[5]

3K 210 37
                                    

“Calon istri.”

Sudah seminggu berlalu tapi tetap saja aku sama sekali belum bisa melupakannya. Dadaku masih berdesir jika mengingat suaranya mengatakan itu. Kalian penasaran bukan apa yang selanjutnya terjadi? Kalian pasti akan memakiku jika tahu apa yang selanjutnya terjadi. Imanku nggak kuat guys. Pertahananku runtuh ketika Luffy berkata seperti itu.

So, kita ngejalanin apa yang kita yakinin. Dia yang masih jalan dengan Vania dan aku di sini sebagai calon istri yang dengan setia menunggu kabar dari sang calon suami. Pssst, tentunya aku masih menentang konsep selingkuh itu tapi hubungan ini nggak kayak selingkuh gitu kok, layaknya apa ya? Cuma sekadar memberi kabar, kalau kangen bilang kangen tapi aku melarang keras menggunakan kata-kata mesra selayaknya orang pacaran. Pokoknya aku nggak mau dibilang selingkuhan. Titik.

“Woy! Melamun aja lo,” kata Kei membuyarkan lamunanku.

“Eh elo, kapan datang? Sendirian?” tanyaku sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling kafe tempatku janjian dengan sahabatku yang satu ini.

“Iya nih, Rey lagi sibuk sama tugasnya,” kata Kei sambil mengambil gelas minumanku. Eh, tunggu itu di jarinya Kei ada cincin. OMG!

“Jari manis lo Kei! oh my God Keila!” aku dengan hebohnya mengambil tangan Kei dan memeriksa jari manisnya.

“Hehehe, makanya gue ngajakin lo ketemuan. Mau cerita kalau gue abis dilamar lagi sama Rey. Gila gue nggak nyangka banget dia bakal ngelamar gue lagi secepat ini,” katanya dengan wajah tersipu-sipu.

“How lucky you!” gila ini anak, kisah cinta mereka berdua yang sableng bin ajaib begitu aja bisa berakhir semanis ini. Nah, aku yang bener-bener jadian bener-bener ngejalaninnya malah kayak gini sekarang. Miris.

“Alhamdulillah kalau ini mah. Lagian lo kenapa juga ngelamun tadi? Masih susah move on dari Luffy?” Wajah Kei terlihat sangat bahagia.

“Eumm, sebenarnya anu..” cerita nggak ya? Kalau cerita bakalan mati aku diomelin ini anak.

“Anu kenapa?” tanyanya tak sabaran.

“Nggak ding, nggak ada apa-apa. Gue malu aja nih sama elo belom move on move on,” fixed nggak usah cerita dulu. Sorry Kei.

“Gue juga dulu sama Rey nggak bisa move on. Tapi, kalau gue lihat masalah lo sama Luffy berat deh buat balikan lagi. Cari yang baru gih,”

Cari yang baru gundulmu Kei, aku aja baru memulai lagi sama Luffy, “Nggak semudah itu, Kei.”

“Masa sih? Lo kan cantik masa cari pengganti Luffy susah amat,”

“Ngomong doang emang mudah, lo aja dulu mewek ke gue gara-gara pisah sama Rey,”

“Masa lalu itu mah, sekarang mah kita lihat masa depan. Eum, atau lo mau sama temen gue? Namanya Rafa, anaknya cakep, Ka. Waktu kapan gitu dia ada nanyain elo ke gue,” kata Kei dengan antusias.

“Rafa? Rafa mana?” tanyaku sambil berpikir ada berapa Rafa yang aku kenal.

“Ada, lo pernah ketemu kok, tapi gue lupa di mana lo ketemu. Mau ya?” tanya Kei dengan mata berbinar-binar. Dasar.

“Mau apanya? Kayak barang dagangan aja nih gue,” Emangnya tampang aku kayak jualan online shop apa.

“Lo emang barang dagangan kali. Masa cewek cantik gini jomblo. Malu tuh ama kucing. Meong meong!” Kei pun meniru gaya kucing sambil nyanyi lagu yang biasanya di Dahsyat itu. Lupa aku namanya.

Kalau dipikir-pikir nggak masalahkan kalau kita kenalan sama cowok wong, jomblo begini. Luffy aja punya pacar masa aku nggak boleh punya kenalan. Kan sekadar kenalan. Ya nggak?

His PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang