7. Bangga
•~•
Pagi ini, kediaman keluarga Rasendriya tampak lebih dingin. Walaupun sudah dingin, tapi ini tidak seperti biasanya.
Sang kepala keluarga lebih memilih mengecek email di ipadnya alih-alih mengajak sang istri berbicara. Hani juga tidak memiliki niatan untuk mengajak Jerry berbicara.
Pertengkaran mereka belum mereda.
Reno yang tau hanya diam saja. Memakan sarapannya. Dan saat selesai, dia mengambil tasnya.
"Hari ini, aku pergi pakai bus."
"Loh? Papa bisa anter kamu, Ren." Jerry menatapnya bingung.
Reno menggeleng, "Tidak perlu." Reno menatap keduanya, "Nanti aku pulang sore. Kalau kalian mau berbicara, lebih baik bicara sekarang. Kalau cuman nyesel dan gak ada tindakan apapun, percuma. Aku berangkat."
Jerry dan Hani terdiam mendengar.
"Aku sudah bilang, pernikahan ini salah." Hani berbicara. Menatap sarapannya yang tersisa sedikit.
"Lalu? Kita sama-sama menginginkan pernikahan ini," balasnya datar. Dia berkedip, "Kalau aku tidak salah ingat, kamu yang paling mengharapkan pernikahan ini."
"Dan kamu bertindak kalau semua cinta yang kamu punya itu sudah menjadi milikku, Mas. Dengan kamu bertindak kayak gitu, aku yang cinta kamu ini pengen punya hubungan yang jelas." jelas Hani panjang.
Jerry menahan tangannya saat akan mengambil cangkir kopinya, "Kamu bilang, tidak apa menjadi kedua."
"Gak ada yang mau jadi kedua, Mas! Gak ada. Itu hanya kebohonganku agar kamu senang." Hani membantah. Dia menatap suaminya kesal.
"Kebohongan untuk membuat bahagia hanya untuk anak kecil, Han. Aku gak senaif itu. Aku bukan anak kecil yang gampang dibodohi." Jerry menatap Hani datar, "Kamu minta cinta, aku kasih. Kamu minta figur Ayah buat Reno, aku kasih. Kamu minta pernikahan, aku kasih. Setelah semua ini, kamu mau nuntut apa lagi? Bahagia? Aku bahagia sama kamu."
Tidak ada suara apapun sekarang. Jerry memilih diam untuk melihat reaksi Hani. Wanita itu hanya diam. Menatapnya dengan tatapan berkaca-kaca.
"Aku bahagia sama kamu sebelum aku sadar kalau semua kelakuanku itu salah." Jerry melanjutkan, "Pernikahan kita salah. Rasa cinta yang aku kasih ke kamu itu salah. Yang gak salah cuman aku kasih figur Ayah ke Reno. Itu gak salah sama sekali karena udah ngasih itu."
Hani mengepalkan kedua tangannya di atas meja, "Kamu--"
"Tapi, semua itu sudah terjadi. Sekarang hanya ada penyesalan dan kita harus menikmatinya. Memperbaiki kesalahan yang sudah kita berbuat." Jerry memotong, "Kita hanya perlu memperbaiki kesalahan yang sudah kita perbuat."
•~•
"Goblok banget!" Nafis merebut pena yang Jevan pegang, "Punya telinga itu dipake. Digunakan dengan baik."
Jevan memutar bola matanya, "Gue lemah di materi."
"Makanya belajar."
"Males. Mending ngegym aja," Jevano merangkul pundaknya. "Na, ayo kita ngegym bareng. Siapa tau bentuk tubuh lo kebentuk. Lo tau, itu salah satu cara ngegaet cewek."
Nafis meliriknya. Dia menggeleng. "Gue gak olahraga aja banyak yang suka."
Jevan berdecak, "Sombong, anjing. Sombong."
"Gue ngomong fakta,"
"Iya si paling fakta."
Nafis mendengus. Mendorong tubuh Jevan menjauh. "Lo--"
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET ✔ [TERBIT]
Teen FictionNgakunya cuman sekedar temen sekelas, tapi di belakang saling mengungkapkan cinta. Yang pasti, bukan cuman Haikal dan Nafis.