[20]

243 23 17
                                    

Aku tau aku harusnya patah hati.

Aku tau aku harusnya menangis meraung-raung di bawah guyuran shower.

Aku tau aku harusnya seperti mayat hidup yang bergerak stagnan.

Aku tau aku harusnya menuntut penjelasan atas semua ini.

Aku tau.

Namun, tubuh ini berkata lain.

Aku malah bersikap sangat normal. Tidak seperti orang putus cinta kebanyakan. Padahal jika ditelisik aku adalah tipikal orang yang apa-apa nangis, apa-apa baper, pokoknya hatinya fragile yang disentuh dikit ambyar. Tapi tidak kali ini. Orang rumahku saja tidak menyadari ada sesuatu yang besar terjadi dalam hidupku saat ini karena ya aku seperti Malka yang biasanya. Toh, mereka taunya aku sudah putus dengan Luffy. So, aman lah, ya. Tentu saja aku tidak bercerita masalah ini dengan Kei. Belum lebih tepatnya, aku tidak siap dengan segala respon yang mungkin saja bisa jatuhnya judgement. Lebih baik aku simpan sendiri saja dulu sampai benarr-benar siap.

Perubahan yang mungkin paling signifikan adalah aku menjadi rajin atau bisa dibilang terlalu rajin. Aku merasa sangat bersemangat mengerjakan skripsiku padahal sebelumnya menginjakkan kaki untuk konsul saja malasnya luar biasa apalagi penelitiannya. Tapi sekarang aku seperti orang gila mengerjakan penelitian, ke sana kemari kayak nggak ada capeknya. Bayangkan, aku bisa konsul dua hari sekali setiap ada revisi langsung ku babat, kalau bisa langsung konsul ke dosen pembimbing. Saking rajinnya dosen pembimbingku menyuruhku untuk istirahat entah karena capek melihatku mondar-mandir menunggu waktunya lowong atau bisa aja beliau juga capek berpikir untuk jalannya skripsiku ini. Aku juga sebisa mungkin menghindari kontak dari siapapun. Aku mengabaikan semua WhatsApp termasuk dari Gara. Ya, lelaki itu masih berusaha menghubungiku dari yang ku lihat dari notifikasi yang masuk dia hanya sekadar bertanya kabar jadi yaudahlah ya ngapain juga aku respon. Pokojnya segala dering ponsel akan ku abaikan kecuali dari orang rumah atau yang berhubungan dengan skripsiku.

Deep down I know this is maybe how I distract myself from Luffy.

Aku ini sebenarnya masuk di fase apa? Marah? Denial? Depresi? Atau apa?

Aku ingat tiga bulan lalu aku tidak mengeluarkan sedikitpun air mata ketika Ibu dan Ayah menyuruhku menyudahi hubungan kami. Yang ku lakukan malah menggenggam tangan Ibu dengan erat sambil mengucapkan terima kasih karena telah baik dan menyayangiku seperti anaknya sendiri, aku juga meminta maaf berkali-kali jikalau aku pernah menyakiti hati atau berbuat salah. Setelah itu Ibu memelukku erat sambil menangis, aku hanya membalas pelukkannya dan menatap Ayah sambil mengucapkan terima kasih tanpa suara yang hanya dibalas Ayah dengan anggukkan. Sepulangnya dari rumah Luffy aku masih mendapati diriku biasa saja. Aku tidak menangis. Aku tidak merasakan amarah sendikitpun. Aku normal. Padahal menurut drama korea yang aku tonton menangis adalah suatu media untuk melepas sesuatu. You let go of something that you had to let go. Gitu katanya.

Aku yang sekarang menatap langit-langit di kamar berusaha mencari tau apa yang sebenarnya aku rasakan. Apakah aku mati rasa? Apakah sikap normalku ini salah? Apakah aku harusnya bercerita dengan Kei supaya aku mendapat sedikit insight? Apakah mungkin aku butuh bantuan professional? Aku harus apa? Lamunan ku buyar merasakan getar ponselku.

Kring... Kring... Kring...

Ku lihat layar ponselku.

Luffy is calling

Sial.

Badanku bergetar.

Sial.

Tanganku dengan tanpa diperintah menggangkatnya.

"Ka.."

Sial, mataku panas.

"Why, Fy?"

Suaraku bergetar.

"I'm sorry..."

Suara terdengar lebih serak daripada yang terakhir ku ingat.

"Why, Fy?"

Ulangku.

"...for giving up on us,"

Sial, isi perutku sudah meronta untuk keluar.

"Why?"

Entah suaraku dapat didengar apa tidak saking tak punya tenaganya aku.

"Ka, I love you but..."

Bangsat.

"...I'm letting you go."


Mari kita ucap Puji Syukur atas terbitnya chapter ini setelah bertahun-tahun. Mungkin rada berantakkan karena aku udah lama sekali tidak menulis, tapi entah dapat wangsit darimana akhirnya jadi juga satu chapter. Nikmatin aja ya ini jangan tanya dulu kapan chapter selanjutnya ada. Semoga suka!

Love

RA

His PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang