11 - I will bloom once again

382 53 3
                                    

Summer memutuskan untuk menunggu Riley pulang malam ini. Ia melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 1 dinihari tapi pria itu sama sekali belum muncul.

Ia membaringkan tubuhnya di sofa mengganti chanel tv untuk yang kesekian kali. Bosan sekali. Ia bahkan membiarkan menu makanan yang ia beli di luar tadi begitu saja di meja makan.

Sampai ia tertidur, entah sejak kapan karena kini ia sadar telah mendapati dirinya berbaring di ranjang. Tirai memang belum di singkap tapi cahaya matahari yang mengintip sudah menjadi pertanda bahwa waktu sudah beranjak naik.

Ia bangkit sebelum menoleh dan menemukan Riley yang masih terlelap. Pria itu tidur tengkurap dengan wajah di atas guling yang menghadap padanya.

Ini bukanlah salah satu pemandangan pagi yang dulu ia bayangkan. Tentu saja. Tapi melihat raut wajah terlelap itu membuatnya tersenyum sendiri.

Ia kemudian beranjak untuk meninggalkan Riley yang sepertinya belum akan terbangun. Setelah sikat gigi dan membasuh wajah, ia langsung menuju pantry. Sarapan kali ini hanya dua tangkup sandwich yang ia beli di luar juga secangkir kopi untuk Riley dan earl grey untuknya sendiri.

"Pagi."

Ia menoleh dan tersenyum saat Riley turun menghampiri. Tidak seperti biasanya di jam sepagi ini pria itu selalu sudah siap dengan setelan jasnya, tapi kali ini ia masih mengenakan kaos abu-abu yang semalam di pakai tidur.

"Kau tidak pergi kerja?"

"Kerja." Jawabnya singkat.

"Lalu?"

Riley menurunkan tatapannya ke bawah, ke kaos yang ia pakai. "Hanya sedang ingin terlambat."

Summer mengangkat sebelah alisnya. "Sandwich?" Tawarnya sambil mengendikkan dagu ke arah sepiring roti isi itu di meja.

Pria itu menggeleng dan berjalan ke arah water dispenser. Ia menegak air di gelasnya sampai tandas.

Sudah tiga hari sejak Riley meminta izin untuk pulang pergi Boston-Manhattan. Katanya ada pekerjaan serius yang mengharuskannya berada di Boston.

Dan Summer sudah menyarankan untuk menginap saja sementara di Boston sampai pekerjaannya selesai, alih-alih selalu pulang larut dan harus berangkat pagi-pagi sekali. Tapi pria itu menolak dengan alasan yang tidak jelas.

"Hari ini masih harus ke Boston?"

Pria itu mengangguk.

"Kalau begitu menginaplah di sana."

Pria itu menggeleng.

"Riley..."

"Pekerjaanku selesai hari ini."

Summer menyipitkan matanya tidak percaya.

"Benar. Aku tidak bohong."

Ia kemudian mendengus pelan.

"Kau benar-benar tidak ingin aku pergi ya?"

Summer hanya terkekeh tapi tidak menolak saat dua tangan Riley sudah terulurnya melewatinya dan menopang pada meja. Jadi sekarang posisinya terkurung di antara meja dan tubuh tinggi pria itu.

"Tatap aku."

Ia tersenyum. "Baiklah." Ia memilih menjadi penurut, sama sekali tidak mendebat.

Dan apa yang terjadi selanjutnya? Pria itu menurunkan wajah, mencium bibir Summer. Ciuman itu lembut, tidak terburu-buru. Ia kemudian mendongak saat Riley membuka bibir, memintanya untuk melakukan hal yang sama.

Riley mencondongkan tubuhnya menjadi lebih dekat, dengan masih berdiri di belakang Summer. Pria itu melepaskan tangannya dari meja dan mendarat sempurna di bagian depan tubuh Summer.

Summer's DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang