Riley menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang kerja. Ia memijit pelipis sambil memejamkan matanya yang lelah. Seharian ini jadwalnya sangat padat hingga membuatnya baru bisa kembali ke kantor ketika hari sudah gelap.
Ia melenguh pelan setelah memperbaiki posisinya untuk agak berbaring dengan mata yang masih terpejam.
Sampai sebuah dering ponsel menginterupsinya yang hampir terlelap. Ia tersenyum melihat kontak yang muncul di layar ponsel, sebelum menggeser layar untuk membuka sambungan telpon.
"Kau belum akan pulang?"
Riley masih mempertahankan senyumnya saat mendengar suara itu, ternyata ia sangat merindukannya.
"Padahal aku sudah masak banyak."
Riley menyengir menahan senyumnya yang semakin lebar. Ia bisa membayangkan wajah cemberut wanita itu di seberang sana.
"Apa aku buang saja?"
"Apanya yang mau kau buang?"
"Masakanku."
"Kenapa harus di buang?"
"Karena kau tidak bisa makan malam dirumah. Masakan ini tidak bisa di panaskan, rasanya akan berubah dan menjadi tidak enak."
"Siapa bilang aku tidak makan malam dirumah?" Riley bangkit dan melangkah lebar menuju pintu.
"Lalu pekerjaanmu?"
"Bisa di tunda besok." Riley mengangkat sebelah tangannya saat Emily -Sekretarisnya- sudah berdiri dari duduk dan membuka mulut siap menyampaikan jadwal selanjutnya untuk Riley hari ini.
Saat ia sudah menunggu di pintu lift sambil memainkan ponselnya untuk mengetik pesan pada Summer, bahunya di tepuk pelan. Ia menoleh dan mendapati Remy berdiri di belakangnya.
Ia mengangkat satu alisnya melihat pria itu berada di kantor, karena Remy adalah salah satu yang hampir tidak pernah terlihat berkeliaran di sini. Selain kepentingannya hanya ada di Bar milik Riley, Remy adalah orang yang benci berpakaian formal walaupun keterlibatannya dengan Riley membuatnya harus datang ke kantor minimal satu minggu sekali.
"Kapan kau datang?"
"Barusan." Remy berjalan lebih dulu untuk masuk ke dalam lift.
"Ada keperluan apa?" Riley mengikutinya masuk ke dalam lift.
"Mencari Dawn."
Riley mengangguk pelan, ia kembali menunduk untuk melanjutkan mengirim pesan pada Summer.
"Siang tadi Leon Wraith datang ke sini mencarimu."
Riley mengangkat wajah, fokusnya sudah berpindah dari ponsel ke ucapan Remy barusan.
"Sepertinya dia ingin menyampaikan hal yang serius."
"Dia bisa mengatakannya nanti."
Remy mengangguk, ia memundurkan tubuhnya hingga merapat pada dinding lift, bersandar di sana. "Sebenarnya aku kesini bukan untuk mencari Dawn."
"Lalu?"
"Ada yang ingin ku bicarakan denganmu."
"Masalah Bar?"
"Bukan." Remy memasukkan sebelah tangannya ke kantong celana kain hitamnya. "Masalah antara kau, Leon, dan Summer tidak sesederhana yang kau pikirkan."
Riley mengerutkan keningnya. "Sejak kapan kau memperdulikan hal-hal semacam itu."
Remy hanya mengendikkan bahu. "Aku hanya tidak ingin ada yang terluka."
Kerutan di kening Riley semakin dalam. "Apa maksudmu. Aku tidak mengerti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer's Desire
Romance[END] [18+] Summer ingat hari itu, saat ia mempersiapkan pernikahannya dengan Leon. Gaun pengantin, venue, bahkan makanan sudah ia siapkan dengan sempurna. Tidak ada yang ganjil, ia tidur dan bangun tanpa melewati keganjilan apapun, kecuali malam it...