19. Bersiap
•~•
"Beneran gak liat!" Haikal menenggelamkan wajahnya di perut anjing samoyed milik Nafis. Namanya Mochi. Sedangkan si kucing namanya Cimol. Bukan Nafis yang namain, tapi Papanya.
Gak kreatif banget.
"Lo kenapa sih?" tanya Nafis heran. Dia menggantung kemeja seragamnya. Besok di pakai kembali. Celananya juga ikut ia gantung.
Haikal berbicara tidak jelas di perut Mochi. Membuat anjing itu hanya mampu diam dan berkedip polos. Tidak tau harus apa soalnya Haikal memegangi kedua kaki depannya.
Plak!
"Lo kenapa, setan?! Gak jelas banget jadi manusia." ucap Nafis setelah dia memukul pantat Haikal.
Haikal mengangkat wajahnya, dia menoleh. "Na, gue ini 'kan emang gak polos ya. Tapi tadi gue liat Ayah lo sama Reno ciuman!"
Nafis mengernyit. Dia memang tidak pernah melihat keduanya ciuman sih. Tapi seminggu yang lalu dia mendengar suara laknatnya. Yang sebenarnya tidak sampai berhubungan badan. Terlihat jelas kalau Reno jalannya normal aja. Bahkan bisa lari.
"Ciuman doang 'kan? Lo lebay banget."
Haikal bangkit. Dia menarik bahu Nafis agar mendekat. Wajahnya ia dekatkan ke wajah Nafis, "Lo tau gak? Bapak lo itu good kisser! Mana tadi Reno mungil banget lagi."
Nafis mengernyit. Menatap Haikal aneh. Ternyata di sini, bukan dia saja yang aneh. Haikal juga aneh. Sama-sama aneh memang.
"Terus? Lo biasa aja bisa gak?" taya Nafis. Dia mendorong kepala kekasihnya itu agar menjauh.
"Bisa," jawabnya singkat. Haikal menoleh ke arah pintu saat mendengar sesuatu dari sana. "Pintu lo kenapa?"
Nafis menoleh ke pintu. Dia berjalan mendekat, "Si Cimol paling minta masuk."
Dan benar, saat pintu terbuka kucing berusia lima bulan itu langsung berlari masuk. Jalannya mirip bebek. Mana ekornya naik ke atas lagi. Lucu banget. Makanya Mochi suka gigit ekor Cimol dan menariknya.
Anarkis. Mirip pemiliknya.
"Na, jujur aja nih." Haikal menurunkan kedua kakinya dari atas tempat tidur. "Gue gak suka lo duduk sama Juna."
"Kenapa emang?" tanya Nafis sambil menyalakan televisi. Sepi banget kayaknya.
"Dia itu suka sama lo." Haikal menunduk. Mengangkat tubuh mungil Cimol dan meletakkannya di atas tempat tidur. Kucing berkaki pendek itu berlari senang kearah Mochi. Menubruk wajahnya sampai Mochi bangun dari tidurnya.
"Suka gue?" Nafis menggigit sosis yang ia beli di sekolah. Menyodorkannya juga ke Haikal.
Haikal menggeleng membuat Nafis langsung menjauh. Duduk di kursi belajarnya. Memutarnya sampai menghadap televisi.
"Alasan suka gue apaan?" tanya Nafis lagi.
"Mana gue tau," Haikal mengangkat kedua bahunya. "Dia yang suka kasih lo dancow. Entah di kelas atau atap loker lo."
Nafis menyenderkan punggungnya dengan nyaman. "Ini alasan lo buat gak deket-deket Juna? Lo ngerasa tersaingi apa gimana?"
Haikal menipiskan bibirnya, "Iya." jawabnya jujur.
Nafis menghela napas. Dia mengambil kopi yang ia beli bersama Reno. Menyesapnya pelan lalu meletakkannya kembali keatas meja.
"Iya sih. Dia ganteng anaknya. Ramah juga. Dia juga ngajak ngobrol gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET ✔ [TERBIT]
Teen FictionNgakunya cuman sekedar temen sekelas, tapi di belakang saling mengungkapkan cinta. Yang pasti, bukan cuman Haikal dan Nafis.