_14 Flashback: Memory

162 43 2
                                    

⚠Part ini alurnya lanjutan dari chapter _10 Flashback: Cursed

Alur cerita ini memang acak, maju-mundur, jadi setelah dari masa lalu, kembali ke masa sekarang, sebaliknya, dan begitu seterusnya.


"Andaikan suatu saat nanti kita dilahirkan kembali, aku berharap kau tidak lahir sebagai anakku lagi. Karena ibu selamanya ditakdirkan hidup menderita, dan kau tidak boleh ikut menderita. Putraku harus bahagia."

•Northern Black Dragon•

Sedetik setelah Alexia tanpa sengaja menyumpah, gemuruh terdengar makin keras, petir menyambar pepohonan hingga tumbang tak terduga dan menimpa beberapa awak prajurit.

Tabir melingkar yang melingkupi si naga hitam perlahan mengeluarkan bunyi retakan, seperti segera pecah, membuat sang penyihir gentar.

Dari dalamnya, naga pun mengamuk, membuat tabir makin kacau sampai pada akhirnya bergemelutuk pecah. Menghilangkan kekuatan sihir hitam yang sebelumnya menyandera.

Sadar tak ada lagi perlindungan, para prajurit mulai berhamburan menjauh. Tidak lagi peduli kalau seharusnya mereka berjuang untuk menyelamatkan wilayah.

Lain dari yang kebanyakan orang lakukan—yaitu berlari menjauh dan menghindar. Chris malah maju menantang. Ia dengan berani mendekati si naga hitam yang mengamuk, hanya bermodalkan sebilah pedang perak. Namum belum sekalipun mengayunkan senjata, tubuhnya terlebih dulu terjembab ke tanah, seakan ada sesuatu dari bawah yang menarik secara paksa.

Naga hitam itu kemudian mendekatinya, melilitkan sepanjang tubuhnya pada Chris.

Alexia berteriak panik dari tempat, seandainya bisa ia menarik seluruh perkataan buruk yang tanpa sengaja terlontar. Sayangnya hal itu sia-sia, tiada kesempatan kedua. Apapun yang terjadi, harus diterima.

Kabut ungu kehitaman mendadak melanda, diikuti suara jeritan menyakitkan dari bibir sang penyihir. Dia terduduk lemas seperti Chris, bedanya tanpa ada yang menyentuh, tubuhnya perlahan terbakar oleh api biru yang sebenarnya tidak panas, namun punya aliran berlawanan dengan ilmu sihir hitam.

Kabut ungu itu semakin merambah kemana-mana. Elijah panik namun tak kuasa berlari pergi karena tuannya masih terdiam di tempat. Kesetiaannya sangat patut diapresiasi.

'Alexia, berlarilah sejauh mungkin, aku akan mengutuk tempat ini karena ulah suamimu. Dia akan menanggung semua perbuatan gila yang bersangkutan dengan sihir di sini,' ucap si naga hitam. Raganya perlahan melebur bersama udara, pergerakannya perlahan tapi pasti.

"Tidak... kumohon, tolong, lepaskan dia—aku menarik ucapanku," seumur hidup Alexia tak penah melakukan ini—yaitu berlutut sambil menundukkan kepala dan menyatukan tangan selayaknya lagak memuja. Ia yang biasanya dijunjung dan dimuliakan, bukannya malah sebaliknya.

'Maaf, aku terlanjur marah.'

"Sebelumnya kau mengamuk karena sarangmu rusak kan? itu bukan ulah manusia, itu terjadi karena badai dan hujan... tolong jangan jadikan kami pelampiasan."

'Aku memang marah karena itu, tapi aku lebih marah setelah suamimu mendatangkan seorang penyihir—pengguna mantra hitam yang penuh aura kejahatan, dan dia tanpa sadar sudah menandatangani kontrak dengan ilmu hitam yang artinya mereka bersekongkol.'

Alexia masih membela, ia benar-benar tak menduga ucapannya jadi realitas yang langsung terkabul, "Itu bukan salahnya, dia hanya mau menyelamatkan kami dari amarahmu."

'Tetap saja, dia sudah menggadaikan janin dalam dirimu untuk menyelesaikan masalah ini, apa kau tak terluka?'

"Aku terluka, tapi dia berkata begitu pasti karena tidak ada pilihan lain." Alexia menjawab dengan yakin—Chris pasti sangat terbebani, sampai tidak sadar dengan ucapannya sendiri.

'Bagaimana jika seandainya penyihir itu berhasil memusnahkanku dan dia mendapat imbalan calon anakmu?' tanya si naga hitam itu, seperti terus mencoba menguji kepercayaan Alex terhadap perkataannya sendiri, 'Kau harus sadar Alexia.'

Kepala Alexia turut mendongak, dari sela lilitan tubuh naga itu, masih terlihat suaminya terduduk lemas dengan mata terpejam erat. Ia jadi bimbang.

'Pergilah, selamatkan dirimu dan anakmu.'

"Maafkan aku Chris, karena kau tega, maka aku harus berkhianat. Aku tidak mau bayiku terluka."

Ia dan Elijah pun berlari secepat mungkin meninggalkan lokasi, sesuai arahan sang naga hitam. Sayangnya ditengah perjalanan terjadi sesuatu yang membuat Elijah tak bisa pergi bersama Alexia—karena dia mendadak berkhianat setelah tak bisa membantu tuannya berlari karena pendarahan.

Elijah sangat menyesali hal itu, tapi keselamatan diri masih lebih penting.

Nyatanya tidak ada orang yang benar-benar setia.

•••

"Bu, bisakah aku mendapatkan daging hari ini?"

"Kalau kau berjuang sedikit lebih keras, kita pasti bisa membeli daging."

"Tapi aku sudah lelah," anak lelaki itu terduduk lemas di bawah pohon. Tampak sangat kelelahan.

Sang ibu tertawa melihat tingkahnya—mereka bahkan baru berjalan kurang dari tiga ratus meter, "Kalau begitu duduklah, jangan kemana-mana, biar ibu berkeliling sebentar."

"Tidak! jangan! aku tidak mau hanya menikmati hasil sementara ibu harus berjuang keras sendirian," dia berseru, sembari bangkit berdiri.

"Anak pintar."

"Semoga hari ini kita bisa makan daging domba, ya bu."

"Semoga doamu terkabul putraku, Johanesse."

To be continued...

Wkwk, plot twist ga nihh

Northern Black Dragon [] BangchanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang