"Keila! I need you!" teriakku dari telpon dua hari setelah Gara menelpon.
Dua hari sudah sejak Gara mengajakku bertemu dan dua hari pula aku nggak tahu apa yang aku lakukan bener apa nggak. Semuanya campur aduk di kepala dari mikirin takut ketahuan Luffy sampai mau pake baju apa pas ketemuan. Sinting!
"Apaan sih nelpon nelpon lamgsung teriak nggak jelas,"
Satu-satunya harapanku cuma Keila. Sebagai salah satu orang yang kenal aku mulai dari aku baca tulis tentunya Keila tahu selak beluk peliknya kehidupanku setelah mengenal cinta. So, dia satu-satunya penyelamat hidupku sekarang.
"Kita ketemuan ya? Lo nggak sibuk kan?"
"Sibuk banget nih gue,"
"Gue nggak main-main Kei, ini menyangkut hidup mati gue. Please lah Kei,"
"Ada apa, sih? Yaudah karena gue sayang elo. Semua janji gue batalin. Sorean aja gimana?"
"Oke, sorean aja. Ketemuan di kafe biasa aja ya. Gue perlu liat makanan biar nggak stress,"
Saking stressnya sampai makan udah nggak terkendali banget. Gara sialan!
"Serah lo aja, see ya!"
Alasan sebenernya kenapa aku sebegini panik plus takutnya ketemu Gara adalah bahwa aku harus mengakui bahwa aku belum sepenuhnya move on dari dia. Bahkan efek yang dia berikan ke aku pas ketemu kemarin sama sekali nggak mengisyaratkan kalau aku udah sepenuhnya move on.
Aku juga takut banget kalau sampai Luffy tahu, bukan-bukan karena takut Luffy marah besar atau gimana. Aku malah takut kalau Luffy malah ngelepas aku pelan-pelan. Kenapa? Karena Luffy adalah orang yang istilahnya nyelametin aku ketika aku terpuruk banget sama Gara. Luffy sabar banget ngedeketin aku, bantuin aku ngebuang apapun tentang Gara, bantuin aku buat bangkit lagi, bahkan dia rela nungguin aku berbulan-bulan buat bilang iya waktu dia nembak aku. Aku takut dia rela ngelepasin aku buat Gara karena pengin lihat aku bahagia karena nggak mau lihat aku terpuruk kayak dulu.
Tuh, kalian sekarang bisa ngertikan kenapa aku berat banget ngelepas Luffy, apalagi putusnya gara-gara LDR. Kalau dilihat gimana perjuangan Luffy dulu tuh kadang-kadang berasa nggak rela.
***
"Jadi gimana?" tanya Kei yang masih saja belum mengerti tentang masalah besar ini. Kebanyakan pacaran kali sampai bego gini.
"Kei, gue udah cerita berkali-kali kenapa lo nggak ngerti-ngerti, sih?" Ampun aku punya sahabat gini amat.
"Gimana gue bisa ngerti kalau lo cerita kayak dikejar kereta api. Gue bingung kenapa tiba-tiba ada Luffy sama Gara di sini. Gue nggak tahu cerita awalnya," cerocos Kei dengan memasang muka sebal.
Astaga, aku baru ngeh kalau aku sama sekali nggak ada cerita perihal ini sama Kei. Pantes aja dia pasang muka bego sepanjang aku cerita gimana paniknya aku diajak ketemuan sama Gara.
"Lha, lo jadi sama Luffy balikan lagi?" tanya Kei.
"Nggak balikan, sih..." eng ing eng tatapan Kei kayak mau makan orang aja.
"Astaga Malka, selama ini lo nggak cerita lo jadi selingkuhan Luffy. Terus sekarang Gara dateng dan minta ketemuan. Gue ini siapa lo, sih?"
"Apologise ya Kei, gue nggak cerita soalnya gue takut lo gimana-gimana sama gue,"
Iya, gue nggak cerita karena takut dipandang rendah oleh Kei.
"Kayak lo baru kenal gue kemaren sore, deh. Kesel ih,"
"Ya maaf,"
"Yaudah, masalah Luffy entaran aja gue kasih komen. Yang urgent banget ini masalah Gara. Gila ya itu anak ngilang bertahun-tahun tiba-tba muncul gitu aja. Konspirasi hiudp lo keren banget, Ka,"
"Konspirasi dengkul lo!"
Keila tertawa, "Kisah cinta lo lucu Ka hahaha,"
Emang beda guys orang yang baru tunangan kerjaannya ngetawain kisah cinta yang mengenskan kayak kisah cinta aku ini.
"Udah deh nggak usah ngetawain gue mending lo pikirin gue mesti gimana,"
"Ya lo temuin lah, kan lo udah nyanggupin buat ketemu dia,"
"Kalau ketahuan Luffy gimana?"
"Luffy noh nun jauh di sono, nggak bakal ketahuan,"
"Kalau ada temennya yang ngeliat gue gimana, bisa mati gue,"
Keila mengerlingkan matanya, "Dia aja punya pacar di sana. Sebodo amat lah, Ka,"
"Tapi..."
"Nggak usah tapi-tapian, lo temuin aja Gara kali aja dia mau ngasih penjelasan yang masuk akal kenapa dia ninggalin lo dulu,"
Bener juga, dalam lubuk hati yang paling dalam aku juga penasaran kemana sebenernya Gara pergi sampai bisa ngilang gitu. Ngilangnya Gara kalah lama dengan ngilangnya bang Toyib.
"Jadi temuin aja, nih?"
"Yoi, sis!" kata Keila dengan mata yang menyapu ruangan. Kebiasaan buruk Keila satu lagi yaitu sering banget ngeliatin orang sampai orang yang dipandangin ngerasa. Padahal kata Keila dia cuma ngeliat nggak ada masuk apa-apa.
"Gara masih ganteng nggak, Ka?"
"Mayan lah, random amat pertanyaan lo. Rey mau lo ke manain"
"Eung, kayaknya cowok yang duduk dipojokan itu Gara deh, Ka?"
WHAT? Dengan cepat aku menoleh ke arah yang Keila maksud. OMG! Itu Gara!
"Kei itu Gara Kei, cabut yuk cabut," kataku panik.
Keila masih aja memandang ke tempat Gara duduk. Anjir ini anak kampret banget. Sial banget hidup gue. Sial banget.
Keila kemudian menatapku yang sudah siap berdiri, "Telat Ka dia udah jalan ke sini,"
Belum sempat aku menoleh aku sudah merasakan tangan seseorang di pundakku, "Hai, Ka,"
Tamat riwayatmu, Malka.
Haloooo! Silahkan berbahagia karna ini update-an cepet hehehe. Ayo vomment biar akunya bahagia biar aku seneng gitu. Bikin orang seneng kan pahala hihihi. Happy reading!
KAMU SEDANG MEMBACA
His Promise
RomanceGimana rasanya jadi seseorang yang belum move on apalagi sang (mantan) pacar sudah punya yang baru? Apalagi sang (mantan) pacar menjanjikan sesuatu.