[13]

1.1K 115 6
                                    


"Be my girlfriend, Ka."

Apa? Ini kuping aku yang salah dengar apa ini anak emang ngomong seenak dengkulnya, sih?

"Kamu sakit, ya? Atau udah rada-rada sinting?" tanyaku.

"I'm one hundred percent serious, Malka."

"Hello?! Mana ada help minta jadi pacar. Ngigo!"

Ini anak emang rada semacam. Dia kira aku perempuan apaan seenaknya aja ditarik ulur. Belom cukup apa dia mutusin aku terus ngilang gitu aja.

Raut wajah Gara sama sekali nggak emnunjukkan kalau sebenarnya dia hanya main-maina, sebaliknya malah makin serius, "I need a girlfriend immediately, Ka. Satu-satu yang bisa atau berpotensi besar cuma kamu."

"Potensi? Sebanyak-banyak cewek di sini kamu bilang aku yang berpotensi? Sumpah niat banget kamu mainin aku,"

Aku semakin nggak ngerti dengan jalan pikiran Gara. Dia yang notabene cakep, berkecukupan, matang, pinter masa iya nggak ada satupun cewek yang mau. Ya Tuhan rancangan apa lagi ini? satu orang macam Luffy aja udah bikin dunia aku jungkir balik. Ini lagi muncul tiba-tiba tanpa babibu eh minta jadi pacar. Dosa apa aku?

"Nggak ada niat kayak begitu, Ka. Let me explain,"

"Cih!"

"First, like I said I need a girlfriend immediately. Why? Karena Ibu aku mengharuskan aku membawa seorang pacar di acara keluarga minggu depan. Second, aku nggak punya kenalan siapa-siapa di sini karena aku baru aja jejakin kaki di sini setelah bertahun-tahun merantau. Third, suddenly I met you. See? Kebetulan yang menyenangkan, bukan?"

Penjelasan macam apa pula itu?

"Nggak masuk akal, Gar. Kamu bisa aja bawa cewek mana aja yang kamu mau dengan pesona kamu yang begini,"

"Pesona? Oh, kamu mau bilang aku ganteng. I see,"

Ampun, ini anak sikapnya daridulu nggak pernah berubah.

"Anggap aja aku bilang begitu. Jadi, kamu nggak usah nyeret-nyeret aku ke drama sabun kamu itu,"

Drrtt... drrtt...

Luffy calling...

Sial, disaat begini Luffy bisa-bisanya nelpon. Bisa perang dunia entah yang keberapa kalau Luffy tahu aku lagi bareng Gara.

"Kamu diem! Halo Fy..."

"Kamu kenapa nggak bales i-Mess aku?"

Aku masih menatap Gara takut sewaktu-waktu berbicara, "Anu... kan udah aku bilang lagi di luar sama Kei lagi."

"Setidaknya bisa bales dong,"

"Keasikkan ngobrol sampe lupa bales. Ya maaf, Fy."

"Bisa nggak, nggak usah bikin khawatir aku?"

"Nggak ada yang perlu dikhawatirin, sayang. Kan aku lagi bareng Kei."

"Nggak tahu kenapa tiba-tiba perasaan aku nggak enak. Yaudah kamu pulangnya hati-hati ya."

"Iya, aku bakalan hati-hati."

"Okay, bye sayang."

"Bye."

Sambungan telpon terputus, jantungku rasanya mau copot ketika Luffy bilang kalau dia punya perasaan nggak enak. Kalau dia tahu kalau perasaan nggak enak itu karena kau lagi ketemuan sama Gara bisa aku pastikan dia bakalan ngambil flight tercepat buat ke sini. Atau bisa jadi aku yang diboyong keluar dari kota ini.

"Pacar kamu?" tanya Gara masih dengan muka innocent nya.

"Short of."

"Pacar yang baik itu menjadikan perempuan yang dia sayang menjadi satu-satunya. Bukan sebagai dua tiga ataupun empat."

Sialan!

"What did you say?!"

Gara melipat kakinya dengan santai, "Aku heran sejak kapan kamu mau jadi selingkuhan orang,"

Keterlaluan!

"How could you?!" kataku geram.

"Lil' bit investigation. Ternyata nggak usah nyewa detektif terkenal buat ngelakuin itu. Kamu terlalu mudah dibaca, Malka."

"Sejak kapan?" kataku menatapnya ngeri.

"Sejak kita ketemu di restoran itu. Nggak usah natap aku dengan tatapan mengerikan itu Malka. Aku bukan psyco seperti yang ada dipikiran kamu."

"Kalau bukan psyco apa lagi coba?"

"The power of social media. Nggak susah mencari semua informasi tentang kamu dengan kamu yang begitu gamblang di sosmed."

Fak, ternyata kemampuan ngestalk Gara sebelas dua belas denganku.

"Gara, this is too much. I have to go."

Sebelum emosi aku makin tinggi lebih baik aku pergi dari sini. Gara pun terlihat santai dengan menyesap kopi yang ia pesan. Setelah memastikan nggak ada barang yang tertinggal aku bangkit dari tempat dudukku. Namun tanganku dicekal olehnya.

"Malka, I will make sure you will say yes. Remember, I don't have time."

Nada suara Gara yang terdengar apa ya? Pokoknya aku langsung merinding.

"You wish, Gara."

Gara kemudian berdiri tanpa melepas cekalan tangannya dan tersenyum, "Bahkan detak nadi kamu, masih sama seperti yang dulu ketika bersamaku, Malka."

"You will be mine, Malka," bisiknya tepat ditelingaku.


HALO (lagi)! hihihi cepet kan updatenya? ntah aku lagi kerasukan apa bisa update cepet gini. jangan lupa votes sama komen ya. semoga votes sama komennya nya bisa nyampe 100 kali ini. boleh doong sekali-kali aku ngarep punya votes sama komen sebanyak itu hahaha. *ngelunjak*

btw, happy reading, guys! xo

His PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang