Epilog

384 34 9
                                    

Dear Riley ❤️

Hai, Riley. Aku tahu sekarang kau mungkin sedang melihatku dengan pandangan aneh. Tapi aku benar-benar merasa perlu menulis surat alih-alih berkata langsung padamu. Karena aku takut, takut bahwa aku tidak bisa menyampaikan perasaanku dengan baik.

Ehem jadi apa kau ingat hari itu?
Saat pertama kita bertemu?

Mungkin kenangan kita berbeda untuk hal itu tapi yang jelas pertama yang kulihat darimu adalah sosok yang benar-benar asing. Sosok menyeramkan yang sulit di dekati. Sekaligus sosok yang paling membahayakan.

Kalau di ingat lagi, aku ingin tertawa dan menutup wajahku karena malu. Bagaimana aku bisa sepercaya diri itu menghadapimu, padahal jauh di dalam itu aku sadar bahwa kau sudah mempengaruhiku lebih dalam dari yang bisa ku mengerti.

Sebenarnya hari ini aku ingin mengakui sesuatu. Tentang aku yang sudah tahu alasanku berada disini, sisimu sebagai istri dari seorang Riley Murray. Tau kah kau, normalnya siapapun akan marah jika di tipu seperti itu tapi aku tidak mendapati itu ada diriku.

Aneh bukan?

Alih-alih marah, aku justru bersyukur. Kau tidak pernah memberikan penderitaan apapun padaku. Kau memperlakukanku dengan baik, membuatku merasa di hargai dan di puja. Itu hal menakjubkan yang membuatku tidak henti-hentinya bersyukur.

Jadi Riley, maafkan aku. Maaf karena sudah dengan lancang membuat keputusan untuk tetap bersamamu.

Mulai saat ini aku akan mengabdikan hidupku hanya untukmu. Aku akan menjadi orang yang berharga sehingga kau bisa mengakuiku.
Karena aku benar-benar mencintaimu.
Sangat mencintaimu...
Dengan segenap hatiku...

P.S Mulai hari ini, mari kita berbahagia bersama ^_^

With Love,

Summer

*****

Dear malaikatku Summer.

Sebenarnya aku tidak tahu harus memulai darimana. Seperti katamu semua yang kita lalui dulu adalah kebohongan. Jadi izinkan aku untuk memperkenalkan diri. Salam kenal Summer Rosweld namaku Riley Kennedy Murray.

Saat ini aku masih tinggal di New York, masih menjadi seorang pekerja kantoran biasa. Dan alasanku menulis surat ini karena ingin membalas suratmu tiga tahun lalu. Agak terlambat memang, tapi kupikir ini waktu yang tepat untuk melakukannya.

Mungkin aku terlalu percaya diri tapi kumohon jangan khawatirkan aku. Aku akan baik-baik saja dengan orang tua angkatku yang sangat menyayangiku, ada tiga orang bodoh yang bersedia menjadi sahabat yang baik untukku. Juga karena kau, yang bayangnya tidak akan mampu dan tidak ingin ku enyahkan sampai kapanpun.

Ketika aku menyakitimu dengan sengaja dan beberapa hari kemudian aku melihat suratmu terselip di samping cake yang sudah hancur. Hal itu menjadi titik balik terbesar dalam hidupku. Titik balik yang membuatku merasa begitu lemah, diriku yang ternyata tidak sekuat yang kupikirkan selama ini, diriku yang bahkan tidak bisa mengangkat kepala hanya untuk melihat dunia di depanku.

Aku menyalahkan diri sendiri, karena tidak tahu apa kemauanmu. Aku sama sekali tidak mengerti dirimu dan menyebabkan kekacauan ini. Dengan egois memaksamu tetap disisiku dan berpikir semuanya akan membaik, asal selalu bersama ku pikir tidak apa-apa. Tapi ternyata aku salah, keberadaanku adalah kesakitan terbesarmu. Karena itu aku minta maaf. Maafkan aku karena menyakitimu begitu dalam.

Lalu... kau menyerah, kau memilih pergi. Kau tahu saat itu aku terluka, sangat. Aku tidak baik-baik saja, aku hancur di detik kau meninggalkanku.

Sekarang semuanya sudah berlalu, bertahun-tahun lamanya. Sekarang semuanya sudah baik-baik saja, kupikir begitu. Kupikir akan begitu. Tapi aku salah, semuanya tidak akan membaik. Tidak akan sama tanpamu di sisiku.

Tahukah bahwa aku rindu? Sangat merindukanmu, Summerku...

Aku selalu hancur, aku menenggelamkan diri dalam pekerjaan yang malah menggerogotiku dari dalam. Semuanya membekas, sakit itu ada, jadi bagaimana aku bisa berfikir semua akan kembali baik-baik saja saat rasa sakit itu masih tertinggal dan pekat.

Kau mengajariku bahwa merelakan adalah bagian dari cinta. Melepaskan adalah puncak tertinggi dari kesetian. Dan aku belajar untuk itu, belajar untuk memahami bahwa kau benar.

Jadi sekarang aku tahu apa yang harus kulakukan.

Kuharap saat kau melihatku dari atas sana kau tidak pernah menangis lagi. Dan di kehidupan selanjutnya aku akan berdoa dengan tulus untukmu. Di kehidupan selanjutnya tolong temui pria yang baik, yang akan menjaga dan menghargaimu jauh lebih baik daripada aku. Yang akan mencintaimu seperti sewajar dan selayak yang kau inginkan. Maafkan aku karena belum bisa melakukan itu, tapi aku janji aku akan berusaha. Dan sampai waktunya tiba nanti, jika kau memaafkanku dan melihatku lagi, aku ada di sini. Selalu di tempat yang sama. Dengan senyum lebar yang akan membuatmu ikut tersenyum untukku.

Karena kau tahu kan bahwa aku mencintaimu?
Amat sangat mencintaimu. Selama aku bernafas, atau sampai kita bertemu lagi nanti, aku akan selalu mencintaimu, dengan segenap hatiku.

With Love,

Riley

***

Summer's DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang