"Hari ini Leon menikah."
Summer mengernyit, mendengar kabar itu ternyata tidak bisa membuatnya tenang seperti yang ia pikirkan.
Sedih? sakit hati? merasa di kecewakan? Untuk apa semua rasa itu ada saat ia yang mengkhianati lebih dulu.Ah ya jangan lupakan bahwa ia yang menikahi orang lain lebih dulu, terlepas dari apapun yang mendasari tindakannya waktu itu. Jadi saat ini, saat ia mendengar kabar bahwa pria itu sudah menikah dengan wanita pilihannya, seharusnya ia lega. Iyakan? Tapi kenapa ia merasa sebaliknya?
"Kau baik-baik saja?"
"Tentu," Summer menarik napas panjang, "Aku akan menelponmu lagi nanti"
Suasana kembali hening, tidak ada siapapun, tidak akan ada yang melihat jika Summer memutuskan untuk menangis. Tapi tidak, ia tak boleh secengeng itu bukan? walaupun kenyataan ini seolah memaksanya menangis.
"Aku hanya akan menurunkanmu dirumah dan," Ucapan Riley terhenti. Ia baru saja membuka pintu mobil dan menemukan Summer dengan mata memerah. Gadis itu seperti sedang berusaha menahan tangisan.
Ah iya, Summer hampir lupa dimana ia sekarang. Di dalam mobil Riley dan sedang menunggu pria itu memesan ayam panggang di sebuah restoran klasik Turntable Chiken Jazz yang berseberangan dengan Empire State Building.
Ia menepuk kedua pipinya. Memaksakan senyum yang ia yakin tidak akan bisa memperbaiki ekspresi jeleknya sekarang. "Leon menikah, hari ini."
"Oh."
Summer menggigit bibir, memilin jari-jarinya. "Aku tau tidak seharusnya aku menangisi pria brengsek itu. Tapi," Ia narik napas panjang. "Ternyata rasanya sakit."
Riley menunduk, mengangkat sebelah tangannya mengelus pipi kiri Summer. "Cengeng."
Summer mencebik, mengusap wajahnya kasar. "Ya, tidak seharusnya aku begini kan, kau adalah suamiku dan tidak pantas bagiku menangisi pria lain di depanmu!"
"Suami?" Riley mengangkat sebelah alisnya, ia sudah duduk di balik kemudi, dengan posisi menyamping, menghadap Summer. "Aku belum benar-benar menjadi suamimu karena kita belum-"
"Berhubungan badan?" tembak Summer. "Sex? Bercinta?" tambahnya sarkas. "Apa bagi semua laki-laki menikah hanya soal itu?"
"Lalu menurutmu apa yang paling penting dalam pernikahan?"
Summer melempar tatapannya keluar jendela. "Cinta, Saling memahami, juga ... Kepercayaan."
Riley berdecak. Boleh tidak ia tertawa? kenapa gadis ini polos sekali.
"Kita bahkan menikah bukan karena cinta." ucapnya mengendikkan bahu.
"Ya," Summer menoleh, raut wajahnya sudah lebih baik sekarang. "Kita tidak saling memahami, dan aku juga belum bisa mempercayaimu 100%."
"Kalau begitu bagaimana jika kita coba menggunakan caraku?"
"Apa? maksudmu kita-" ucapan Summer tidak terdengar lagi, tertelan oleh cumbuan Riley.
Riley memajukan tubuhnya, mencium bibir Summer yang setengah terbuka. Tangannya yang bebas meremas dada Summer, membuat tubuh gadis itu menegang.
Riley ingat, perjanjian bahwa ia sama sekali tidak boleh menyentuh Summer, tapi sebagai pria normal ia tidak bisa menahan hasratnya. Mereka tinggal bersama, tidur di ranjang yang sama, dan terkadang ia juga melihat Summer yang berkeliaran di kamar hanya menggunakan bathrobe, lalu pria normal mana yang bisa tahan melalui semua itu tanpa melakukan apapun?!
Summer yang awalnya bingung berusaha menikmatinya. Ia mengangkat tangan, melingkari leher Riley, menekannya hingga ciuman mereka semakin dalam.
Tangan Riley menyelinap di balik blus tipis yang Summer pakai, mengusap punggungnya dan melonggarkan bra. Summer mengerang, menahan desakan yang membuatnya ingin merintih dan mendesah. Ia menggeleng, berusaha menerima perlakuan Riley padanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/170201809-288-k365035.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer's Desire
Romansa[END] [18+] Summer ingat hari itu, saat ia mempersiapkan pernikahannya dengan Leon. Gaun pengantin, venue, bahkan makanan sudah ia siapkan dengan sempurna. Tidak ada yang ganjil, ia tidur dan bangun tanpa melewati keganjilan apapun, kecuali malam it...