5000 tahun yang lalu
Kehidupan naga hitam abadiSuatu hari, langit benar-benar kelabu di pagi hari, cahaya terang matahari menggelap karena tertutup awan hitam pekat yang tidak datang sendirian, benda gas itu ditemani rerintik hujan deras dan petir bersulutan.
Suasana yang mencekam membuat seluruh manusia memilih mengurung diri di dalam rumah, hampir tidak ada satu pun orang yang keluar, sekalipun seharusnya mereka mulai beraktivitas melakukan pekerjaan di pagi hari.
Termasuk para prajurit kerajaan. Biasanya tiap subuh latihan kekuatan dasar akan dimulai hingga menjelang tengah hari, sebelum melakukan pelajaran teori berperang di malam hari. Tapi hari ini tidak satu pun dari mereka keluar dari barak penginapan, tentunya atas arahan jenderal perang dan para atasan berwenang.
Selaku jenderal utama, Christopher memilih meliburkan kegiatan hari ini sampai cuaca mereda dan memungkinkan mereka bisa berlatih di padang rumput lagi. Dia berusaha memanfaatkan waktu di rumah bersama sang istri yang sesungguhnya amat jarang terjadi sejak sebulan dari hari pernikahan mereka berlangsung.
Chris terlalu sibuk, sebagai jenderal yang telah satu tahun diangkat berkat gelar ksatria, ia tidak boleh lepas mengabdikan diri pada negeri. Berada di garda terdepan dalam peperangan sudah menjadi sebuah tanggug jawab selama seumur hidup, membuatnya terlihat seperti pria yang mengabaikan istri jelitanya.
Wanita itu meletakkan secangkir coklat panas di dekat tempat duduk suaminya sembari mengumbar senyum manis yang selalu memikat.
"Yemeron sangat beruntung memiliki penghuni wanita sepertimu," puji Chris, tak lantas mencicipi minuman panasnya untuk menghangatkan tubuh dalam suhu delapan belas derajat tersebut.
"Kalau kau berpikir Yemeron beruntung karena aku, harusnya kau juga merasakan hal serupa," ujarnya dengan bibir mencebik.
"Tentu saja aku merasakannya, kau wanita terbaik di negeri ini, bagaimana mungkin aku tidak sadar." Cjris terkekeh, tapi hal itu justru mendatangkan kerutan di dahi istrinya, "Ada apa? kau punya masalah yang ingin diungkapkan?"
"Iya," dia membalas tanpa ragu.
Chris terdiam, mulai mendengarkan ketika istrinya bercerita.
"Berhenti dari semua peperangan yang membahayakan nyawa, kalau kau merasa beruntung karena memilikiku, harusnya sayangkan nyawamu itu. Jangan terlalu sering pergi, aku khawatir akan menjadi janda muda dalam usia pernikahan kita yang belum genap dua bulan."
"Jangan bicara sembarangan, sayang. Aku tidak akan mati dalam waktu dekat, jadi tidak perlu sebegitu khawatir," balasnya disertai kekehan kecil di akhir kalimat. Sama sekali tidak menghibur, "Hari ini aku akan berada di rumah seharian penuh, kau bebas memeluk atau menciumku sesuka hati."
"Kau akan berangkat ke tempat pelatihan kalau hujannya reda sedikit saja," cibir wanita itu sembari melangkahkan kaki menjauh. Bibir dan matanya mulai bergetar, ingin sekali menangis keras, namun berusaha dibendung sekuat hati agar tidak pecah di hadapan sang suami. Ia tak ingin terlihat begitu lemah.
"Sayang, tidak terjadi sesuatu padamu 'kan?"
"Apa maksudmu?"
"Kau sensitif sekali, apakah kita perlu periksa kandungan?"
"Aku tidak sedang hamil!"
"Lalu kenapa marah-marah terus?"
"Aku sudah mengatakannya padamu, kalau tidak paham itu artinya kau bodoh."
Chris terdiam sejenak, mendengar deru napas wanita itu yang memburu seperti habus dikejar beruang membuatnya berusaha sedikit sabar. Ia sangat berhati-hati mengutarakan kalimatnya,"Hey, bukannya tidak menghargai keinginanmu. Tapi gelar ksatria sekaligus jenderal itu sudah lama ku kejar demi mendapat kemakmuran hidup, kau tahu sendiri kalau aku berasal dari kalangan paling bawah dalam sistem strata di negeri ini. Menjadi terpandang akan mengangkat sedikit derajatku setelah sekian lama terinjak-injak."
"Aku mengerti, aku paham sekali kalau kau menginginkan kekuasaan, kebanggaan, dan takhta lebih dari apapun," sang istri mencibir sinis.
"Bukan begit—"
Ucapan Chris langsung terpotong, wanita itu lekas melenggang pergi meninggalkan tempatnya duduk, "Sudah ya, aku lelah, ingin tidur sebentar, jadi jangan menggangguku." Chris tahu bola mata itu mulai berair, ia pun mencegahnya tanpa peduli harus mendapat bentakan kasar, "Ku bilang jangan menggangguku!"
"Kau seharusnya tidak perlu bersikap sebegitu hanya karena tak menyukai perananku, padahal ku lakukan semuanya untukmu juga, untuk masa depan rumah tangga kita, bukan cuma demi diriku," ungkap Chris mulai tersulut amarahnya.
Sontak saja wanita itu terdiam, dia berusaha mengalihkan pikirannya ke arah gemuruh langit yang bersahutan makin keras.
"Kau hidup nyaman sejak kecil, apakah karena berasal dari keluarga berada membuatmu bisa menginginkan segalanya tanpa penolakan?" sentak Chris lagi, lama-lama suara petir tidak ada apa-apanya, "Tolong mengerti, keadaanmu sekarang berbeda!"
Suara ketukan seketika menghentikan perdebatan mereka. Perdana menteri muncul dengan wajah memerah dan napas tak beraturan, "Jenderal ada masalah besar!" ungkapnya.
"Katakan, ada apa Ferre?"
"Kita mendapat pesan langsung dari raja, naga hitam raksasa di bukit utara mengamuk karena sarangnya rusak akibat badai hujan. Naga itu mulai masuk menyerang pemukiman."
"Kalau begitu kita harus bergerak sekarang, persiapkan pasukan di sini dan berikan pesan pada kelompok lain. Usahakan sebanyak mungkin karena melawan naga bukanlah hal mudah, perlu banyak pasukan," tukas pria itu dengan sigap, tanpa peduli pendapat istrinya.
"Baik Jenderal!" Ferre kemudian segera berlalu pergi melaksanakan tugasnya.
"Kau tetap akan pergi setelah kita berdebat mengenai hal ini?" tanya wanita itu menahan amarah, saat Chris mulai mempersiapkan diri dengan mengenakan pakaian zirah dari tembaga.
"Ini sudah jadi tugasku."
"Kalau kau tetap akan pergi, sekalian saja ku sumpahkan kau mati!"
Gemuruh itu bersahutan semakin keras, seolah akan meruntuhkan dunia.
To be continued...
Mungkin cerita ini kayak makin ngelantur, tapi emang konsepnya begini. Awal2 emg masih acak dan loncat2 latar, nanti setelah konflik pertama dimulai pasti pada ngeh kok... semoga lebih seru dari book lama ku😏
KAMU SEDANG MEMBACA
Northern Black Dragon [] Bangchan
FantasiSebuah bayangan sekelebat terlintas di depan mata, suasana yang dibawa begitu suram nan gelap. Hingga sepersekian detik kemudian, sosok naga hitam hadir di hadapanku, berubah menjadi seorang pria berbaju zirah dari tembaga-dia berlutut seraya mengul...