_28 Side With Me

110 32 1
                                    

Ketika batu gemerlap itu mulai retak, dihantam oleh batu lain yang jauh lebih keras, terus, dan terus hingga semuanya kacau. Alexia tidak berhenti hanya di situ, ia melempar pada kobaran api yang sengaja dibuat di tengah halaman. Tak peduli dengan tatapan aneh orang-orang sekitar terutama para pelayan kastil ini, ia tetap melanjutkan kegiatan.

Di lain tempat, Marcella, si penyihir tiba-tiba merasakan separuh nyawanya seakan diambil secara paksa. Hawa panas mendadak menebar ke seluruh tubuh, seperti ada api yang mengitarinya.

Liontin itu menyimpan separuh kekuatan sihirnya, sehingga masih terhubung secara erat. Marcella amat mempercayakan benda tersebut pada Chris karena ia sangat yakin bisa mendapat balasan setimpal dari apa yang pria itu bayarkan. Sayang sekali istrinya mengacaukan segalanya secara tak terduga.

Marcella sudah sangat yakin Alexia tidak memiliki ingatan buruk apapun tentang mereka berdua. Tapi Alex yang kelihatan polos seperrinya juga menyimpan sesuatu.

Chris panik melihat wanita itu makin menunjukkan reaksi parah, "Ada apa Marcella?"

"Dia! apa yang dia lakukan dengan liontinnya?!" teriaknya murka, "Cepat cari dan hentikan istrimu! dapatkan liontinnya dan lempar ke dalam sungai!"

Chris tanpa banyak bicara langsung patuh menyanggupi suruhan wanita penyihir itu. Dari jendela lantai atas, ia bisa melihat pengantinnya yang masih mengenakan gaun pernikahan berada di halaman depan tengah melakukan sesuatu yang mencurigakan.

Pria itu sigap berlari ke bawah, dengan spontan mengacungkan pedangnya. Hal yang selalu dilakukan dalam peperangan ketika musuh melakukan sesuatu yang membuatnya menggertakkan rahang, emosi.

Alex berbalik, tersenyum puas sembari menunjukkan liontinnya yang sudah hancur berkeping-keping. Bahkan benda yang semula berupa batu berwarna keunguan itu telah menyerupai bubuk.

"Apa yang kau lakukan?!"

"Untuk menyelamatkanmu dari sihir sesat—ralat, menyelamatkan kita semua, seluruh wilayah Yemeron."

Chris tampak terkejut ketika Alex mengetahui tentang sihir yang digunakannya. Namun sedetik kemudian tatapannya berubah tajam dan waspada, seolah bersiap menyerang kapanpun dengan pedang tergenggam erat di tangan, "Siapa kau sebenarnya?"

"Aku Alexia," balasnya, "Alexia yang tidak bodoh untuk kau tipu menggunakan ilmu ajaran sesat. Berhentilah melakukannya sekarang juga karena di masa depan, kau akan menghancurkan kehidupanmu sendiri."

"Berhenti melantur nona bodoh!" Marcella tiba-tiba sudah muncul, berdiri di antara keduanya. Kakinya secara perlahan melangkah mendekat, spontan membuat Alex mundur, "Sebaiknya kembali ke kamarmu dan bersoleklah di depan cermin emas, kau hanya wanita lemah yang tidak tahu apapun, berhenti mengatakan hal bodoh!"

Tabir tak kasat mata telah melingkupi mereka, sehingga orang yang berlalu lalang disekitar sama sekali tidak memperhatikan ketegangan terebut. Dalam pandangan orang awam, tidak terjadi apapun di sana, selain pembicaraan tenang nan romantis dari sang jenderal dan istrinya, sehingga tak ada kecurigaan sama sekali.

Alex yang merasa semakin terpojok, lantas berseru memperingati, "Christopher, kau sudah menyadari status apa yang kita miliki sekarang—jika kau kembali memasangkan sihir di tubuhku, maka..."

"Siapa dirimu dengan beraninya mengancam?!" Marcella memotong.

"Chrisropher suruh dia berhenti!" Sengaja Alex menyebutkan nama lengkap pria itu, seakan menunjukkan ketegasan dan peringatan, "Kalau kau mau aku hidup suruh dia berhenti!"

Seolah dibutakan perasaannya sendiri, Chris yang tanpa mengatakan apapun menengahi keduanya, menarik sang penyihir menjauh, lalu mendekati istrinya dengan tatapan mendamba dan penuh harap. Tapi yang tertangkap di nata Alex—kenyataan jika pria itu tidak akan pernah menyesal atau merasa bersalah atas perbuatannya.

"Chris sadar, dia bukan Alexia—dia tahu semuanya dan bisa melepaskan diri dari sihirku, jelas dia bukan Alexia. Jangan dibutakan cinta, jangan mudah terperdaya wanita ular ini."

Perkataan si penyihir kembali mempengaruhinya, namun tak memungkiri perasaannya tetap menjadi yang utama. Chris hanya berkata pelan, "Katakan di mana kau sembunyikan Alexia? dan apa maumu menggangguku?"

Namun dalam sekejap saja semuanya berubah menjadi ancaman. Berkat ucapan si penyihir yang terus memojokkan, Chris mulai menunjukkan sisi lain—ia mencoba mempercayai Marcella dengan memandang Alex sebagai orang lain, penjahat yang merasuk ke tubuh istri polos nya.

Sebilah pedang yang senantiasa digunakan pada tiap peperangan, di mana pun berada, kini telah terjulur tepat pada sisi kepala Alexia. Tidak ada lagi pandangan penuh damba, hanya ada kemurkaan. Chris masih mengira tubuh istrinya dirasuki roh lain.

"Kau yakin meletakkan ujung pedang ini ke leherku? dan kau yakin tidak percaya padaku?" Alex mengeram kesal, "Kalau aku bilang aku ini Alexia, apa kau masih percaya?"

"Jangan bertele-tele, penyusup harus segera dimusnahkan," ujar Marcella tak sabaran. Ingin sekali dirinya melihat wanita itu mati seketika dari pada menanggapi omongannya yang dianggapnya melantur.

Alexia tak mempedulikan ujung oedabg yang mengarah ke lehernya, dengan gerakan cepat dirinya tiba-tiba memeluk sang jenderal tepat dihadapan si penyihir, "Aku datang untuk menyelamatkanmu, tolong berhentilah," bisiknya, "Aku berjanji akan mengabdi dan mencintaimu untuk sepanjang waktu yang tak pernah di tentukan, asal kau berpihak padaku."

"Apa ini? kisah cinta drama dari mana yang kau peragakan Lady?" tanya Marcella mengejek, sekalipun suara gadis itu hanya terdengar bagai bisikan lirih, ia bisa mendengarnya jelas sekali.

Tanpa di duga, Chris menurunkan pedangnya, lantas berkata, "Marcella cukup, kau boleh pergi."

"A-apa?" tanya wanita itu terkejut setengah mati, "Kau terpedaya rayuan busuknya?"

"Kau yang busuk dasar penyihir sialan! karenamu aku menanggung beban luar biasa di masa depan, karenamu suamiku dikutuk!" Alex tak tahan untuk mengarahkan kuku panjangnya ke wanita penyihir itu, ingin sekali dirinya mengacak kulit pucat itu hingga kacau, tetapi Chris sudah lebih dulu menahannya erat.

"Bicara apa kau ini bodoh..."

"Cukup!" sela Chris, "Kau tidak dengar ku bilang cukup?"

"Chris!" protes sang penyihir.

"Mari kita lanjutkan nanti."

Alex tersenyum miring dalam diam.

To be continued...

Northern Black Dragon [] BangchanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang