[8]

2.6K 212 31
                                    

Aku sayang kamu, Malka.

Perkataan Luffy semalam sukses membuat aku senyum-senyum sendiri sampai hari ini. Kuliah juga pake senyum-senyum apalagi Luffy dari pagi udah nangkring di rumah aku buat ngantarin aku kulliah. Luffy baru akan balik lagi besok sore yang artinya aku masih punya waktu hampir dua hari buat ngabisin waktu bareng dia. Happy!

Sebagai selingkuhan yang diprioritaskan (prioritas, karena mana ada status selingkuhan calon bini) aku merasa di awang-awang. Ngerti nggak maksudnya di awang-awang? Kalau nggak ngerti bayangin aja perasaan baru jatuh cinta dan rasanya dunia milik berdua aja. Nah, kayak gitu rasanya.

"Kamu kenapa sih senyum-senyum?" tanya Luffy dalam perjalanan kami ke salah satu restoran buat makan siang.

"Lagi seneng aja," kataku dengan perasaan masih berbunga-bunga.

"Oh aku tahu, kamu senyum-senyum gini gara-gara tadi disamperin sama Rafa, kan? Bagus," kata Luffy dengan nada yang terdengar cemburu.

"Mulai deh,"

Oh iya, asal mula cerita tadi di kampus aku ketemu Rafa dan ya Rafa yang notabene lagi ngegebet aku otomatis langsung tebar berbagai jurus waktu ketemu aku. Entah itu jurus tebar senyum cakep, jurus ngomong (sok) asik, ataupun jurus tebar basa-basi. Tapi, sayangnya ini anak lagi kena sialnya. Pas lagi ngobrol tiba-tiba Luffy dateng dan langsung masang sikap nggak bersahabat. Luffy langsung pasang aksi genggam-genggam tangan gitu. Beuh, ekspresi Rafa berubah seratus delapan puluh derajat dari yang manis jadi yang nggak enakan. Mana Luffy pake ngomong gini, "Malka itu di jidatnya udah ada tulisan taken, nggak bisa liat?" Parah banget, kan? Kelar ngomong gitu langsung narik aku pergi. Duh, Rafa nasibmu jelek sekali.

"Iya, aku nggak mulai apa-apa. Tapi, ingat ya Ka sekali aku tahu dia masih ngedeketin kamu aku nggak akan segan-segan,"

"Segan- segan apa? Sejak kapan kamu suka berantem gini?" potongku.

"Berantem apaan sih maksud kamu?" tanya Luffy sambil mengerutkan dahi.

"Itu yang segan-segan,"

"Maksudku, aku nggak akan segan-segan ngebawa kamu ke KUA biar dia tahu kalau janur kuning udah melengkung," Luffy yang sedang menyetir lalu menatapku dan tersenyum miring.

Aku memilih untuk diam daripada menanggapi leluconnya barusan. Bukan karena perkataanya tapi lebih kepada senyum yang ia berikan barusan. Kondisi jantung langsung berdetak lebih kencang. Aku takut nanti malah tak terkendali.

"Kenapa diem? Nggak asik, nih," kata Luffy sambil celingak celinguk cari parkir.

Aku diam. Masih belum bisa mengendalikan debaran jantung ini padahal udah beberapa menit berlalu sejak senyum miring Luffy tadi. That was one of the reason why I can't move on. He still affects me the way he did when we were together for the very first time. Aneh, kan?

"Kamu mau tetap di sini atau turun?" lamunanku buyar karena ternyata Luffy sudah memarkirkan kendaraannya plus membukakan pintuku. Aku pun segera turun mengejar Luffy yang sudah jalan duluan. Huh, bukain pintu sih tapi nggak pake ditungguin. Lelaki macam apalah itu.

Alasanku ke sini bukan hanya untuk makan bareng Luffy tapi karena orang tua Luffy yang dari tadi pagi sibuk ngajakin aku makan. Awalnya aku menolak dengan alasan kuliah. Nggak enak banget ketemu orang tua Luffy tapi dengan status selingkuhan bukan pacar. Mereka pasti tahunya kalau kami masih pacaran. Sama aja aku bohongkan sama mereka jadi daripada dosa mending menghindar. Namun, ternyata Luffy lebih cerdik, dia tetep bilang ke mama nya kalau aku bisa makan siang bareng. Akhirnya mau nggak mau aku yang dijemput (paksa) ngikut aja.

Aku termasuk pacar Luffy yang ia bawa ke rumah. Kedua orang tua Luffy menerimaku dengan sangat baik. Mereka menyambutku dengan hangat dan memperlakukanku seperti anak sendiri. Begitu juga dengan adik-adik Luffy mereka udah menganggap aku seperti kakaknya kandung mereka. Ah iya, bukan hanya orang rumah Luffy tapi juga seluruh keluarga besarnya baik dari pihak papanya maupun mamanya. Wong, aku dibawa ketika lagi arisan keluarga besar. Bayangkan! Alhamdulillah, aku masih dapat pulang dengan selamat setelah arisan itu.

His PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang