

Summer membaca kata demi kata di setiap kertas itu. Ia tersenyum saat menemukan puisi cinta yang tertempel di sana dengan kertas warna-warni. Namun tubuh tinggi seorang pria menghalangi pandangannya. Ia mendongak menatap Riley yang sedang memasang wajah tanpa ekspresinya.

"Riley!" renggeknya

Pria itu mengedipkan mata setelah menoleh ke kanan-kiri. "Peluk aku."

Summer hanya mengerjap.

"Peluk aku." Ulangnya tidak sabar.

"kenapa?"

"Hanya ingin." Pria itu bersedekap. "Sebagai hukuman karena kau sudah memaksaku datang ke tempat seperti ini."

Summer menoleh, banyak orang berlalu lalang di sini, entah dari kalangan siswa atau pengajar. Ia tidak harus benar-benar peduli kan?

"Kenapa? Lagipula mereka tidak akan peduli seandainya kita melakukan hal yang 'lebih' dari sekedar pelukan. Atau kita coba, siapa tahu ... "

Summer memukul dada Riley kemudian terkekeh.

Gila ya?!

Summer belum bereaksi saat Riley sudah menarik dua tangannya kebelakang tubuh pria itu.

Summer belum bereaksi saat Riley sudah menarik dua tangannya kebelakang tubuh pria itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Summer's DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang