PROLOG

178 62 27
                                    

[DISCLAIMER]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[DISCLAIMER]

Novel ini jauh dari ranah LGBT dan pornografi. Topik dalam prolog hanyalah bagian dari salah satu konflik. Mohon gulir sampai bab 1 dan seterusnya untuk lebih memahami jalan cerita ^^

Terima kasih banyak 🤍

***

Angin bersemilir sejuk mengurai rambut hitam pekat kedua laki-laki itu. Cuaca cerah hari ini pun semakin mendukung pertunjukkan 'tanpa sengaja' yang sedang terjadi di tengah taman sekolah. Tempat yang lapang mendukung mereka untuk lebih mengeratkan peluk. Pepohonan yang rimbun pun menjadi tempat bagi orang-orang berteduh melihat pemandangan menggelikan sepasang teman tapi mesra itu.

Sedangkan ricuh suara tawa dan cemooh terus memasuki telinga salah satu dari laki-laki yang tengah mendapat masalah ini.

"Woy, Adi! Lepasin gue! Sadar, bego!" Sekuat tenaga Vigo mencoba melepaskan tubuhnya dari pelukan menggelikan itu, tapi sayangnya mereka malah semakin menempel seperti sandwich berdiri di mata orang-orang. Sepasang tangannya juga sudah terkunci di dalam pelukan. Dosa apa yang sudah Vigo perbuat sampai Tuhan menghadirkan manusia seperti Adi dalam kehidupan remajanya. Sedangkan ia sudah melihat beberapa orang mengangkat handphone mereka ke arahnya, yang pasti tidak mungkin mereka semua melewatkan kesempatan konyol ini. Adi sialan ... sialan!

"Bentar lagi, Ayang ... mau peyuk yang lama ..." lantur Adi seraya mengusap-usapkan kepalanya pada dada Vigo. Bahkan ia sampai terpejam dan tersenyum nyaman saat memeluk teman mesra-nya itu, jadi, apa lagi? Ini memang surga dunia yang tak seharusnya Adi lewatkan. Persetan dengan mabuk obat, sekarang yang ada di depannya hanyalah gadis manis pujaan hati, oh cantik, manusia paling sempurna di mata Adi.

"Ahahah, tambah kenceng, Di!"

"Utututu, ayang Vigo jangan dilepas ya~ ahahah!"

"Pose lain, dong! Jangan kayak daging nempel gitu!"

Demikian cerewet para manusia biadab yang hanya sibuk dengan foto dan suasana tertawa mereka. Benar-benar kurang ajar.

"Ayolah, Di ... sadar! Sadar!" ruah Vigo menggebu-gebu. Tak ada satu detikpun untuknya terdiam kemudian menerima keadaan memalukan ini, ia terus mencoba menggerakkan tubuhnya walau sama sekali tak ada yang berubah. Laki-laki pemilik mata almond itu berkali-kali mendorong pundak Adi dan berharap agar dia lekas tersadar dari mabuk obat-nya.

"Hmm, Ayang Nata punya otot ternyata~"

"Adi! Anj*ng jangan sentuh-sentuh gue!"

"Nggak apa-apa, kamu seksi, kok, Ayang ...."

"Adi!"

"Adi!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rumors and Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang