6. Dengerin

9.2K 747 16
                                    

6. Dengerin

•~•

"Lo pengen Ayah lo balik, 'kan?" tanya Haikal saat keduanya sudah berada di apartemen Nafis.

Nafis membuka bajunya yang terasa lembab. Cowok itu menatap Haikal, "Kenapa? Gue harus egois?"

"Ya itu emang cara satu-satunya. Main ganteng soalnya kita cowok," Haikal terkekeh pelan. "Ambil pelan-pelan semua perhatian Papa lo. Emak tiri lo itu pasti bakalan gak suka. Gue yakin banget, prioritas bokap lo itu, Nafis."

Nafis berkedip. Cowok yang sekarang bertelanjang dada itu menatap Haikal, "Kalo cerai gimana?! Kasian lah. Orang mereka saling mencintai kok." balasnya kesal.

Haikal mendengus. Dia mendekat, menangkup wajah Nafis. Menatapnya intens, "Na, jangan lupa kalau mereka berdua yang udah buat keluarga lo hancur. Lo harus bales dong. Jangan diem aja! Gemes banget gue sama lo."

Nafis diam saja saat Haikal mengunyel-unyel wajahnya. "Kasian, ah! Gak mau."

"Katanya tadi pengen egois, sayang." Haikal sabar banget ngadepin Nafis, "Na, dengerin."

"Gak!" Nafis memotong, "Biarin aja udah lah. Gue--"

"Na, beneran. Demi apapun sekarang gue pengen jedotin kepala lo di tembok tapi gak gue lakuin karena gue sayang sama lo." Haikal memotong, "Ambil perhatian bokap lo pelan-pelan. Dengerin dia. Gak usah tinggal bareng. Nanti di rumah, Papa lo itu sama emak lo bakalan sering berantem. Saat itu, ambil Papa lo. Lo anak kandung, dia bakalan lebih milih lo. Apapun yang terjadi. Untuk sekarang, jangan tanya milih siapa. Pasti belum bisa jawab."

Nafis menjauhkan tangan Haikal, "Kal, saran lo itu bakalan susah gue lakuin."

"Susah gimana? Lo lakuin pelan-pelan. Jangan pergi kalo ada bokap lo."

"Ya gimana gak pergi?! Gue liat mukanya aja udah pengen nonjok."

Haikal menatapnya, "Ya terus kenapa lo gak nonjok? Lo banyak kesempatan buat nonjok, Nafis. Dengan lo nonjok dia, seenggaknya rasa muak lo itu hilang dikit."

Nafis mendengus. Dia menjauh. Lemari ia buka untuk mencari kaos.

"Na, lo dibilangin bukannya dengerin malah gitu." Haikal meletakkan kedua tangannya di pinggang. "Lo mau Papa lo lagi, 'kan?"

Nafis menatapnya, "Kapan gue gak pengen Papa gue balik lagi?" tanya Nafis.

"Kalo gitu lakuin apa yang gue bilang tadi." Haikal mendekat, "Lakuin pelan-pelan. Jangan kabur kalau ada Papa lo."

"Gue gak kabur!"

"Lo iya!" Haikal membalikkan tubuhnya, "Dan lagi--"

"Gimana kalo bokap gue gak setuju kita ada hubungan?" tanya Nafis, memotong ucapan Haikal.

Haikal terdiam, dia berkedip. Menatap Nafis. Benar juga. Haikal jug tau kalau orang tuanya tidak setuju. Cuman terpaksa dan berakhir ikhlas.

"Setuju. Bokap lo pasti setuju." jawab Haikal terdengar positif.

"Kenapa lo yakin gitu?" tanya Nafis heran.

Haikal menggaruk tengkuknya, "Gak tau. Yakin aja gue." Haikal menggeleng, kembali fokus dengan wajah kekasihnya. "Itu urusan belakang. Bokap lo juga pasti setuju. Walaupun terpaksa."

•~•

Reno menutup pintu mobil Jerry. Cowok enam belas tahun itu berjalan masuk melewati gerbang sekolahnya. Reno terlihat banyak sekali pikiran. Tapi memang kenyataan. Dia banyak pikiran.

BACKSTREET ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang