[UPDATE SETIAP HARI RABU ATAU SABTU]
Seseorang bisa percaya begitu saja dengan sesuatu yang terdengar seru,
Situasi menyebalkan masih saja muncul bahkan tak berbeda dengan hari-hari sebelumnya, padahal Feby dan Jihan juga sudah datang 15 menit setelah gerbang sekolah terbuka. Memang benar hanya sebagian orang yang berlalu-lalang di sekitar lobi, beberapa juga adalah orang yang sama, tapi percuma saja rasanya saat mata dan mulut mereka tak beranjak sedetikpun dari wajah Feby. Ekspresi sinis orang-orang justru membuat pitam Jihan semakin menggebu, ditambah dengan temannya yang hanya menutup mulut menikmati titik memalukan ini.
Sama halnya ketika seseorang bilang akan melakukan sesuatu demi kebaikanmu, nyatanya tak ada yang berubah.
Belum lagi Feby yang sama sekali tak mengindahkan kebaikan dan jasa Jihan selama pagi ini--Jihan membawakan jaket hoodie miliknya tapi berakhir sebagai ikat pinggang di tubuh Feby, earphone bluetooth yang ia pinjamkan juga dipakai di satu sisi saja, apalagi rambut panjang Feby justru terkuncir tinggi memamerkan persona kepercayaan diri bagai manusia normal lainnya. Sikap sok hebat itu benar-benar diluar ekspektasi siapapun. Lagu berikutnya terputar sementara mulut si tidak tahu diri ini mulai bersenandung memuaskan perasaan damai dalam hati lapangnya, ah, Feby harap dunia nyata akan seindah ruang paralel dalam benak. Tidak ada rasa pahit, hanya permen manis dan roti lapis cokelat kesukaannya.
"Heh, nggak mau marah? Tahan lo kayak gitu terus?" cibir Jihan ketika kepalanya mulai mendatangi telinga Feby, sementara sorot mata gadis itu tak terlepas dari tiga orang yang berjalan beriringan sambil menaruh lirikan sinis. Tidak lupa ia juga memberikan timbal balik yang setara dengan harga diri mereka, tatapan menjijikkan dan senyum culasnya terekspos hingga membuat para figuran itu memalingkan wajah kesal. Hahah, terus terang ini jadi sedikit menyenangkan.
Senyum miring Feby sedikit tergores setelah mendengar baik-baik pertanyaan satiris itu. Memang siapa yang sampai bisa menahan amarah sejauh ini? Tentu tidak ada manusia normal yang mampu melakukannya. Hanya saja, berpura-pura tenang dan sedikit berengsek terkadang dibutuhkan di situasi tertentu. "Marah sama siapa? Gue setengah jam kejebak di kamar mandi cowok yang isinya cuman puntung rokok sama bau keringat, setelah keluar seenggaknya gue bisa dikasih waktu buat ngambek tapi sekarang malah dapet jackpot, siapa yang tahu tiba-tiba ada petir di siang bolong? Apa gue harus kelihatan kayak anjing yang ekornya kebakar? Padahal gue aja nggak tahu kenapa ekor gue bisa kebakar."
"Yah, pasti udah ada rencana sampai bisa setenang ini," tampik Jihan, kini mengerling ke arah Feby seraya mengerutkan kening. Bibir gadis ini tak terbuka lebar seperti biasanya berbicara, tetapi, dari pandangan berapi-api sampai tempo berjalan yang kaku itu sudah mewakili seluruh perasaan kesal.
"Ada, gue mau bunuh diri."
"Apa?" Wah, sepertinya Jihan juga akan mendapat jackpot berlipat berkat tingkah gegabah temannya. Langkah terburu-buru itu mendadak terhenti, manik mata cokelat gadis 155 cm tersebut serentak melebar beriringan dengan kedua tangan lentiknya yang mulai mengepal. Astaga, ia tak bisa percaya dengan kalimat singkat dan terdengar sangat tidak berpengetahuan tersebut. Bahkan gigi Jihan sampai bergemertak sampai membuat rahangnya menegas. Ah, orang gila ini memang tidak pernah absen dari membuat kejutan tak masuk akal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumors and Me?
Genç KurguJatuh cinta, dua suku kata yang sama sekali tak ingin Feby rasakan keberadaannya. Jatuh cinta itu rumit dan hanya membuang-buang waktu. Harus memerhatikan orang lain sekaligus dirinya sendiri akan sangat merepotkan. Lagipula ia sudah kapok dengan hu...