Aku pernah mencintaimu sebegitunya.
Aku pernah merindukanmu sebegitunya.
Aku pernah menginginkanmu sebegitunya.
Aku pernah memelukmu sebegitunya.
Aku pernah memerlukanmu sebegitunya.
Lalu...
Aku pernah rapuh...
Jatuh...
Hancur...
Berserakan...Tapi, apa itu sepadan?
Kamu, Gara, kembali datang.
Iya benar, detak jantung ini masih sama. Lalu aku bisa apa, Gar?
Dan, irama jantung yang berdetak ini mungkin bukan karena aku masih mencintaimu. Mungkin lebih karena... apa ya bahasanya? Oh ya, terbiasa.Aku menunggumu untuk datang mengumpul segala serpihan yang berserakan itu, Gar.
Tapi, apa yang aku dapat?
Aku bersusah payah mengumpulkannya satu demi satu. Belum lagi jika rindu datang. Hancur lagi. Berserakan lagi. Berkali-kali, Gar.Jikalau kamu bilang lelaki yang aku cintai sekarang ini tak pantas karena menjadikanku orang kedua, menurutku kamu salah besar.
Karena lelaki yang kamu bilang tidak baik itu adalah lelaki yang membantuku mengumpulkan satu demi satu serpihan yang berserakan itu. Tak kenal lelah, meskipun berserakan berkali-kali.Sekali lagi aku bertanya, kemana kamu?
Kamu datang dan tiba-tiba memintaku kembali. Lucu sekali kamu ini. Kamu mau aku bandingkan dengan lelaki yang menjadikanku yang kedua ini? Jelas kamu kalah telak, Gara.
Gara, aku tak pernah tahu bagaimana nasib patah hatimu saat berpisah denganku. Atau mungkin kamu tak pernah merasakan patah hati itu sehingga kamu dengan gampangnya menginginkanku kembali.
Setelah kamu membaca ini, aku akan bertanya sekali lagi,
Apa kamu sepadan untukku?
Sent

KAMU SEDANG MEMBACA
His Promise
RomanceGimana rasanya jadi seseorang yang belum move on apalagi sang (mantan) pacar sudah punya yang baru? Apalagi sang (mantan) pacar menjanjikan sesuatu.