_10 Flashback: Cursed

181 45 5
                                    

Tidak peduli seberapa deras lagi hujan mengguyur tanah pijakan, mereka tetap mengayunkan pedang dengan lihai, bergerak cekatan demi menuntaskan urusannya dengan makhluk besar nan panjang yang disebut naga.

Sayangnya setajam apapun permukaan ujung pedang, tidak mamu menggores sisik naga yang amat keras melebihi baja. Sehingga makhluk itu dengan mudahnya menumpaskan ribuan pasukan dalam hitungan detik.

Rumah-rumah disekitar lokasi pertempuran tidak seimbang tersebut sudah hancur lebur, sebagian pasukan mengurus warga pemukiman setempat untuk diangkut ke wilayah lain.

Chris selaku jenderal bergerak di pijakan pertama, barisan terdepan di antara seluruh pasukan yang ada, setiap kali sederet prajurit tersapu oleh naga hitam itu, pasukan lain dengab sigap maju kedepan untuk menggantikannya. Hanya Chris yang tetap bertahan di tempat, tidak maju ataupun mundur.

"Naga hitam bukan tandingan manusia seperti kita, Jenderal! sepertinya kita harus melakukan cara lain sebelum kehabisan pasukan!" Ferre, sang perdana menteri berteriak dari tempatnya.

Ferre benar, tapi seandainya mereka berhenti menyerang, maka naga itu kemungkinan berpindah merusak pemukiman lain. Apalagi binatang itu terlihat berkali-kali lipat lebih mengerikan ketimbang biasa, karena dikuasai bara emosi.

"Jenderal! aku menyarankan penyihir, kita harus menggunakan kekuatan para penyihir untuk mengatasi naga itu," seru salah seorang prajurit. Chris mengenalnya, lelaki itu berasal dari area pemukiman renggang penduduk dan kabarnya dekat dengan wilayah para penyihir, dia pasti tidak awam mengenai hal-hal semacam itu.

"Benar, jika tidak bisa membunuh, setidaknya sihir bisa mempengaruhi binatang itu untuk tidak kembali kemari," timpal yang lainnya.

Chris mengangguk, tidak ada ide lain yang terlintas di kepala mengingat sebagaimana naga itu berkekuatan dewa. Para penyihir dibantu makhluk astral, mereka pasti sepadan untuk bertarung, "Baiklah, utus beberapa orang untuk memanggil penyihir kemari. Kita tuntaskan sekarang."

"Jenderal." Ferre mendekat, "Penyihir akan meminta imbalan sesuka hati mereka, kau yakin bisa menyanggupinya?"

"Tentu saja, ini demi negeriku."

•••

"Apa maksudmu, Elijah?"

Wanita paruh baya itu melirik perut tuannya yang masih rata, "Harusnya anda senang, nona. Jangan murung terus begitu."

"Aku senang, malah sangat senang. Tapi memikirkan di mana suamiku sekarang justru membuat kebahagiaanku sirna."

"Jenderal Christopher akan baik-baik saja, dia pria petarung terhebat di negeri ini. Aku yakin dia akan pulang dengan selamat," ungkapnya, mencoba menyemangati. Tapi sayangnya hal itu seperti tidak berefek.

"Tapi aku tidak berpikir begitu," dia merebahkan tubuh ringkihnya ke atas ranjang, lantas mendesau lelah, "Aku merasa akan ada suatu hal besar terjadi pada kami."

Elijah tersenyum miris, "Ouh, jangan begitu. Usianya baru dua minggu tapi pikiran anda sudah sangat membebaninya."

Baru beberapa saat setelah kepergian sang jenderal, istrinya mulai mengeluh kesakitan pada area perut, usut punya usut penyebabnya merupakan gejala stres di awal masa kehamilan. Dokter berkata, kandungannya sudah berusia sekitar dua minggu, tapi tampaknya dia tidak tumbuh dengan baik akibat kondisi pikiran sang ibu.

Wanita itu mengusap perut, menyesali kecerobohanya. Beruntung Elijah tak segan menasehati, "Aku minta maaf anakku."

Elijah—kepala pelayan itu tersenyum lega, "Nona, anda menginginkan sesuatu? seperti makanan manis atau minuman hangat? mungkin itu bisa sedikit membantu."

"Teh lemon hangat sepertinya bagus."

"Aku akan segera membuatkannya," dengan sigap Elijah mengangguk, hendak menyanggupi permintaan tuannya. Tapi langkah kepergian itu segera dihentikan oleh seorang prajurit dengan pakaian basah kuyup berdiri di ambang pintu kamar.

"Nona! Nona! Tu-tuan... dia—anda harus pergi ke sana untuk melihatnya sendiri," dia berbicara tergesa, dengan napas memburu, dan tungkai bergetar.

•••

Sebuah tabir sihir transparan telah mengurung naga hitam itu, sementara sang penyihir tua dengan rambut ikal panjang menyeringai lebar. Bangga menunjukkan atensinya sebagai makhluk sebagai makhluk tak tertandingi.

"Aku akan menghancurkannya tapi biarkan aku memiliki kehidupan yang ada di dalam tubuh istrimu," kata penyihir itu sembari bersimpuh di depan sang jenderal perang. Menurut ramalan hitam, bayi itu sangat kuat, kelak dia akan menghalangi para penyihir. Maka dari itu mereka berusaha menumpaskannya mulai dari sekarang. Peristiwa penyerangan naga hitam juga termasuk bagian dari rencana penumpasan keturunan sang jenderal.

Chris mengerutkan dahi, "Kehidupan apa maksudmu?"

"Janin," ujarnya lirih.

"Tidak akan!" Istri sang jenderal bersama Elijah, beserta sekelompok prajurut yang mengawal mendadak hadir ditengah medan peperangan. Wanita itu menangis tersedu-sedu mendapati apa yang telah dilakukan suaminya. Menggunakan sihir adalah hal tabu meski keadaannya terdesak.

Chris menoleh dengan wajah terkejut, "Kau—hamil?"

Si penyihir menyela, "Tawaran akan berlaku dalam lima detik dari sekarang, kalau anda menolak, maka sihir penangkalnya hilang dan naga itu bisa menyerang kalian lagi. Jadi, bagaimana?"

Wanita itu menggeleng lesu. Tangannya mencengkeram erat lengan sang suami. Matanya penuh kristal bening yang telah mengucur deras membasahi permukaan wajah jelitanya.

Chris menoleh kembali ke arah penyihir, tanpa ragu dia berkata, "Baiklah."

Hancur, hancur sudah semuanya setelah kata itu meluncur dari bibir sang jenderal perang. Segera saja tubuhnya terduduk lemas seakan sebagian raga ditarik paksa keluar dengan kasar dan menyakitkan. Hal yang sama terjadi pada naga hitam, terjembab ke tanah tanpa bisa melakukan sedikitpun perlawanan.

"Aku sungguh mengutukmu Chris, semoga kau abadi dan akan menderita dalam penyesalan hidup untuk selamanya."

'Do'a mu dikabulkan, Alexia Qinchester' bisik suara itu—yang rupanya berasal dari si naga hitam.

To be continued...

Northern Black Dragon [] BangchanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang