Sekukuh apapun kekuatan untuk mempertahankan pendapat, sama sekali tidak didengarkan oleh semua orang. Pada akhirnya Alexia terpaksa menuruti permainan dengan anggun, melangkahkan kaki secara elegan di karpet merah yang membentang hingga ujung altar.
Pada genggamannya terdapat karangan bunga tulip putih, senada dengan gaun yang membelit seluruh tubuh, bahkan membentang satu meter ke belakang. Rambutnya yang panjang nan gelap disanggul sederhana, ditambahi aksen tiara mungil dan bunga palsu.
Alexia secara khusus meminta agar riasan dan pakaiannya dibuat sesederhana mungkin, namun tak memungkiri kecantikannya yang telah terpancara tanpa dandanan masih mampu memikat sang jenderal yang berdiri tegap di depan sana, menunggu kedatangannya.
Sontak Alex memalingkan wajah saat tak sengaja tatapan mereka bertemu. Perasaannya campur aduk tak bisa dijelaskan.
Memang tak ada satupun kekurangan ketika ia memandang sang jenderal. Dia masih muda, tampan, mapan, berjasa, bergelar, dan yang terpenting... menginginkannya. Alex memang merasa sedikit tersanjung ketika dirinya diinginkan.
Tapi firasatnya mengatakan hal buruk, agar ia lebih baik tak menerima pinangan ini. Meski cuma prediksi, entah kenapa terasa sekali. Alexia sampai harus meyakinkan diri berkali-kali kalau semua sudah terlanjur terjadi, ia tak bisa kabur setelah masuk ke gedung khusus acara pernikahan ini.
"Alexia Qinchester dan Christopher Lawrence, detik ini pula kalian telah resmi menjadi sepasang suami istri. Seluruh saksi di sini berharap, semoga kalian bahagia selamanya."
Seolah melintas waktu, tiba-tiba saja ia sudah melihat cincin melingkar di jari manis dan Chris yang tersenyum ramah sembari melambaikan tangan ke semua tamu. Pria itu merangkul penuh kasih, memaksanya untuk ikut memamerkan lengkungan bibir setulus mungkin.
"Tidak mungkin." Alexia masih terlalu terkejut atas apa yang dialami, meloncati waktu seperti mimpi... atau malah terasa bagai sihir. Ia menggeleng tak percaya, 'Aku ingat—aku seharusnya masih berjalan, kenapa tiba-tiba sudah di sini?! kapan pemberkatan berlangsung?! tidak mungkin aku melewatkannya tanpa sadar!'
"Kau baik-baik saja kan, Alexia?" Chris kelihatan cemas, dia berjalan pelan seraya menuntun Alex turun dari altar, lantas duduk agak jauh dari keramaian.
Alex mendongak, menatap wajah di hadapannya dengan penuh kecemasan. Tergambar jelas pada garis-garis wajah dan mimik muka. Entah kenapa ada rasa curiga melihat ekspresi Chris—yang tampak seperti berpura-pura khawatir.
"Alexia, selamat atas pernikahan kalian, ibu bersyukur sekali." Ny. Qinchester menghampiri, wanita itu kelihatan amat terharu, dia memeluk putrinya bangga dan tak lupa juga pada sang menantu yang dibanggakan, "Ibu tak menyangka kau melakukannya dengan sangat baik, terima kasih sayang."
Alex menarik sang ibu sedikit menjauh dari Chris, lantas berbisik, "Apa ibu mendengarku mengucap pemberkatan?"
"Tentu, kau jelas mengatakannya dengan lantang dan bersemangat," balas wanita itu, seakan menunjukkan amat bangga terhadap apa yang dilakukan putrinya—melebihi harapan.
Alex memandang sedih, 'Aku tak merasa melakukan itu, sebenarnya apa yang terjadi?'
"Aku mencintaimu," samar-samar Alex mendengar Chris mengatakannya. Dia berbalik, dan memaksakan senyuman.
•••
"Kami sangat tersanjung karena anda memilih putri kami, sebuah penghormatan terbaik yang pernah terjadi sejauh ini."
Mereka semua mengacungkan gelas berisi anggur, bersulan merayakan keberhasilan acara pernikahan sang jenderal yang amat dihormati. Rata-rata meja makan panjang itu diisi keluarga Qinchester, hanya ada tiga orang yang mewakili Christoper, yaitu kakek angkat, adik angkat, dan satu teman perempuan.
Chris berdiri penuh wibawa, kemudian membungkuk sopan pada Tn. dan Ny. Qinchester, "Aku yang seharusnya berterima kasih karena sudah diterima bergabung bersama keluarga Qinchester. Tak menyangka juga kalau lamaran pernikahanku diterima dengan sambutan hangat."
"Seorang jenderal mendatanginya, Alexia tentu tidak akan menolak kesempatan seperti itu," ayah melirik Alex dengan sedikit lirikan tajam, membuat gadis itu hanya bisa menunduk, menyembunyikan wajah.
"Aku hanya khawatir mengingat latar belakangku, Nyonya dan Tuan." Chris seolah mengingatkan masa lalunya yang dianggap tidak sempurna dan cukup buruk andai dia bukan seorang jenderal yang berjasa bagi negeri.
"Latar belakangmu hanya masa lalu, sekarang inilah dirimu—disanjung banyak orang dan penuh penghargaan. Berbahagialah kalian berdua atas pernikahan ini."
"Alexia, kenapa kau diam saja? ada masalah?" tanya Marcella, seseorang yang kelihatan spesial bagi Chris, tapi hanya diperkenalkan sebagai teman biasa.
Ny. Qinchester segera menyela saat mendapati putrinya tak segera menjawab, justru melotot ke arah Lady Marcella, "Alexia sangat gugup sejak semalam, dia kesulitan tidur jadi mungkin sedikit lelah. Tapi tak apa, kebahagiaan ini pasti mengalahkan segalanya, ya kan putriku?"
"Iya." Alex terpaksa mengangguk, membiarkan semua orang mengarang sesuka hati.
"Kalau begitu sebaiknya kita segera akhiri pertemuan ini, biarkan Nona muda kita beristirahat dengan nyaman."
Itulah kalimat yang mana segera membuatnya menghela napas lega. Amat dinanti-nanti.
Tapi mendadak Alex menyesali harapannya, ia tak suka, tak mau, dan tak ingin berada satu ruang bersama pria bernama Christopher itu. Dia mungkin tidak jahat, tapi membuatnya sangat tidak nyaman. Rasanya ingin segera pergi dari kamar pengantin yang dipenuhi bunga mawar merah ini.
"Kau tak mau mengganti gaunmu?"
"Eh—aku akan meminta bantuan ibuku." Alex melirik resleting gaunnya yang berada di punggung. Tanpa membuang waktu, ia lekas berlari keluar ruangan.
"Biar ku bantu saja, mereka ada di lantai bawah, kau akan kesulitan berjalan."
Tepat saat berada di anak tangga pertama, Alex tiba-tiba tergelincir, namun Chris sigap menangkapnya seakan sudah tahu hal itu akan terjadi.
"Se-sebenarnya siapa kau?"
"Aku?" Chris menyeringai, "Dulu aku cuma anak terbuang yang dibesarkan di kuil oleh biara, tapi sekarang aku seorang jenderal yang memimpin ratusan peperangan dari kota pesisir."
•••
Beberapa saat lalu...
Chris memandang lawan bicaranya dengan angkuh, dia Marcella—yang juga berlagak serupa, "Beruntunglah aku sempat meminta bantuanmu liontin, kalau tidak mempercepat waktu, Alexia mungkin akan mengacaukan pernikahan kami atau kabur. Itu memalukan, mencemarkan nama baikku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Northern Black Dragon [] Bangchan
FantasySebuah bayangan sekelebat terlintas di depan mata, suasana yang dibawa begitu suram nan gelap. Hingga sepersekian detik kemudian, sosok naga hitam hadir di hadapanku, berubah menjadi seorang pria berbaju zirah dari tembaga-dia berlutut seraya mengul...