Setelah kembali ke area hutan terlarang, tepatnya di kastil tua yang masih kokoh, sihir kembali melingkupi, bahkan semakin kuat. Tampaknya Chris juga memasang tabir disekeliling perbatasan, dia tak ingin lagi ada orang asing sembarangan masuk, mengingat keberadaan Alexia dan para makhluk terkutuk yang mulai sadar akan ingatan masa lalunya.
Gadis itu tampak terdiam, ekspresinya tak terlihat ketakutan seperti sebelumnya, melainkan menjadi penuh kekesalan, amarah.
"Jadi kau sudah tahu?" Chris membuka pembicaraan setelah sejak tadi ruangan dipenuhi keterdiaman. Secangkir teh hangat dituangkan dari teko keramik, desain yang masih sangat kuno namun bernilai. Alex memperkirakan benda itu hanya dimiliki kalangan tertentu.
"Ya, orang-orang yang ikut terkena kutukan memberitahuku."
"Aku tak suka, harusnya aku jadi yang pertama memberitahumu."
"Tak penting, kau seharusnya berusaha mengakhiri semua ini." Alexia mencibir, "Kau tak mau kan hidup abadi selamanya sebagai makhluk yang ditakuti manusia."
Pria itu menyeringai—seringai penuh makna, "Sebenarnya aku kesepian, jadi aku bertekad, akan mencari kemanapun Alexia terlahir kembali untuk menemaniku."
"Kau egois," decakan keluar dari bibir. Seandainya sosok dihadapannya bukan jelmaan dari seekor naga, tanpa ragu Alex akan melemparkan teko keramik yang ada di tengah meja, dipastikan kepala manusia biasa langsung pecah jika dihantam benda tersebut, "Orang-orang yang ikut terkena kutukan—mereka pasti mengharapkan kebebasan, mengakhiri semua ini setelah ribuan tahun lamanya."
Chris tertawa kecil mengetahui apa yang dipikirkan gadis itu, "Asal kau tahu sayang, kutukan itu tak bisa diakhiri."
"Bisa, kau saja yang tidak mau berusaha mencari cara."
"Kenapa? kau mau mencari cara untuk membebaskanku?"
"Tentu, aku tak ingin tersekap seumur hidup bersamamu, dan tak akan membiarkan reinkarnasiku merasakan hal yang sama," ungkapnya telak, tak dapat dibantah, "Katakan, aku Alexia ke berapa yang akan kau sekap di istana ini?"
"Tiga, belum termasuk istriku." Chris merasa sedikit terkejut, dari beberapa Alexia yang ia temui, termasuk Alexia pertama yang merupakan istrinya, tidak pernah sekalipun mendapati sikap keras kepala dari gadis itu. Dia dulu sangat penurut, penakut, dan lemah. Tapi Alexia yang kali ini agak berbeda, dari wajahnya kelihatan keras, tangguh.
Empat Alexia, itu artinya jika kemungkinan Chris menemui Alexia di setiap reinkarnasi, ia adalah Alexia yang ke lima, mereka semua diyakini hidup dalam kesengsaraan dan mati menyedihkan.
Alex merengut, "Lalu mereka—" Sudah jelas, tak perlu dipertanyakan lagi, mereka pasti mati karena faktor usia.
"Mereka tak mati karena faktor usia, mereka bunuh diri." Chris menyela sesaat setelah gadis itu menduga hal yang salah, "Jadi, Alexia sayang, ku harap kau tak melakukan hal yang sama."
Bunuh diri. Mendengar dua kata itu sudah terbesit di benak, betapa menyedihkan dan menyengsarakan kehidupan mereka sampai memilih mengakhiri hidup seolah tidak ada jalan lain. Memang, mereka pasti tak senang hidup terkekang bersama jelmaan makhluk mitos dan jauh dari keluarga serta keramaian, walaupun ditempatkan pada istana indah nan megah.
Alex tak mau bernasib sama, ia tak akan memutuskan untuk bunuh diri apapun yang terjadi. Alex masih punya keinginan untuk dicapai, dan juga merasa masih memiliki tanggung jawab atas Carlotte dan Helena, bahkan berjanji pulang untuk mereka... dan itu harus ditepati.
Chris tahu Alex sangat berharap untuk kembali ke pemukiman, ia pun berujar sendu, "Aku bertemu Alexia terakhir sudah lama sekali, makanya aku rindu sekali denganmu."
Yang dalam sekejap mendatangkan simpati gadis itu.
•••
'Aku ingat namaku Elijah, dulu aku bekerja sebagai pelayan pribadimu. Ah, rasanya lega sekali, ingatan semua orang akhirnya kembali, karena selama ini kami merasa sangat terbebani karena tidak ada satupun memori yang terlintas, di dunia seperti hidup tanpa tujuan.'
Di satu sisi ia ikut senang karena makhluk-makhluk penghuni hutan utara akhirnya bisa mengetahui jati diri mereka, namun dalam benak masih terlintas keadaan Johanesse tergeletak tak berdaya dengan darah menggenang disekelilingnya. Bolehkah jika berharap Jo masih bisa di selamatkan walau kemungkinannya sangat kecil. Tapi ia yakin Baron dan Baroness Rompero tidak akan diam saja, mereka pasti memperjuangkan apapun untuk keselamatan putra mereka.
Sedari tadi ia dan Elijah dalam wujud Meteur si batu berjalan duduk di bawah pepohonan bekas terbakar masih di area halaman kastil, bercerita banyak hal, terutama tentang masa lalu kehidupan asli di tempat ini sebelum penghuninya terkena kutukan.
Untuk bisa berada di sini dan bertemu Meteur, ia bahkan membuat perjanjian dengan Chris—Alex bersedia melakukan apapun asalkan tidak dikekang terus-terusan di dalam kastil. Ia juga berjanji tidak akan pergi terlalu jauh apalagi sampai keluar dari area hutan. Chris juga pasti mengintainya di manapun berada, tak mungkin bisa lepas dari pria itu barang sedetik saja. Bahkan pembicaraannya dengan Meteur pun pasti bisa didengar jelas.
"Lalu Meteur—maksudku Elijah, apa yang akan terjadi selanjutnya? ingatan kalian sudah kembali, itu artinya jika keabadian ini masih berlanjut, semua orang yang terkena kutukan merasakan hal serupa dengan Chris—kosong, kesepian, dan menderita." Alex mendesis, "Padahal hukuman itu dibuat untuk Chris, dia yang harus menanggungnya sendirian."
'Entah, tapi aku meyakini sesuatu. Ketika semua orang mulai sadar, mereka akan mencoba sebisa mungkin untuk lepas dari keabadian ini lalu mati dengan tenang, itu artinya keseimbangan hutan ini tak lagi sempurna, dan mungkin saja kekuatan naga hitam melemah. Pria itu akan terluka, baik fisik maupun perasaannya.'
"Jika begitu—"
Elijah memotong, 'Jenderal akan semakin menderita.'
"Chris memang bersalah, tapi dia juga sudah hiduo menyedihkan selama ini. Apakah tidak ada jalan keluar?"
'Pasti ada, sesuatu yang dibuat pasti bisa dirusak, yang diawali juga bisa diakhiri, dan yang dihidupkan bisa dimusnahkan,' kata Elijah menduga, ia pun tak tahu banyak hal sebenarnya, 'Tapi menurutku jalan satu-satunya untuk kami semua adalah kematian, ya... jika kutukan ini berakhir tentu saja selanjutnya adalah pemusnahan.'
Sesaat setelah menyadari raut sedih Alexia, Elijah tersenyum singkat, 'Lebih baik begitu, dan memang itu tujuanku, Mati lebih baik dari pada hidup menderita tanpa tujuan.'
To be continued..
KAMU SEDANG MEMBACA
Northern Black Dragon [] Bangchan
FantasíaSebuah bayangan sekelebat terlintas di depan mata, suasana yang dibawa begitu suram nan gelap. Hingga sepersekian detik kemudian, sosok naga hitam hadir di hadapanku, berubah menjadi seorang pria berbaju zirah dari tembaga-dia berlutut seraya mengul...