9 - Only until I can forget you, until I will be alright

318 56 3
                                    

Hujan malam ini tampak menyenangkan, Tetesannya seperti membawa magis, menyejukkan, menenangkan.

"Sudah makan malam?"

Summer menoleh, menemukan Riley yang masuk ke dalam kamar. Pria itu baru pulang di jam 11 malam, larut sekali untuk orang yang bekerja mulai jam 7 pagi.

"Belum. Kau?"

Riley menggeleng, melepas jasnya dan meletakkan asal ke sofa. Raut lelah di tambah kemeja kusut pria itu seolah mengatakan bahwa hari ini ia memiliki banyak hal untuk di kerjakan.

"Aku masak sup, mungkin tidak seenak buatan Helen." Ia berdeham. "Kau mau mencobanya?"

Riley mengangkat sebelah alisnya, tangannya mulai beralih pada dasi di ujung kerah kemeja, melonggarkannya.

"Ucapan permintaan maaf, anggap saja begitu." Summer memasang senyum sinis. "Biar ku panaskan dulu."

Ia berjalan menjauhi jendela menuju pintu yang masih terbuka. Namun langkahnya terhenti saat Riley menahan tangannya.

"Bisa bantu lepaskan ini?" tanyanya sambil menunjuk dasi yang sudah longgar.

Sekali lagi Summer berdeham namun ia tidak menolak dan mengangkat tangannya ke ujung kerah kemeja Riley, melepaskan dasinya.

"Aku sudah menyiapkan air hangat." Summer meletakkan dasi Riley di pundaknya sebelum kembali melepaskan kancing-kancing kemeja pria itu. "Akan ku tunggu di meja makan. Makan malam dulu sebelum tidur."

Riley tersenyum, menundukkan wajah. "Mirip istri sungguhan."

Summer mendelik. "Aku memang istri sungguhan."

Riley menarik tubuh Summer hingga merapat padanya. "Wangi apa ini?" Ia menunduk, mendaratkan hidungnya di sisi leher Summer. "Tetap seperti ini ya, sebentar saja."

Summer membalas pelukan. "Banyak pekerjaan ya?"

Riley hanya bergumam.

"Mau langsung makan?"

Menggeleng, Pria itu malah mengeratkan pelukannya. "Mandi dulu."

"Oke," Summer menepuk-nepuk punggungnya.

"Hari ini aku bertemu dengan banyak klien, salah satunya adalah perusahaan game dari Perth yang menawarkan kerja sama."

"Lalu kau menerimanya?"

"Belum," Riley menyerukkan wajahnya lebih dalam di leher Summer. "Aku akan mempertimbangkannya nanti."

"Oke itu bagus."

"Nyaman."

"Apa?"

"Memelukmu."

Summer tersenyum, masih menepuk-nepuk punggung Riley.

"Aku benar-benar lelah." Riley mengangkat wajahnya, "Jadi kalau temani aku mandi, bisa?"

Summer berdecak, sebelum mendorong wajah Riley dengan kedua tangannya.

Summer's DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang