3 - It sheds tears over the wordless and nameless past

703 100 6
                                    

Riley membaringkan tubuhnya, disisi perempuan yang sepertinya masih betah tertidur. Jam menunjukkan pukul 2, matahari akan terbit sebentar lagi.

Riley menoleh menatap perempuan yang tertidur di sepanjang 'hari pernikahan', lebih dari 30 jam itu. Sekilas menatap wajahnya yang tenang. Perempuan ini masih berusia 23 tahun, terlalu muda, dan Riley agak merasa bersalah menipunya.

Sekali lagi Riley meneliti wajahnya sebelum sebuah kernyitan muncul. Rencana awal mereka berubah dan membuat Riley yang berbaring disini, memainkan peran sebagai seorang suami.

Kemarin, saat mereka sudah berhasil membawa perempuan ini ke sebuah rumah sederhana di Manhattan, Fredy yang mendapat tugas untuk menjadi 'Suami' terlibat masalah dengan pasangannya. Fredy di tahan di sebuah kantor layanan kepolisian dan mendapat hukuman menginap disana 48 jam sebelum bebas bersyarat. Sial!

Rencana yang sudah di atur sedemikian rupa menjadi gagal, Dawn yang kebingungan akhirnya menelpon salah satu kenalannya yang bekerja sebagai dokter anestesi untuk memberikan sesuatu agar perempuan itu tidak terbangun lebih cepat.

Dawn mondar-mandir di ruangan yang di sulap menjadi ruang kerja itu dengan sebelah tangan memegangi ponsel. "Kalau begitu cepat cari orang baru dan bawa padaku sekarang! Jangan membuatku marah atau kalian akan menerima akibatnya!"

Dawn masih mondar-mandir walaupun kini sudah tidak menempelkan ponsel di telinga.

Riley yang duduk di sofa sambil membaca agenda kerjanya bergumam. "biar aku saja."

"apa?"

"biar aku saja yang menggantikan Fredy menjadi suaminya." Ucapnya lagi, santai, tanpa memindahkan tatapan dari agenda di tangannya.

"Jangan gila, dia mungkin tahu kau anak Miles Gordon."

Riley mengendikkan bahu. "Kami tidak pernah bertemu."

Dawn masih sangsi dengan hal itu. "Tapi bagaimana kalau-"

"kalau kau tidak ingin melakukannya sebaiknya kita kembalikan perempuan itu ke Woodstock dan biarkan dia menjadi mainan Leon seperti dugaanmu."

"itu tidak bisa di biarkan-"

"kalau begitu tutup mulutmu dan lanjutkan," Riley menutup agendanya, mengangkat wajah untuk menatap Dawn. "aku yang akan menjadi suaminya selama tiga bulan."

Dan disinilah ia sekarang, berbaring di samping gadis itu, berusaha memejamkan mata untuk setidaknya beristirahat dari hal-hal berat yang di lakukannya kemarin.

Riley baru akan tertidur saat gerakan di sebelahnya membuatnya kembali terjaga. Perempuan itu terbangun, menatapnya dengan sorot mata takut, bingung, tapi ada sesuatu yang membuatnya menaikkan alis. Tatapan mata itu sama sekali tidak terintimidasi dengan keadaan mereka yang berada di atas ranjang yang sama.

"Bisa kita kembali tidur?"

"kau siapa? ini dimana?"

Riley bukan orang yang suka bermain-main dengan hal murahan seperti ini, tapi melihat mata itu, yang kini tatapannya berubah menuduh, ia ingin -setidaknya- bermain sedikit.

"kau bicara apa? Sayang, ini sudah larut sebaiknya kita kembali tidur?"

Gadis itu terkejut dengan panggilan 'Sayang' yang Riley ucapkan.

"Tidak, hari ini seharusnya aku menikah dengan Leon, lalu kau ini siapa? Kenapa kita bisa tidur di ranjang yang sama?"

Boleh tidak Riley tertawa, ternyata aktingnya tidak terlalu buruk karena gadis itu sekarang menatapnya waspada.

Ia berdecak. "Aku Riley, dan ini jelas-jelas di rumah kita!"

Gadis itu menggeleng, memegang dua sisi kepalanya dengan telapak tangan. "Aku tidak mengenalmu." Gumamnya lebih pada diri sendiri.

Summer's DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang