Atmosfer ruang kelas di pagi hari ini terasa lebih hangat. Sinar matahari terlihat belum berpindah menembus jendela luar, bahkan langit dan kumpulan awan putih bagai tersenyum ke arah semua manusia di bawahnya. Tercium wangi parfum maskulin dan feminine nan berbaur. Orang-orang sudah ramai menimbrung dengan kicauannya yang berpadu, ada yang menyalin PR; membuka make up; kembali tidur; dan sibuk bersama handphone. Mereka terlalu santai bagi seorang siswa kelas 12, walaupun memang salah tapi siapa peduli? Tak ada yang mau mengulangi sebuah nasihat untuk sekumpulan remaja akhir.
Sementara langkah Vigo serta teman-temannya mulai menapaki lantai kelas. Mereka sibuk dengan topik dunianya hingga tak sadar sudah sampai di depan meja masing-masing, menaruh tas, dan kembali berbual menghampiri satu meja. Akan tetapi satu hal janggal spontan membuat kelima laki-laki itu bergeming, di mana ada sebuah kotak bekal di atas meja Vigo, iya, benda berwarna biru yang tak diketahui datang darimana. Tak hanya itu, di sisi kiri bekalnya masih terdapat minuman energi yang terbalut sepucuk notes. Sebuah plester juga terdiam di samping kaleng. Tidak ada yang berani menyentuhnya. Tatapan mereka menanap ke arah ketiga benda tersebut tanpa mengeluarkan sepatah kata.
Vigo menaruh tasnya di depan punggung kursi, kemudian duduk ditemani kecanggungan karena semua orang masih tak beralih pandang. Ia mengambil dan memutar perlahan bekal tersebut untuk memeriksa kira-kira siapa pemiliknya. Kotaknya terasa masih hangat dan berat, bisa jadi si pemilik juga datang saat pagi. Kepala laki-laki itu sejenak melengak ke arah sekitar, tetapi, gerak-gerik semua orang tampak biasa saja seperti tidak pernah menyadari keberadaan bekal ini. Baiklah, jika memang untuk Vigo mungkin tidak masalah dengan ia melihat isinya.
Daging masak kecap dan telur ayam rebus yang terlihat lezat serta tertata ala masakan rumah.
"Wah, ini, mah, surga ... baunya enak banget!" Ekspresi bergairah Adi sudah menggebu, sorot matanya pun berkilauan ketika memandang isi bekalnya. Ia tidak bohong, dari sisi pertama kotak itu terbuka saja aroma rempah-rempah sudah tercium menarik nafsu makannya, padahal segunung nasi goreng sudah menjadi menu sarapan pagi ini. Persetan dengan siapa yang menaruh, sekarang Adi benar-benar ingin memakan daging juicy tersebut.
Namun, berbeda dengan Riyan yang justru semakin penasaran dari mana kotak bekal itu berasal. Apakah terlempar dari jendela? Atau jatuh dari langit-langit kelas? Jika iya, apakah Harry Potter sedang mampir? Tidak mungkin, bodoh. "Dari siapa, ya?"
"Salah taruh, kali," timbrung Hengki sembari membenahi salah satu jam tangan Rolex yang baru dibelinya kemarin. Tidak perlu heran, serius. Dengan perhatian yang masih tertuju pada jam tangan, ia pun melanjutkan kalimat. "Siapa tahu cuman dititipin di meja lo."
"Coba, deh, besok periksa mata lo. Nih, tulisannya 'Buat Vigo', yaudah jelas-jelas buat dia, lah," cetus Riyan setelah melepas notes yang tertempel di atas kaleng minuman itu, lalu diulurkannya ke depan wajah menyebalkan Hengki. Bahkan raut kesalnya mengalahkan segala tanda tanya dalam benak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumors and Me?
Fiksi RemajaJatuh cinta, dua suku kata yang sama sekali tak ingin Feby rasakan keberadaannya. Jatuh cinta itu rumit dan hanya membuang-buang waktu. Harus memerhatikan orang lain sekaligus dirinya sendiri akan sangat merepotkan. Lagipula ia sudah kapok dengan hu...