"Aku melihat matanya yang berbinar, dan aku mulai berdebar. Tapi ini terlalu cepat jika disebut cinta."
~•~•~
Seorang laki-laki sebaya dengan Feby. Pemilik mata tajam, hidung mancung, bibir kecil, dan gaya rambut undercut itu tengah berdiri di depan meja kasir selama tiga menit. Yah, dia Vigo yang masih menunggu sang kasir selesai menghitung belanjaannya. Namun, bukan berarti ia tak tahu apapun sebelum datang mendekati meja kasir ini, bahkan laki-laki itu berusaha mengumpulkan tekad agar bisa sampai di sini bersama lagak santainya.
Mana mungkin Vigo tidak melihat keadaan menegangkan yang baru saja terjadi, tapi mungkin ia masih bisa menyembunyikan segala ekspresi simpatinya. Dan ... kebetulan itu memang tak ada, karena ia yakin, seorang gadis berparas manis dengan mata sendu yang selalu dirinya ingat ini, dia adalah Feby. Rambut hitam berkuncir kuda, jari lentik kecil yang tengah sibuk dengan mesin kasir, sosok dengan kepribadian tenang dan dingin. Feby yang sepanjang hari ini senantiasa mengarungi pikiran sekaligus membuat suatu perasaan aneh dalam diri Vigo.
Lagi-lagi, situasi yang sama kembali didapatkannya persis seperti saat ia melihat foto gadis itu untuk pertama kali. Seluruh tubuh Vigo menegang tanpa sebab, suhu tubuhnya pun menjadi lebih hangat bahkan sampai terasa panas, laki-laki itu merasakan degupan yang teramat kencang dalam dada. Ia sampai tak berkedip karena sorot matanya yang tetap menanap tepat ke arah iras manis Feby. Apa ini? Apakah dengan semua keadaan aneh ini dirinya bisa baik-baik saja? Sementara dalam hatinya terdapat naluri untuk mendekati gadis itu.
Ini takdir yang tidak mudah dimengerti. Tapi Vigo tak perlu lagi mengetahui banyak hal, karena yang ia cari sudah mendatanginya sendiri.
"Totalnya 73 ribu, Mas," ucap Feby setelah selesai memainkan jarinya di atas mesin kasir sekaligus memasukkan seluruh barang belanjaan ke dalam goodiebag. Sorot mata gadis itu menoleh pada Vigo masih bersama senyuman kecil, menunggu sang pembeli membayar kemudian pergi.
"Hah? Oh, i-iya ...." Vigo terlihat jelas sedang tertegun, wajahnya sedikit memerah karena rasa malu, bahkan degupan itu semakin menjadi-jadi saja. Tetapi ia buru-buru menempis segala perasaan aneh dalam dirinya. Huh, ini sedikit menyebalkan entah mengapa. Laki-laki itu merogoh dompet di dalam saku jeans belakang, mengambil selembar uang seratus ribu, kemudian diberikanlah pada Feby dan selang beberapa detik mengambil goodiebag di depannya. Kegiatan yang hanya membutuhkan waktu kurang dari satu menit ini benar-benar membuat Vigo kesal--karena harusnya ia masih bisa mengamati paras gadis itu walau perlu sepuluh detik lagi.
Tetapi, seketika saja tercetus sebuah ide dalam benak Vigo. Secara impulsif tangan kanannya mengambil sesuatu dari dalam goodiebag.
Feby menyerahkan uang kembalian pada Vigo. "Kembaliannya 27 ribu, ya, Mas."
Sedangkan Vigo lekas mengambil uang itu, akan tetapi, selang sekejap saja ia tiba-tiba membuat Feby kebingungan karena secara berselingan meletakkan sebuah kaleng minuman berenergi di atas meja kasir. Didorong kaleng itu mendekati Feby lalu beralih menyimpan uang kembaliannya ke dalam kantong plastik. Ini hanya bentuk simpatinya, bukan apa-apa, Vigo hanya bisa merasakan bagaimana menakutkan situasi yang baru saja gadis itu alami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumors and Me?
Ficção AdolescenteJatuh cinta, dua suku kata yang sama sekali tak ingin Feby rasakan keberadaannya. Jatuh cinta itu rumit dan hanya membuang-buang waktu. Harus memerhatikan orang lain sekaligus dirinya sendiri akan sangat merepotkan. Lagipula ia sudah kapok dengan hu...